Terima kasih telah mempercayaiku
Untuk merawat putra kesayanganmu,
Dan terima kasih sudah mengizinkan gadis biasa sepertiku masuk kedalam kehidupan keluargamu.
~Imam Tak Terduga~
🌸🌸🌸
“Mas, kita naik taksi atau dijemput orang rumah?” tanya ku pada mas Azis setelah keluar dari bandar udara Internasional Husein Sastranegara.
“Kayanya naik taksi aja deh, orang rumah gak bisa dihubungi semua” ujar Azis.
Usai taksi yang kami pesan datang, perlu waktu 1 jam menuju rumah mama mertua ku. Setibanya dirumah mertuaku mas Azis mengeluarkan koper dari bagasi taksi yang kami tumpangi.
Ting tong
“assalamu’alaikum” ucap kami dari luar rumah.
“Waailaikumsalam” ucap seseorang dari dalam rumah.
Saat pintu rumah iu terbuka lelaki paruh baya yang membukakan pintu untuk kami, ketika wajah mertua ku tepat dihadapan kami, aku langsumg mencium punggung tangannya dan begitu jua yang di lakukan oleh mas Azis.
“Kok pulang gak nelfon dulu, biar dijemput gitu” ucap ayah mertua ku.
“Tadi udah ditelfon, bapa aja yang gak angkat telfon azis” jawab suamiku.
“Handpone bapa di kamar, tadi lagi bantuin ibu kamu bikin kue” kata Ayah mertua ku.
“Emang ibu bikin kue apa pa?” tanya ku pada bapa sambil berjalan memasuki rumah.
“Gak tau lah bikin kue apa, pokonya bikin kue gitu”
“Loh ko udah pulang, kenapa gak kasih kabar dulu” tanya Ibu mertua dari arah dapur menuju tempat kami berdiri.
Aku dan mas Azis mendekati Ibu dan langsung mencium tangan Ibu sebelum menjawab pertanyaan yang terlontar dari mertua ku itu.
Mas Azis menjawab pertanyaan dari Ibu nya, dan menjelaskan kepada sang Ibu persis seperti menjelaskan kepada sang Ayah. Usai memberikan penjelasan kepada Ibunya Azis dan Rahma berpamitan menuju kamar Azis untuk menaruh barang barang dalam kopernya.
“Mas!” panggilku pada Mas Azis yang sedang tiduran diatas kasurnya.
“Apa sayang” Ia mengarahkan netranya sehingga pandangannya terfokus ke arahku.
“Aku menaruh baju ku disini boleh ya?” tanya ku seraya menunjukkan bagian lemari baju miliknya yang masih kosong.
Ia bangun dari tidurnya dan berjalan ke arahku hingga berdiri disamping kananku.
“Ngapain minta izin, ini juga lemari kamu. Bagian ini sengaja aku kosongin buat baju-baju kamu”Mas Azis membelai lembut kepalaku.
“Makasih yah mas sayang, udah di siapin buat aku” ucapku dengan nada suara manja.
“Ih gemes deh aku denger suara manjanya” sambil mencubit hidung.
“Ya udah mas, aku bantu Ibu bikin kue dulu yah. Kamu istirahat aja ya”
Ketika sudah mendapatkan ijin dari suamiku, aku segera keluar dari kamr menuju dapur untuk membantu Ibu mertuaku itu. Dari kejauhan aku sudah melihat wanita yang telah melahirkan suamiku sedang berkutik dengan alat masaknya.
“Ada yang perlu Rahma bantu Bu?” tanya ku dari arah belakang .
“Eh sayang, gak usah kamu istirahat aja sama Azis, kamu pasti cape ”
“Gak cape cape banget juga kok Bu, biar Rahma bantu ya bu” ucapku dengan nada memohon agar Ibu mertuanya itu mengizinkan membantunya memasak kue. Alhasil Ibu mertuanya luluh dan mengizinkannya membantu walau Rahma memberikan wajah yang sangat memelas.
“Kok banyak banget bu bikin kuenya?” tanya ku sambil mengadon bahan bahan kue kering.
“Iya bikin banyak, buat acara ngunduh mantu nanti. Klo bikin sedikit kadang Ibu ngerasa gak puas dan takut gak cukup, tapi kalo bikin banyak rasa puasnya ada” jelasnya.
“Oo gitu yah bu, Boleh nanya gak bu?”
“Boleh dong sayang, kamu mau nanya apa?”
“Mas Azis emang anak satu satunya ya Bu?”.
“Azis itu punya kaka laki-laki dulu, namun telah pulang kerumah Allah saat usia 4 tahun karena kena demam berdarah, saat usia Azis 7 tahun ibu hamil namun Allah juga sayang dengan adik nya Azis, usia adik Azis bertahan hanya 3 jam karena banyak keminum air ketuban.”jelas Ibu mertuaku.
“Berarti mas Azis anak kesayangan Ibu sama Bapa yah”
“Ya gitu deh, tapi gak Ibu manjain sama Bapa. Ya sudah kita lanjutin biar cepet selesai"
“Iya bu”.
Cukup lama aku dan Ibu mertua ku bergelut didapur. Banyak sekali kue yang kami buat, dan berbagai jenis kue kering. aku yakin keluarga dari suamiku sangat besar, terlihat dari kue yang dibuat. Usai membuat kue kami berdua menuju kamar kami masing masing untuk beristirahat.
Ketika memasuki kamar mas Azis yang kini juga menjadi kamar ku, tak ada aktivitas di dalam kamar itu karena pemilik asli kamar itu sedang tertidur.
Aku merebahkan tubuh ku disamping suamiku tidur, dan mengahadapkan wajahku tepat dihadapan wajah suamiku.
Sungguh tenang saat melihat wajah yang begitu manis dan enak dipandang ini sedang tidur. Aku masih tidak menyangka lelaki ini sungguh luar biasa. Tak pernah meumbar janji kepadaku namun langsung membawa bukti kepada ku dengan cara langsung menikahiku ucapku dalam hati sambil membelai rambut suamiku.
***
“Mas, bangun kamu belum sholat ashar” tangan ku membelai lembut suamiku seraya membangunkannya.
“Iya, sebentar lagi” ucapnya namun masih dengan mata tertutup.
Aku bangkit dari tidurku, dan menarik tangan Mas Azis untuk segera mandi dan sholat asar.
Usaha ku tidak sia sia, walau dengan susah payah aku membangunkannya namun akhirnya dia bangun dan langsung menuju mandi. Ketika Mas Azis sudah masuk kedalam kamar mandi, segera aku membaringkan tubuhku, sungguh hari ini sangat melelahkan.
“Kamu gak sholat?” ucap mas Azis ketika keluar dari kamar mandi.
Mata ku terpejam namun masih sanggup ku mendengar suaranya dan menjawabnya.
“Aku gak sholat, tamu bulananku baru aja datang mas” jawabku masih dengan mata yang terpejam.
Tak ada respon atau jawaban dari Mas Azis, namun terdengar suara takbir yang didengarnya pertanda bahwa sang suami sedang sholat.
***
Saat mataku terbuka tak terasa hari sudah gelap sungguh tak terasa aku tertidur cukup lama hingga ba’da magrib. Dan menyadari suamiku pun tak ada didalam kamar , terdengar suara kenop pitu terbuka dan suara langkah kaki didalam kamar. Mataku langsung mengarahkan ke sumber suara.
“Udah bangun sayang” ucap mas Azis yang berpakaian baju kokoh, sarung dan peci hitamnya, pasti dia dari mesjid.
“Kok aku gak di bangunin si mas?” protesku.
“Gak tega bangunin bidadari lagi tidur” ucapnya saat sudah berada di samping ranjang dan duduk disampingku.
“Mas ih” kataku sambil memanyunkan bibir ku seperti bebek.
“Ih jangan manyun gitu, bikin aku tergoda lo gitu” goda Mas Azis.
“Apaan sih, kok jadi ganjen gini”
“Iyaa gak papakan, ganjen sama istri sendiri” ucapnya sambil menurun naikkan alisnya. “Ayo siap siap, Ibu sama Bapa ngajak kita makan malam diluar” lanjutnya.
“Iyaa aku mau ganti baju dulu” ucapku melangkah pergi dari posisiku dan menuju kamar mandi.
Ketika sudah sampai di restoran yang cukup mewah, Ibu dan Bapa mertuaku memesan makanan favorit mereka dan ditambah menu lainnya. Sedangkan aku memesan makanan yang sama dengan suamiku, karena aku bingung makanan yang terenak di restoran ini apa.
Berhubung restoran ini adalah tempat makan favorit dari keluarga baru ku ini, jadi kubiarkan menunya ku sama kan dengan suamiku.
Ini adalah malam pertama ku makan di kota Bandung, dengan orang orang baru. Biasa nya aku makan dengan Ayah dan Mama. Namun, malam ini aku makan bersama keluarga baruku.
Jazakumullah Khairan katsiiraa buat kalian yang sudah membaca Imam Tak Terduga ini. Maaf klo kalian kurang suka dengan ceritanya tapi author berharap kalian suka ☺.
Segini dulu yah manteman 😊
Tinggalkan jejak kalian dengan cara vote karya aku yahh. Typo masih meraja lela.
Salam manis dari aku 🌹