Matahari waktu itu sudah tidak tepat lagi di atas kepala, ia sudah bergeser dari titik pusat langit. Jarum jam menunjukkan angka 12 lewat ketika itu, ku tahu bahwa ada seseorang yang akan datang, tapi persisnya hari apa, ku tidak mengetahuinya. Suara adzan pun terdengar bekumandang, memanggil kami untuk bergegas menunaikan panggilannya, sebenarnya ku tak menunggu kedatagannya, hanya saja penasaran siapa orang baru yang akan datang bekerja disini. Shalat pun selesai dilaksanakan, doa pun telah kulangitkan, meminta bagaimana bisa melupakan orang yang pernah singgah menyirami hati dengan cat keindahan dan memilih menggoreskan lagi apa yang telah dibuat indah. Dia yang telah nan jauh dari mata, agar di jauhkan juga dalam pikiran yang selalu membayangi-bayangi, memaksa membuka memori lama, yang wajahnya masih selalu tergenang dalam kubangan mata.
Doa ini sudah menjadi rutinitas untuk kukirimkan, jika ada paket kilat dalam mengirimkan doa, ku akan memilihnya agar doa tentangnya dapat dengan cepat sampai. Ku tak ingin masa lalu selalu menggerogoti pikiran sehatku, ku ingin ia hilang dari rutinitasnya lalu lalang di penglihatan mataku, "pergilah jangan duduk manis lagi dipikiranku!" perintah hatiku. Ia yang telah hilang bertahun-tahun, untuk apa lagi melihatnya untuk apalagi memikirkannya. Mungkin itulah kekuranganku tidak dapat dengan cepat melupakan seseorang secepat sore benganti malam.
Selesai shalat, ku pun kembali ke lembaran kerjaan yang telah menanti untuk diselesaikan, di tengah jalan menuju ruangan, ku melihat ada helm yang tidak seperti biasa yang berada tepat disepion motor milik teman, "mungkin helm tamu," tanya hatiku. Ku pun langung melanjutkan pekerjaanku tanpa memikirkan lagi apakah dia sudah datang atau tidak.
Di tengah-tengah pekerjaan, ada yang harusku konsultasikan, dan ku pun menuju ke ruangan tempat pimpinan berada, gerak langkah berjalan kesana, hingga tepat berada di depan pintu ruangan yang dituju. "Assalamualikum," ucapku sembari membuka pintu dan masuk kedalam ruangan itu. "Wa'alaikum salam," jawab mereka secara bersamaan. Tak tahu kenapa mata ku pun tertuju kepada wanita asing yang duduk dengan cara yang mengesankan dibalut dengan senyuman manis darinya sembari menyodorkan tangan untuk berkenalan. Sungguh indah siang ini warna langit yang biru di atasku saja memilih memudar. Ku tidak menyangka ternyata di ruangan itu sudah ada dia, dia yang memang tak ditunggu kedatangannya, tapi jujur pertemuan pertama itu sungguh mengesankan. Tidak dapat dipungkiri Tuhan menciptakan mahkluk bernama perempuan dengan versi yang mengagumkan, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Jika ada yang tak pernah kagum melihat perempuan, coba periksa, mungkin saja matanya tidak mempunyai sudut pandang. Semua yang ada didirimu itu mengesankan, termasuk senyummu yang masih berbekas manis dikedua bola mata.
" Apakah kamu hadir merupakan jawaban atas doa-doa yang terlangitkan, ataukah kamu hanya sebuah clue yang diberikan Tuhan, dan ku sendirilah yang mencari jawabannya, entahlah".