Ig:@hycaa_06
Jangan lupa Voment yaaa;)
••••••
19:33
TokkTokkTokk.
Tiba-tiba pintu kamar Sisil ada yang mengetuk begitu saja.
Sisil merasa terganggu dengan ketukkan itu. Sisil langsung bangun dari duduk nya dan menyimpan laptop miliknya di kasur, lalu berjalan menuju pintu kamar.
Ceklek.
Dan...tiba-tiba didepan pintu kamar Sisil menampakkan seorang laki-laki yang begitu familiar bagi Sisil. Siapa lagi kalau bukan Alvaro.
"Hai." sapa Alvaro.
Sisil memutar bola mata nya malas.
"Ngapain?." tanya Sisil to the point.
"Emang gak boleh maen kerumah pacar sendiri gitu?." goda Alvaro.
"Iya. Cepet mau ngapain? Langsung to the point aja." jawab Sisil.
Alvaro menghela napas nya pelan.
"Di luar yu." ajak Alvaro.
Sisil mengangkat satu halisnya bingung. Kenapa pacar nya ini tiba-tiba mengajaknya keluar?.
"Ngapain?." tanya Sisil bingung.
"Cari angin."
"Disini juga kan ada AC." jawab Sisil.
"Pengen yang alami aja gitu." elak Alvaro.
"Emang nya di luar ada apa sih?." bingung Sisil.
"Ya. Pengen cari angin aja ,pengen yang alami gitu." jawab Alvaro.
Lalu Sisil pun memutar bola mata nya malas. Pasrah dengan keinginan Alvaro yang ingin diam diluar.
"Yaudah bentar. Aku ganti baju dulu." ucap Sisil.
"Gausah. Gitu aja deh biar cepet." jawab Alvaro.
Sisil mulai curiga. Dan mengangkat satu halisnya.
"Aneh. Yaudah ayo." jawan Sisil lalu berjalan menuju keluar rumah.
Dan nyatanya tidak ada apa-apa.
Lalu mereka pun duduk di kursi taman halaman rumah Sisil.
"Aku mau tanya boleh?." tanya Alvaro.
"Apa?." jawab Sisil singkat.
"Hm. Kalau yang paling indah di dunia ini tuh apasih?." tanya Alvaro sukses membuat Sisil bingung dan berfikir keras.
"Eum. Bintang?."
"Bukan."
"Bulan?."
"Bukan."
"Matahari?."
"Coba deh tebak lagi."
"Terus apa dong?."
"Coba deh tebak sekali lagi."
Sisil pun berfikir dengan keras namun tak menemukan jawaban yang pas.
"Tau ah. Pusing." pasrah Sisil menyerah.
"Yakin nyerah nih?."
"Hm. Cepetan apa?." tanya Sisil tak sabar.
"Kamu." jawab Alvaro berhasil membuat Sisil melirik kebingungan.
"Kok aku?."
"Karena menurut aku, kamu tuh yang paling terindah di dunia ini dan di kehidupan aku. Jangan pernah menyerah karena masalah sebesar apapun. Berdoa lah kepada tuhan untuk kita terus di persatukan dalam hal apapun." jawab Alvaro membuat mata Sisil mengeluarkan air bening yang mengalir begitu saja.
"Hei, jangan nangis." lanjut Alvaro, lalu menghapus air mata Sisil.
"Maafin aku yah, aku baru sadar bahwa aku tuh terlalu egois dalam hubungan ini." jawab Sisil menyesal.
"Dengar yah, Egois. Ada namun sulit untuk di kendalikan. Selalu ada dalam sebuah hubungan. Berhasil akan semakin kuat. Gagal akan menjadi pupus. " ucap Alvaro dan menenangkan Sisil.
"Udah ah, jangan nangis. Jelek tau gak sih kalau kamu lagi nangis tuh." lanjut Alvaro. Lalu Sisil pun mulai berhenti menangis.
"Terimakasih, untuk semuanya." jawab Sisil, lalu memeluk tubuh Alvaro dan menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Alvaro.
"Eum. Aku boleh minta tolong gak?." tanya Alvaro. Lalu Sisil melepaskan pelukkan itu dan kembali fokus melirok Alvaro.
"Apa?."jawab Sisil menaikkan satu halis nya.
"Tolong ambilin minum dong di mobil aku." ucap Alvaro membuat Sisil bingung.
"Tumben, bawa minum sendiri?."
"Mau aja sih. Gak mau ngerepotin pacar aja." jawab Alvaro.
"Boleh kan aku minta tolong bawain?." lanjut Alvaro.
"Siap bos." jawab Sisil dengan menghormatkan satu tangannya di depan jidat.
Lalu Alvaro terkekeh pelan melihat kelakuan Sisil yang Sangat lucu baginya. Lalu Sisil pun beranjak dari duduknya menuju garasi di rumah nya untuk membawakan minum untuk Alvaro.
Sisil terus saja mencari-cari botol minum yang di maksud Alvaro, namun tidak ada di jok depan. Yang ada hanya oba-obat tan pada umumnya, tissue, sendal, topi, dan sepatu. Sisil langsung berpindah ke jok belakang mencoba mencari lebih teliti lagi. Dan, bukan botol minum yang di temukan Sisil. Tapi sebuah boneka panda besar yang sedang memegang sebuah cokelat , bukankah itu yang Sisil inginkan kemarin?.
Wajah Sisil berbinar senang. Lalu Sisil mencoba melihat surat yang tertera di atas cokelat itu dan membacanya.
'Untuk kamu, Pricilla Helmalia Pradipta:)'
Itulah tulisan dari kertas berwarna pink itu. Sisil langsung memeluk boneka itu dan membawanya ke hadapan Alvaro.
"Gimana. Suka?." ucap Alvaro tiba-tiba.
Lalu Sisil mengangguk cepat dan memeluk Alvaro dan menyenderkan kepala nya di dada bidang milik Alvaro.
"Nyebelin! Tau gak, tadi aku udah cari se-teliti-teliti nya tapi bener-bener gak ada. Eh pas aku pindah ke jok belakang, ada boneka dan cokelat yang aku sukaaaa!." ucap Sisil memukul dada bidang Alvaro.
"Nyebelin. Tapi suka kan?." goda Alvaro membuat Sisil tersenyum.
"Yaudah, kalau gitu. Aku pamit pulang dulu ya." pamit Alvaro.
"Udah? Cuma ngasih ini doang?." tanya Sisil dengan mengangkat satu halisnya.
"Terus, mau apalagi?."
"Pengen di nyanyiin." jawab Sisil.
"Yaudah. Sebentar aku mau ambil dulu gitar di mobil."
Lalu Sisil mengangguk dan kembali duduk di kursi taman belakang rumah menunggu Alvaro yang sedang mengambil gitar.
Setelah menunggu beberapa menit. Alvaro langsung duduk di sebelah Sisil.
"Nyanyi apa?." tanya Alvaro dan melirik Sisil.
"Terserah."
Lalu tanpa banyak berfikir Alvaro langsung memetik senar gitar nya.
Banyak sudah ku lewati
Kisah cinta lain
Tapi tak seindah kamu
Kau tlah sandarkan hatiku
Hingga ku memilih
Dirimu di hatiku
Takkan pernah lagi ku temukan
Cinta yang sama seperti kamu
Kau berikan aku cinta
Berikan aku rasa
Hingga tak bisa berpaling
Kau terindah di hidupku
Terbaik tuk diriku
Jangan pernah terpisahkan
Banyak sudah ku lewati
Kisah cinta lain
Tapi tak seindah kamu
Kau tlah sandarkan hati ku
Hingga ku memilih
Dirimu dihatiku
Sisil langsung menyambung kembali lagu yang Alvaro nyanyikan dan akhirnya mereka bernyanyi bersama.
Takkan pernah lagi ku temukan
Cinta yang sama seperti kamu
Kau berikan aku cinta
Berikan aku rasa
Hingga tak bisa berpaling
Kau terindah di hidup ku
Terbaik tuk diriku
Jangan pernah terpisahkan
Hooo. Takkan bisa ku pergi
Meninggalkanmu
Walaupun sesaat
Oooo. Kau berikan aku cinta
Berikan aku rasa
Hingga tak bisa berpaling
Kau terindah di hidupku
Terbaik tuk diriku
Jangan pernah terpisahkan
Jangan pernah terpisahkan ~ Rey Mbayang - Terindah di hidupku.
Lalu Alvaro mulai mengakhiri petikkan senarnya.
"Gimana? Udah ya. Aku pamit pulang." Ucap Alvaro dan di anggukki oleh Sisil.
"Yaudah. Gak mau pamit dulu gitu sama mama aku? Katanya pengen banget ketemu papa aku." jawab Sisil.
"Yaudah ayo." ajak Alvaro dan mereka pun langsung memasuki rumah Sisil dan menemui kedua orang tua Sisil.
"Maaaaa! Paaaaa! ." teriak Sisil.
"Ada apa?." jawab Dita mama Sisil.
"Alvaro mau pamit pulang katanya." jawab Sisil dan melirik ke arah Alvaro.
"Tante. Saya pamit pulang dulu." panit Alvaro dengan menyalimi tangan mama Sisil.
"Iya. Hati-hati di jalan ya?." jawab mama Sisil dan di anggukki oleh Alvaro.
Lalu tak lama kemudia Ricard (papa Sisil) turun dari tangga dan nenemui Sisil.
"Ada apa?." tanya Ricard.
"Ini Alvaro. Pa." jawab Sisil.
"Om. Assalamualaikum." ucap Alvaro sopan.
"Waalaikumsalam. Oh ini yang namanya Alvaro. Yang kata Sisil ganteng, baik, terus idaman Sisil banget?." goda Ricard dengan melirik ke arah Sisil yang sedang melototti papa nya.
Ricard hanya terkekeh pelan melihat putri nya ini sangat malu karena perkataan tentang Alvaro yang pernah dibicarakan Sisil kepada papa nya di bongkar oleh papa nya sendiri kepada Alvaro.
"Papa! Apaan sih." jawab Sisil.
"Emang bener kan?." goda Ricard kepada Sisil.
"Tau ah! Papa sama aja kayak bang Wisnu! Gak ada bang Wisnu, malah papa yang mojokkin Sisil." jawab Sisil sambil mengerucutkan mulutnya dengan melipatkan kedua tangannya di depan dadanya.
Dita mama Sisil dan Alvaro hanya terkekeh melihat perdebattan kecil antara papa dan anaknya ini.
"Yasudahlah. Kamu sudah berapa lama berhubungan dengan anak saya?." tanya Ricard kepada Alvaro.
"Kurang lebih 4 bulan 5 hari, om." jawab Alvaro lalu dianggukki oleh Ricard.
"Baiklah. Saya akan izinkan kamu dengan anak saya. Tolong jaga anak saya baik-baik." ucap Ricard dengan menepuk-nepuk punggung Alvaro.
Alvaro pun mengangguk paham.
"Yaudah om. Saya pamit pulang dulu." ucap Alvaro dengan menyalimi tangan Ricard.
"Tante. Saya pamit." lanjut Alvaro kepada Dita dan di anggukki oleh Dita.
"Hati-hati ya. Ini sudah malam." jawab Dita.
"Iya tante. Terimakasih."
Lalu Alvaro pun kembali melirik ke arah Sisil dan pamit.
"Aku pulang dulu ya. Tidur jangan malam-malam." lanjut Alvaro kepada Sisil.
"Iya. Hati-hati ya." jawab Sisil.
Lalu Alvaro pun beranjak dari dalam rumah menuju keluar rumah dan mengampiri garasi mobil untuk membawa mobil Lamborghini hitam miliknya.
***
21.34
Sisil yang sedang mengotak-ngatik laptop nya dengan fokus sampai lupa bahwa dari tadi handpone nya berdering seperti ada telfon masuk.
DrtttDrtttDrttt.
Suara handphone Sisil terus berdering. Dengan kesal Sisil langsung mengangkat telfon nya tanpa melihat nama yang tertera di layar ponsel nya.
"Ish! Siapa sih ganggu mulu. Udah malem juga." cerocos Sisil dengan kesal.
"Hallo? Siapa sih? Jangan nelfon mulu berisik tau gak! Ganggu aja udah malem juga!." ucap Sisil sambil menjawab telfonnya.
"Wess! Wess! Slow neng." jawab seseorang di sebrang sana.
Mata Sisil langsung tebelakak mendengan suara yang sangat- sangat familiar bagi Sisil. Dengan cepat Sisil langsung membaca nama yang tertera di layar ponsel nya. Gawat! Ternyata Alvaro.
"Ehh! Kamu. Hehe." jawab Sisil dengan cengiran khas nya.
"Yaudah. Terusin aja marah nya."
"Ish! Apaan sih kan tadi aku gak tau siapa yang telfon."
"Makannya jangan terlalu fokus sama yang lain."
"Iya iya maaf. Ada apa nelfon?."
"Kenapa?."
"Kenapa apa?."
"Kenapa belum tidur?."
"Ini. Aku lagi nyalin tugas Fisika."
"Lah. Emang ada tugas?."
"Ada lah. Emang kamu belum ngerjain?."
"Yaampun. Aku sampe lupa."
"Argh! Dasar pelupa. Awas loh nanti cepet tua loh."
"Tua nya aku kan tua nya kamu juga. Dan kita bakal bersama sampai tua." jawab Alvaro dengan gombalannya.
"Ish. Apaan sih receh amat."
"Tapi baper kan?."
"Enggak kok. B aja."
"Iyahin aja."
"Udah dulu ah. Aku mau lanjutin kerjain tugas nih. Kamu belum ngerjain kan? Sana ngerjain dulu. Kalau sampai gak ngerjain. Awas aja aku bakal kasih jurusan maut!."
"Jangan jurusan maut deh. Jurusan cinta aja."
"Ish. Apaan sih. Udah ah aku mau lanjutin kerjain tugas."
"Yaudah iya. Jangan terlalu malem. Kalau mau tidur baca doa dulu terus jangan lupa mimpiin aku jangan mimpiin si indah ya."
"Iyaiya."
"Good night. Baby."
"Good nigth too. Dear."
Tutt!
Sisil langsung memetikkan sambungan telfonnya dan melanjutkan tugas Fisika nya.
Setelah beberapa menit, sisil telah selesai mengerjakan tugas nya lalu menyimpan Laptop nya dan langsung mematikan lampu kamarnya dan langsung berbaring di king-size miliknya.
***
"Ketika jatuh cinta jangan berjanji tak saling menyakiti. Namun berjanjilah untuk tetap bertahan meski salah satunya akan tersakiti."
-Pricilla and Alvaro.
***
Tinggalkan jejak kalian disini:)
Jangan lupa vote and coment.Karena coment dan vote dari kalian yang bikin author semangat!
TypoBertebaran:)
SalamSayang.
Author❤