Cinta Di Langit Aleppo

By IsrinaSumia

128K 5.9K 401

Eru seorang brigadir muda yang ditugaskan untuk memata-matai Sayyidah Rahmah wanita yang dicurigai sebagai an... More

PART 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
15
Part 16

Part 17

13.8K 393 99
By IsrinaSumia

#CINTA_DI_LANGIT_ALEPPO
#PART_17
#KEINDAHAN_MEDITERANIA
______

Sayyidah roboh, matanya terbelalak dan memerah, hatinya pilu, mengetahui kebenaran bahwa Amir bukan lelaki baik yang ia pikirkan selama ini. Wanita itu terisak menahan sesak di dada ketakutan hingga sulit bernapas. Khawatir menyambangi hati, kehilangan Eru suaminya, membayangkan Amir akan menikam jantungnya.

“Aku mohon datanglah …. kamu di mana? Aku mohon … aku membutuhkanmu! Aku tak ingin kamu mati, aku mohon datanglah!”

Suasana mencekam memenuhi kamar Sayyidah. Malam menjadi menakutkan baginya, pikirannya terus terbang memikirkan nasib keluarga juga lelaki yang teramat ia cintai. Ia meringkuk di atas ranjang menangis. Berharap lelaki itu datang mengusap keresahan, berharap lelaki itu datang dan memberikan maaf atas kekeliruannya.

“Room Service!”

“Im sorry! I don’t request anything.”

“Mrs Madina ask me to tell you, its time for dinner.”

“Thank you, please tell her I can’t go down now, im so sleepy!”

“Ok. Madame!”

Sayyidah terduduk di ujung ranjang, menekuk lututnya seraya berdzikir, menutup wajah dengan kedua belah telapak tangan. Hening. Hanya suara isak tangis yang terdengar. Ia begitu takut lelaki berwajah garang itu akan menemuinya atau membunuh suaminya. Rasa lapar sirna, wanita ini tak ada gairah untuk bangkit dan menyelesaikan masalahnya.

“Room Service!”

“I told you before … I cant go down, Now!”

“Sayyidah ini aku! Buka!” Suara tebal itu akhirnya terdengar, suara yang begitu menenangkan jiwa. Kesulitan serasa jatuh bersamaan dengan tetesan mata terakhir. Wanita yang sejak tadi menangis itu mengusap kasar wajahnya lalu berlari, menapaki karpet tebal dan buru-buru membuka pintu. Napasnya tersengal, Eru terlihat mengenakan kaos hitam dan jaket hijau lumut juga topi yang menyamarkan wajahnya. Tangan kanan membawa kantung berisi makanan.

“Boleh aku masuk?”

Sayyidah diam mengizinkan lelaki itu masuk, sorot matanya masih tajam. Kekecewaan masih terasa nyata. Meskipun begitu hati Sayyidah merasakan kenyamanan teramat dalam. Ia melangkah masuk meletakkan makanan di atas meja.

“Dengar Sayyidah … apapun alasanmu, kamu harus makan … aku cari kau di bawah! Kamu sakit?”

Sayyidah diam lalu memeluk lekaki di hadapan.Tubuhnya bergetar, mendekap erat pada tubuh kekasih yang terdiam. Hingga pelan-pelan terdengar isak tertahan. Mengeras. Seperti terbang ke angkasa Eru merasakan rindu yang kian lapuk terbayar malam ini. Wanita di hadapan terlihat lemah dan kacau, rindu yang ia rasakan seperti sama besarnya. Tangan Sayyidah semakin erat memeluk, tubuhnya gemetar begitu pun napas yang tersengal. Pelan tangan Eru membalas pelukannya, menarik tubuhnya ke hadapan. Mengusap basah di wajah hingga kering.

“Sayyidah apa yang terjadi?”

“Aku mohon jangan pergi!”

“Apa yang terjadi?”

“Lelaki itu akan membunuhmu Eru … dia akan membunuhmu.”

“Lelaki siapa? Katakan?”

“Amir … dia akan membunuhmu!”

“Bagaimana bisa?”

“Tadi dia ke kamarku!”

“Apa yang ia lakukan?!”

“Ia berusaha untuk menyentuhku …!

“Lalu?”

“Aku menolak, aku katakan aku sudah menikah lagi!”

Eru menarik napas dalam-dalam, menarik tubuhnya ke pelukan.

“Eru lelaki itu tidak sedang disandera, dia adalah otak dari semua misi ini!” lanjutnya terisak di pelukan.

“Aku sudah tahu Sayyidah … aku sudah tahu! Katakan apa kau memberitahu keberadaanku di tempat ini?”

Sayyidah menggeleng “Aku tak ingin kau mati … aku bersumpah aku tak ingin kau mati!” Wanita itu terus menangis tiada henti.

“Berjanjilah kau akan terus hidup … berjanjilah!” Lelaki itu merengkuh wajah Sayyidah.

“Aku tidak akan mati … aku bersyukur kau sudah tahu semua. Dengar … kamu harus tetap berada di sini. Lakukan apapun yang lelaki itu pinta, kamu lihat kamar itu?” ucap eru seraya menunjuk pada jendela kamar Sayyidah. Persis di seberang sana adalah kamarku. Aku ada di sana, selalu melihatmu dari jauh, mengawasimu agar kamu tetap aman. Maafkan aku … tadi aku sibuk hingga tak sadar ada seseorang masuk ke kamarmu.

“Maafkan aku … maafkan atas semua kekeliruanku … maaf! Maafkan aku Eru!”

Sayyidah bersimpuh di kaki suaminya, menyesali setiap kesalahan yang pernah ia lakukan.

“Sayyidah … Ayahmu aman bersama kami. Kamu harus membantu membebaskan saudara-saudara kita yang terjebak di sana. Kamu mengerti! Kamu adalah dirimu yang dulu, Apa yang kau katakan tentangku padanya?”

“Aku mengatakan kau seorang dokter.”

“Bagus … bagus sayang! Aku sangat senang! Katakanlah pada semua orang bahwa kau sudah menikah, kau hanya milikku seorang! Tapi jangan beritahu mereka, bahwa suamimu seorang intelligent!” ucapnya tersenyum memberikan gairah semangat yang hampir hilang.

Sayyidah mengangguk lembut, “Aku akan datang lagi … aku mohon kuatlah, kamu harus makan mengerti. Ini!” Sebuah telepon genggam ia berikan.

“Ini!”

“No satu adalah nomorku. Cukup berikan panggilan satu kali, aku akan datang. Ingat Sayyidah jangan menghubungiku jika tidak ada masalah genting. Kamu sedang diawasi mereka.

"Aku pergi …,” ucapnya seraya mengecup kening.

Sulit melepas pelukannya, tapi Sayyidah paham ada yang harus suaminya kerjakan. Entah apa, ia pun tak tahu. Kini ia percaya bahwa suaminya adalah seorang pejuang sejati yang akan terus memperjuangkan cinta, keluarga dan negaranya juga agama. Eru pergi meninggalkannya hanya  untuk beberapa saat dan akan terus mengawasinya.

***
Lobby penginapan penuh dipenuhi orang-orang yang sedang liburan, dua hari sebelum mereka menuju Andana, mereka akan pergi menuju pantai laut mediterania tepatnya di kota Mersin Turki.

Perjalanan darat mereka tempuh membutuhkan waktu 2 sampai 3 jam untuk tiba di sana. Sepanjang perjalanan Sayyidah hanya terpaku diam menahan rindu akan suaminya. Panorama keindahan kota izmir seakan tak mampu menghipnotis dirinya. Bangunan tua, seperti kapel dan gereja terlihat berjejer di jalanan berbukit, bus bergerak menuju selatan turki.

Sebelum menuju Mersinn, bus wisata menepi pada sebuah wisata terkenal di kota Izmir. Museum Celcus. Wanita itu turun menapakkan kaki di sebuah bangunan kuno ala romawi kuno. Di tempat ini seolah-olah kita sedang berada di zaman Romawi, gedung terbuat dari bebatuan dan ratusan artefak terukir di setiap dinding. Sebuah gambar yang mengkisahkan tentang kerajaan romawi zaman dulu, “kisah Ashabul Kahfi bermula di tempat ini,” ucap salah seorang tour guide.

Sayyidah meraba setiap artefak dengan jemarinya yang lentik. Memandang puluhan pilar yang berjejer persis di hadapan, udara Izmir siang ini terasa panas hingga membuat peluh terus menerus menetes membasahi mata. Peluh yang tidak hanya berasal dari cuaca melainkan dari rasa ketakutan yang teramat dalam akan seseorang yang sedang mengawasinya.

“Madame!”

“Yes!”

“This is for you!”

“Thank you!” jawabnya seraya mengusap pipi gembil seorang anak perempuan yang Eru suruh.

Mata Sayyidah berbinar, melihat sebuah sapu tangan untuknya. Sapu tangan yang pernah ia bersihkan dulu, sapu tangan beraroma maskulin. Cukup membuat rasa rindu akan Eru semakin menggila. Ia edarkan pandangan ke setiap sudut ruang mencari keberadaan kekasih, setiap orang sibuk berfoto dengan kerabat, sedangkan Sayyidah hanya terpaku diam, merasakan getir pahit akan ujian yang harus ia hadapi. Jauh dari sana ke arah utara, dua orang lelaki berpakaian sedikit kusam army seperti tengah mengamatinya. Ia melengos menyadari bahwa keberadaan Eru pun sedang terancam.

Wanita itu lantas berbaur mencoba menghilangkan rasa takut di hati. Dua lelaki tampak mengikuti, entah bagaimana ia bisa menyampaikan pesan pada sang kasih. Sayyidah masuk ke dalam kerumunan orang-orang yang tengah mendengar penjelasan dari seorang tour guide.

“Jangan panik!” ucap suara tebal yang teramat ia rindukan.

“Mereka …?”

“Aku tahu … aku ada di sini, tak akan kubiarkan mereka menyentuh istriku. Percayalah!” ucapnya seraya menggenggam jemari Sayyidah.

Rasa tenang mendadak merasuk, lelaki itu bagai angin tiba-tiba datang dan mendadak menghilang.

Perjalanan mereka lanjutkan menuju kota Mersin. Kota yang memiliki nuansa alam laut Mediterania, siapapun akan terhipnotis akan keindahan nuansanya. Laut mediterania atau yang biasa di sebut dengan laut tengah. Merupakan tempat yang menjadi kunjungan utama para turis. Mersin tak hanya beruntung memiliki memiliki susunan kota yang indah dengan laut. Terdapat sebuah pusat perbelanjaan di atas laut. Lautnya berwarna hijau kebiruan, sepanjang jalan dihiasi lampu penerang jalan yang membuat suasana semakin romantis. 

Dua jam berlalu, Sayyidah membuka sedikit kaca jendela busnya, udara pantai melipir ke wajahnya. Ia nikmati lalu mengembuskan napas, ia yakin suaminya kini pun sedang melakukan hal sama.  Bunyi desiran ombak mulai terdengar.

Bus mereka pun menepi. Sebuah pemandangan yang begitu indah, lebih indah dari Pudak kampung halamannya. Pantai di tempat ini terlihat lebih modern, lampu-lampu penghias berjejer di sepanjang garis pantai, beberapa perahu boat tersusun di muara. Suara deburan ombak, dan warna laut yang biru semakin menaikkan gairah. Mereka para wisatawan berlari, bersuka cita menyambut kebebasan sedangkan dirinya terpaku diam. Merindukan orang terkasih, berharap bersama dengannya menatap panorama indah hasil karya terbaik Sang pencipta.

Air mata menetes, menyampaikan pesan bahwa ia sedang rindu, rindu mengucap sayang, rindu mengucap cinta, rindu bersenda gurau, rindu memadu kasih, rindu untuk mengucap maaf. Jubah hitam berbalut niqab hitam menyelimuti tubuhnya, terlihat anggun saat angin laut berembus ke arahnya. Sayyidah lebih memilih termenung diam, tak sanggup mengabadikan Mersin di mata, tak sanggup memuja pada suatu hal yang indah karena hatinya sedang merindu.

“Madame!” Seorang anak lelaki  berusia 7 atau mungkin 8 tahun datang membawakan kertas kecil juga sekuntum mawar merah untuknya.

“This is for you!”

“Thank you!”

Tak sabar ia buka buru-buru kertas kecil pemberian anak berambut ikal tersebut.

“Oh my God! They are so fool, they don’t know that my wife more beautiful than this beach!”

Sayyidah tersenyum, ia edarkan pandangan berharap anak lelaki itu datang kembali membawakan surat yang berbeda. Berlari mengitari pantai mencari keberadaan suaminya.

“Madame!”

“Yes!” jawab Sayyidah dengan senyum sumringah. Kali ini wanita itu bangkit dan menggendong seorang anak wanita berusia 5 tahun, rambutnya ikal, matanya begitu bulat dan besar. Ia edarkan pandangan.

“Tell him … I love him!” bisik Sayyidah. Tak lama anak itu tersenyum lalu berlari, entah disampaikan atau tidak ia merasa Eru pun sudah tahu betapa bahagia dirinya.

Sebuah kertas kembali ia terima, ia buka.

“Don’t be sad … im here, looking at you!” Sayyidah berdiri berputar mencari suaminya yang terus menerus memberikan pesan kaleng. Gaun hitamnya terbang begitu pun cadar yang menutupi wajah. Sekilas bibir merahnya sedikit terlihat.

“Madame!”

“Yes!” ucapnya semakin bergairah entah di mana lelaki itu. Ia selalu kalah satu langkah  darinya. Anak lelaki lain berusia 12 tahun kini memberikan pesan padanya.

“I love you!”

“I love you too … so much!” Ia menggenggam surat kaleng dari suaminya mendekap  erat lalu menangis. Mendekap di pelukan duduk di atas pasir, merasakan cinta suaminya yang begitu besar untuknya. Rasa syukurnya memuncak, bahagia, surat kaleng ini bahkan lebih indah dirasa dibandingkan keindahan laut mediterania yang bewarna kebiruan. Lebih indah dari Gunung Kelud juga Bukit Arjuna yang pernah mereka datangi. Sayyidah merasa aman, ia bangkit lalu berbaur bersama lainnya. Merasa sedang diawasi dan diperhatikan.

“I love you … I love you!!!” teriaknya. Lelaki itu mungkin tak mendengar teriakannya namun ia pasti bisa merasakan gelora yang berbeda.

***
Dalam kamar hotel di kota Mersin satu hari sebelum keberangkatan mereka ke kota Andana. Wanita itu terpaku diam mematung di depan jendela. Tangannya menggenggam ponsel pemberian suaminya. Eru tak muncul satu hari ini, hanya beberapa surat kaleng yang ia sempilkan di lengan pakaiannya seperti dulu ia menyembunyikan chip.

Ia mondar mandir seraya menatap ke luar, resah sedikit kandas setelah melihat  Mersin di tengah malam. Tatanan jalan yang rapih dan mulus, sangat cocok untuk berjalan atau bersepeda seharian, bangunan yang eksotis berbau eropa campur timur tengah menghiasi sudut jalanan, dan hamparan lautan di sisi jalan hotel membuatnya takjub.

Jendela kamarnya dibiarkan terbuka, suasana romantis laut Mediterania telah menyedot perhatian wanita berdarah melayu ini, hingga mendadak aliran darah serasa panas, rindu kian memuncak. Ia mematung cukup lama dan lelaki itu tak kunjung menemuinya.

Duduk di depan cermin. Kamarnya berukuran empat kali lima meter persegi, sebuah ranjang modern dan dua buah nakas gaya eropa tertata rapi, karpet tebal selalu menjadi teman dekat saat ia menginjakkan kaki di hotel, sebuah meja rias dengan beberapa perlengkapan hotel di atasnya.  Saat di Mersin sore tadi, ia membeli beberapa helai pakaian juga wewangian. Entah apa yang diinginkan ia hanya ingin memadu kasih dengan suaminya, memberikan kebahagiaan yang tak pernah lelaki itu dapatkan, memberikan hak yang semestinya sudah lama ia dapatkan.

Sayyidah kenakan gaun merah dengan hiasan renda di tepi pakaian, ia gerai rambutnya, membersihkan wajah, lalu mengenakan wewangian. Berulang kali mengulum bibirnya agar sedikit terlihat merona. Diam, menepi, menunggu lelaki itu datang. Sambil berdzikir, kemudian membaca mushaf, mondar mandir di dalam kamar menunggu lelaki itu mengetuk pintu kamarnya. Eru tak kunjung datang. Hari semakin larut, ia lihat jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Tak ingin kali ini gagal hanya karena pekerjaan. Ia duduk di atas kursi meja rias, memandang diri dan teringat akan sebuah janji yang pernah ia sampaikan dulu.

“Aku mencintaimu … sungguh akupun mencintaimu, tapi aku belum bisa percaya padamu. Mengertilah, aku berjanji jika suatu hari kepercayaan itu datang aku yang akan mendatangimu terlebih dulu, menjemput pahala yang sama dengan pahalanya seseorang yang mati Syahid, Percayalah ….”
Malam ini hatinya tak hanya cinta namun juga percaya sangat yakin. Ia tarik napas dalam-dalam, mengambil sebuah ponsel yang sempat Eru berikan. Lalu menghubunginya, hanya satu kali panggilan lalu ia matikan. Ia dekap ponsel di pelukan, menunggu lelaki itu datang seperti janjinya.

Suara jarum jam berlomba beriringan dengan degup jantungnya yang kian cepat. Wanita itu terus menunggu dan menunggu. Napasnya tersengal, belum pernah ia merasakan aliran darah sepanas malam itu. Hingga.

“Sayyidah!” Wanita itu tersenyum lebar, pipinya mendadak merona memerah karena malu, desiran hati bagai ombak, tak sanggup ia menahan gelora cinta yang membara.

Pelan ia buka pintu kamarnya, lalu bersembunyi malu di balik pintu.

“Apa yang terjadi!” tanya Eru panik, tak lama tubuh lelaki itu mematung menatap wanita di hadapan. Bidadari bergaun merah, tubuhnya semampai, putih, bulu matanya lentik, bulat matanya, hidung mancung dan bibirnya begitu tipis dan menggoda, rambutnya lurus tergerai sebahu.

“Aku hanya ingin bersamamu, malam ini …,” ucapnya rambut tergerai dan sedikit terembus oleh udara laut Mediterania dari jendela yang sengaja ia buka.

“Sayyidah aku ….”

“Aku tak peduli!” Tubuh Sayyidah perlahan mendekat.

“Aku sedang diskusi dengan tim ….”

“Sebentar saja!”

“Sayyidah!”

“Aku mohon!” Sepasang mata kini saling menatap, Eru lemah tak berdaya di pelukan sang bidadari. Lututnya seakan hancur, tak sanggup ia melukiskan keindahan di hadapannya. Sayyidah lebih cantik dari keindahan Mediterania, lebih cantik dari pesona Gunung kelud, perlahan Sayyidah letakkan sepasang tangan di dada, ia kecup dada Eru dengan manja. Bulir bening menetes di matanya, perlahan Eru kecup setiap air yang terjatuh  dari mata.

Keindahan di wajah Sayyidah hampir sama dengan keindahan bunga mawar yang baru saja merekah, begitu harum, tak jenuh untuk dipandang. Ia dekatkan wajahnya, wanita itu bergeming, Sayyidah hanya memejamkan mata. Perlahan Eru mengecup kening lalu bingkai di wajahnya, begitu ranum. Debar jantung kian hebat hingga semua kesempurnaan diraihnya. Ia gendong istrinya lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang, mengecup setiap sudut kecantikan di wajah Sayyidah.

Bagai kupu-kupu yang hinggap pada sebuah kuntum bunga, merampas semua benih di dalamnya, merasakan nikmatnya keindahan bunga, cukup lama dan bunga di hadapan hanya diam juga turut menikmati karena putik membutuhkan benang sari untuk berbuah.

Malam itu adalah malam terindah bagi lelaki bernama asli Maheru Sakti Bramentya. Nama yang sejatinya telah sah disebutkan dalam sebuah akad pernikahan, bukan Eru Brijaya seperti yang ia sebutkan dulu pada wanita yang kini telah jatuh di pelukan. Sayyidah kini telah mantap dan yakin bahwa ia tak salah mengambi keputusan, ia telah yakin bahwa Eru adalah suami yang akan membawanya kelak hingga ke surga.

Ribuan malaikat bergerumul mendoakan sepasang manusia yang kini telah sah di mata Allah … Kota Mersin empat jam dari kota Aleppo tempat tujuan mereka menjadi saksi akan bersatunya dua insan yang saling mencinta, saling mengasih. Sayyidah dan Maheru telah resmi bersatu bukan hanya dalam sebuah ikatan, melainkan ikatan suci yang sejatinya akan tercatat hingga Lauh Mahfuz. Tangisan mengiringi keduanya, hingga hampir fajar keduanya belum terlelap, masih menikmati indahnya berkasih, nikmatnya bercinta yang telah dihalalkan oleh Tuhannya.

_END_

Terima kasih untuk semua yang sudah setia menunggu kisah Eru dan  Sayyidah. Seperti biasa demi sesuap nasi, cerita ini akan saya bukukan. Mohon maaf bagi yang kurang berkenan, semoga Allah terus melapangkan hati semua emak-emak di sini dan memperbanyak rezeki hingga Novel saya bisa mampir di rumah. Bagi yang berminat untuk ikut waiting list Novel ini bisa langsung menghubungi :

LIST MARKETER COMBLANG SYAR'I

BODETABEK

1.Luluk Book Store
wa.me/6282213859743
https://www.facebook.com/lulu.vadilah

2. Nuning
bit.ly/2yrOpiG
087823486144
https://www.facebook.com/farra.muslimclothes.5

JAKARTA

3. Khorina
Wa.me/ 628978280422
FB. Khorina wahidin

JAWA BARAT

4.  Dian kia
Karawang, Jawa Barat
wa.me/628111775704
Https://www.facebook.com/dian.kia.14

5.  Neng Riska
Bandung, Jawa Barat
wa.me/6287786565123
www.facebook.com/aanqz.khatara

6. Amelia
Tasikmalaya
wa.me/6281563586485
Fb.  Amelia Flory

JAWA TENGAH

7. Puspa kinanti
Kendal, Pekalongan, Semarang, Demak, Kudus, Pati, Jepara dan sekitarnya
Wa.me/6285712885015
https://www.facebook.com/nihay.rid

8. Masruroh
Yogyakarta, Solo, Klaten, Sragen, Boyolali, dan sekitarnya.
Wa.me/6281904111809
Fb : https://www.facebook.com.dek.yuyohthokwae
Fb : Alifah Nurul

9. Norma Julia
Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen, Purworejo, Pemalang, Tegal, Brebes dan sekitarnya
Wa.me/6287821111789
Fb. https://www.facebook.com/norma.julia9

JAWA TIMUR

10. Mega
Nganjuk, Kediri, Jombang, Madiun, Malang, Jatim
wa.me/6285236502164
https://facebook.com/annhyzhac

11. Yuli
Mojokerto, Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya, Gresik, Lamongan, Tuban, Madura, JATIM
wa.me/628885230685
https://www.facebook.com/ariek.dharma

12. Salima Saif
Blitar, Tulungagung, Ponorogo, Ngawi, Jember, BWA, dan sekitarnya - JATIM.

WA: http://wa.me/6282141092759
FB: https://www.facebook.com/salima.saif

BALI

13.Nana
Wa : 085254315533
Fb : isna aiqo agustina

LOMBOK

14.  Moly
Wa : http://bit.ly/PecanduBuku
Fb : Baiq Moly

ACEH

15. OJA
Fb: Ojaa
Wa :082277764220 or wa.me/6282277764220

SUMATERA UTARA

16.Milfa Yusra     Padangsidimpuan dan sekitarnya
Fb.https://www.facebook.com/milfa.gultom
wa.me/081370619232

SUMATERA BARAT

17. Melati
Fb : https://www.facebook.com/melati.rebecca
Wa : 085270090755 (wa.me/6285270090755)

JAMBI

18. Lia Ramadhani
Wa.me/6282279423465

Link FB https://www.facebook.com/lia.ramadhani.5055

BANGKA BELITUNG

19.
Sumsel-Babel
Lampung - Bengkulu

Wike Meriana
wa.me/6283878469081
fb: wike meriana

Nama: Ayu Ningsih
No. tlp: 085766655606
Fb: Ayu Ningsih

KALIMANTAN

20. Irene Monica
Kalbar, kaltra, dan Kuching
wa.me/6281250515271
https://www.facebook.com/irene.monica.754
https://www.instagram.com/reginaangelorum09?r=nametag

21. Ririn
Kalimantan selatan, tengah, dan sekitarnya
http://bit.ly/Ririn_ / http://wa.me/6281345317554
https://www.facebook.com/ries.foulrina

22. Intan Puspita
Kalimantan Timur dan sekitarnya (Balikpapan, Berau, Penajam, Paser, KuKar)
WA: wa.me/6285292317998
FB: https://www.facebook.com/intan.angelita

23. Maya Ibrahim
Kalimantan Timur dan sekitarnya (Samarinda, Bontang, KuBar, KuTim, Mahakam Ulu)
WA: wa.me/6281351896703
FB: Maya ibrahim

RIAU

24. Riska
Riau, Kepri, Pekanbaru dan sekitarnya
Wa.me/082284057941
https://www.facebook.com/riska.deviana.121

MAKASSAR

25. Sulawesi Selatan
Ayya
Kendari, Palu, Indonesia Timur
Wa : http://bit.ly/AyyaBooks
Fb : Noer Hidayah…

Continue Reading

You'll Also Like

174K 7.2K 30
Ini hanya kisah Boboiboy dan (Name) yang dinikahkan pada umur 17 tahun dengan dalih perjodohan. Lantas bagaimana kisah mereka kedepannya? Warning...
114K 12.6K 41
[ On going ] "Kalian diperbolehkan untuk membunuh satu sama lain." "Saat di akhir, satu orang dari kalian akan menjadi MVP." • • • Bukankah sekolah t...
34.2K 5.6K 29
Freo adalah seorang pemimpin geng motor dengan julukan handsome badboy. la adalah sosok yang keras kepala dan menjadi pribadi yang membangkang. Perke...
61.9K 5.8K 14
Zane Rudyard Mavendra Laki-laki berusia 19 tahun memiliki sifat bunglon atau sifat yang sering berubah-ubah kadang dingin, cuek, dan kadang pecicilan...