Rangkaian acara telah dimulai sejak pukul delapan pagi. Rutinitas yang diadakan setiap tahun untuk menyambut HUT Persit Kartika Kirana. Istri dari para Tentara mendengarkan ceramah tentang etika pergaulan dan etika berbusana. Disinilah perkumpulan wanita yang hebat, saat hamil besar harus rela di tinggal suami untuk melakukan tugas Negara.
Pemotongan tumpeng, sambutan dan lain sebagainya berjalan lancar. Hanya ada beberapa anggota Tentara yang hadir termasuk Xalio untuk memastikan acara berjalan lancar.
Acara seperti ini penting untuk Kansa yang membutuhkan ceramah tentang etika pergaulan, berbusana, sopan santun. Sayang sekali karena istrinya itu harus absen.
Pagi sekali Kansa mengeluh tidak enak badan. Xalio tidak tega memaksanya untuk tetap hadir. Keadaan Kansa membuat Xalio khawatir meninggalkan istrinya sendirian dirumah. Pikiran Xalio hanya ingin pulang, menyiapkan semua kebutuhan Kansa.
Kansa
Selesai jam berapa?
Xalio
Bentar lagi. Udah enakan?
Makan?
Kansa
😭😭
Pulang
Xalio memasukkan ponselnya ketika seorang perempuan menghampirinya. Berjabat tangan dengan senyuman hangat. Perempuan yang memberikan materi pembelajaran.
"Kemana istrinya, Pak?" Tanyanya mengelus lengan Xalio.
"Sakit, tadinya dia mau ikut,"
"Nggak masalah, masih ada lain acara. Penasaran saya, kata ibu-ibu disini, istri kamu cantik."
"Kalau ganteng jadi masalah dong," Keduanya tertawa ringan.
Perbincangan mereka berakhir saat perempuan tersebut menitip salam untuk Syanes. Banyak yang mengenal Xalio karena orang tuanya, bukan tidak suka. Xalio ingin lebih dikenal karena prestasinya, bukan karena Papa.
Duduk kembali ke kursi, Xalio membaca Whatsapp Kansa.
Kansa
Xal aku laper
Pulanglah
Takut aku sendiri
Xalio
P
P
P
Bete ih
Xalio
Aku pulang, mau apa?
Kansa
Ga mau apa2
Mau kamu pulang
😭😭
Xalio
kok nangis? Cengeng
Iya pulang
Xalio menggeleng geli, berpamitan terlebih dahulu. Xalio baru keluar dua jam, Kansa terus mengirim pesan memintanya pulang
Kansa
Ini foto kamu jaman kapan
Xalio menutup pintu mobil. Mengerutkan keningnya melihat pesan baru dari Kansa.
Xalio
SMA kalo ga salah
Kamu buka2 lemari aku ya 😋
Kansa
Kalo ini
Xalio menggeleng geli, Kansa pasti sedang mengacak lemarinya.
Xalio
Sebelum aku pelatihan, aku baru potong rambut itu
Kansa
Kalo ini, kapan?
Xalio
Pas Sma
Kansa
Kenapa jawabnya singkat?
Xalio
Terus aku mau jawab apa?
Kansa
Cantik ya yang di foto
Xalio
Ga lah, cantikkan istri aku
Kansa
Aku buang.
Xalio
Aku lagi nyetir
Kansa
Alesan, bilang aja ngalihin pembicaraan.
Xalio
Aku lagi nyetir beneran Kansa
Kansa
Mantan tersayang
Kan di read doang!
Emang ga mau di buang bilang!
Rese!
Menghembuskan nafasnya, Xalio mengeluarkan aplikasi whatsapp, mencari kontak Kansa lalu menghubungi perempuan itu. Terdengar tiga kali nada sambung sebelum akhirnya diangkat. Tidak ada suara.
"Aku dijalan, gak bisa ngetik." Kansa tetap bungkam. "Kalau mau kamu buang ya buang aja. Kenapa harus bilang? Nggak penting juga buat aku." Xalio menghidupkan sen kiri, turun untuk membeli makan siang.
"Kansa?" Panggilnya lembut. "Jangan marah lah, kalau dia penting, udah aku simpan jangan sampai kamu tau. Buktinya aku biarin aja, kamu tau ya udah, orang kamu istri aku."
Xalio memilih menu makanan dengan handphone masih berada di telinga. "Nasi ayam satu, pisah ya. Sama nasi ikan."
"Aku mau bakso," Ujar Kansa pelan.
"Nggak lah, bakso terus, gak baik. Yang lain aja, aku beliin,"
"Soto kambing,"
Xalio menjauhkan ponselnya. "Ada soto kambing?"
"Ada, Mas,"
"Sebungkus ya," Xalio mendekatkan ponselnya lagi. "Itu aja?"
"Sate juga,"
"Jam segini mana ada yang buka, satenya nanti malam kita beli, ya,"
"Ya udah, cepet pulang ya,"
"Iya,"
**
***
**
Kansa bukan mencari alasan untuk tidak hadir dalam acara HUT Persit. Semalam ia sudah menyiapkan baju, sepatu dan mempersiapkan diri. Jam dua malam Kansa terbangun, merasa begitu gerah tetapi suhu tubuhnya panas. Obat penurun panas telah ia minum berharap paginya sudah enakkan.
Morning sick terjadi lagi, Kansa begitu lemas memilih untuk tidak beranjak dari kasur. Membiarkan Xalio pergi seorang diri.
Kansa berniat tidur selama Xalio pergi, matanya sulit sekali terpejam. Semua posisi tidurnya salah. Akhirnya Kansa me-nyepam pesan Xalio, mengganggu lelaki itu karena bosan.
Selama Kansa tinggal dirumah, banyak barang ataupun tempat yang belum ia sentuh. Contohnya lemari putih milik Xalio. Ditemukanlah album foto. Disana terdapat foto Xalio dari bayi hingga tumbuh dewasa.
Kansa memfotonya lalu mengirimnya pada Xalio. Diantara semua foto tersebut, ada satu foto yang menarik perhatiannya. Foto Xalio bersama Resya disebuah mobil. Sebenarnya itu terlihat biasa, Kansa bingung sendiri ketika memandangnya tidak suka. Padahal, Kansa bukan orang yang cemburuan.
Merapikan semua album mengembalikan ke tempatnya. Kansa berjalan keluar kamar mendengar suara mobil di depan. Wajahnya berseri melihat Xalio sudah tiba.
Kansa mengintip dari jendela, ada seorang ibu yang menghampiri Xalio. Kansa mengenalnya, kalau tidak salah rumahnya berada di pertigaan. Mereka berpisah, Xalio menutup gerbang kemudian berjalan mendekati pintu. Kansa memutar kunci ke kiri dua kali sebelum menariknya ke belakang.
"Kamu ngobrol sama siapa?" Tanya Kansa mengunci pintu setelah Xalio masuk.
"Ibu Ajeng, yang rumahnya di pertigaan. Nanti malam ada acara dirumahnya. Dia ngundang kita,"
"Acara apa?"
Xalio mengangkat bahunya. Mempersiapkan piring makan. "Nggak tau, kita datang aja sebentar, nggak enak, nanti di kira sombong,"
Kansa mengangguk, melipat kakinya disofa menyaksikan Xalio menyajikan makanan di meja.
"Kamu beli sotonya dimana?" Kansa menyicip kuah soto seujung sendok.
"Dirumah makan, dekat apotik itu loh," Xalio berjalan ke kamar, mengganti bajunya dengan kaos polos biasa. "Nggak tau lagi aku dimana,"
"Enak juga,"
"Pakai nasi, Kansa,"
Kansa menggeleng. "Aku mau pake kuah aja,"
"Dikit aja nasinya, dua sendok aku masukin dalam soto ya,"
"Dua ya, nggak lebih,"
"Iya, iya, sini,"
Kansa mendekatkan mangkuk soto, Xalio memasukkan dua sendok nasi. Keduanya makan sambil menyaksikan sebuah film.
"Tadi aku udah bilang sama Mama, besok Atum mulai kerja disini. Setidaknya ada yang jagain kamu kalau aku pergi mendadak, kalau kamu tiba-tiba sakit kayak gini, aku jadi kepikiran, kemana-mana nggak bisa tenang,"
Kansa mengangguk dua kali, menyeruput soto kambing.
"Kamu nggak ada cuti ya?"
"Cuti?" Xalio menoleh. "Ada, kenapa?"
"Aku mau jalan, kita kemana gitu. Aku bete dirumah. Internship baru bisa setelah aku lahiran karena Mama nggak izinin. Jadi aku bingung dirumah,"
"Kemana?"
"Luar Negri," Kansa mengedipkan matanya.
"Nanti aku usahain,"
"Janji?"
"Nggak janji, tau sendiri kerja aku gimana," Kansa memutar bola matanya malas. "Aku usahain,"
Xalio menghabiskan soto Kansa yang terisa setengah. Sayang kalau dibuang. Weekend kali ini dihabiskan dengan menonton film. Tidur siang, sorenya Xalio berkebun. Merawat beberapa tanaman ataupun mencabut rumput yang mulai tumbuh di sekitar pagar belakang rumah.
Kansa baru saja selesai mandi. Menikmati cemilan menyaksikan Xalio yang bekerja.
"Tambahin ayunan buat duduk bagus juga loh," Xalio menoleh. "Enak buat sore-sore,"
"Udah mandi?" Tanya Xalio menghampiri. Telapak tangan dan kakinya kotor.
"Nggak cium udah harum gini," Xalio tertawa kecil. "Xalio cuci dulu kakinya baru masuk!" Pekik Kansa melihat Xalio masuk ke rumah dengan kaki kotor.
"Oh iya, lupa,"
Xalio tertawa, mencuci kakinya di bawah air keran. "Sengaja sebenarnya, perhatian juga kamu,"
Kansa mendengus. "Kan susah ngepelnya,"
"Aku juga yang ngepel," Sindirnya. "Kapan ya aku lihat istri aku itu masak, nyapu rumah, nyuci baju, nyuci piring,"
"Emang aku pembantu,"
"Bukan gitu, maksudnya ada orang yang ngurusin aku," Kansa membuang wajahnya. "Aku udah punya istri loh, aku aja tau kewajiban suami itu apa. Harusnya kamu juga tau kewajiban istri itu apa. Aku nggak nuntut kamu bisa masak enak, rasanya seneng aja kalau di masakin istri meski rasanya asin," Xalio tersenyum tipis. "Aku mandi dulu, gerah,"
Kansa mengusap air matanya, menghentakkan kaki berlari ke kamar. "Kamu mah marah-marah terus,"
Bibir Xalio terbuka, matanya mengerjap. "Ya Tuhan," Ujarnya mengelus dada. "Aku nggak marah," Kansa menghentakkan pintu kamarnya keras.
"Kamu marah!" Pekiknya
"Nggak," Xalio mendekat ke pintu.
"Iya!"
"Nggak Kansa, aku nggak marah,"
"Marah!"
"Nggak,"
"Marah!"
"Iya marah,"
"Tuh kan marah!"
Xalio menggeram. "Sabar, Xal." Ucapnya menyemangati diri sendiri.
TBC
VOMENT
ASIKIN AJA LAH YA WKWK