The Werewolf

By kaaica

1.4K 243 292

Kim Myung Soo adalah seorang remaja SMA berumur enam belas tahun yang bersekolah di Fellas Hills High School... More

1 : Gigitan Vargulf
2 : Bulan Purnama Pertama
3 : Jacheon Forest
4 : Night School
5 : Afecta
6 : Chun Dong Family
7 : Penerus Chun Dong
9 : Hellhound
10 : Kento Yamazaki

8 : Penyerangan

101 19 32
By kaaica

Taeyang menyipitkan sebelah matanya saat mencoba fokus pada lubang kecil pada batang pohon yang berjarak 5 meter darinya. Untuk yang kesekian kalinya, anak panah meleset, membuat Taeyang mendengus kesal.

"Fokus!" ucap Kim Su Ro—anak buah Mrs. Song—yang memiliki perawakan sangar dengan tubuh tinggi dan besar. "Kau pikir kau bisa menghadapi para mahkluk brengsek di luar sana dengan kemampuan fokus dibawah rata-rata seperti itu?"

Taeyang spontan mendelik menatap benci ke arah anak buah ibunya itu. Mrs. Song yang sedang mengawasi dari kejauhan menyahut, "Jangan cepat tersinggung dengan kritikan yang bisa membentukmu menjadi pemburu yang hebat nantinya. Fokus, itu yang utama. Posisi tanganmu juga diperhatikan, harus mantab dan jangan bergerak sedikitpun ketika kau sedang mencoba mensejajarkan anak panahmu dengan target sasaran."

"Apakah serumit ini untuk menjadi orang hebat seperti ayah?" tanya Taeyang seraya menatap busur yang masih digenggamnya saat ini. 

Mrs. Song tersenyum mendengar ucapan sang anak. "Tidak akan ada yang bisa menjadi seperti ayahmu. Dia adalah contoh seorang ayah, pelatih dan pemburu yang hebat. Dia seorang yang ambisius dan tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan. Hanya satu hal yang mampu menghentikannya. Kematian."

Taeyang terdiam sebelum dadanya berdesir aneh, ada rasa dendam yang tiba-tiba muncul. Kematian sang ayah, entah mengapa Taeyang ingin sekali membalaskan kematian sang ayah.

**

Lee Jin Guk baru saja selesai mengunci semua akses menuju gedung museum yang dipagari oleh besi runcing dengan ketinggian hampir tiga meter. Sang anak, Lee Jin Ki pun sudah selesai menaburi Mountain Ash di sekeliling area museum.

"Duduk sini, nak," ucap Jin Guk meminta Jin Ki duduk disebelahnya. "Ada yang ingin aku bicarakan."

"Ada apa?" tanya Jin Ki dengan ekspresi was-was, mengira-ngira apakah ayahnya ini ingin memberitahu rahasia lain yang belum dia ketahui. 

"Soal Huntington itu," ucap Jin Guk. Ada beban di dadanya yang membuatnya sulit mengatakan hal ini. Tetapi Jin Ki perlu tahu. "Ayah tidak ingin kehilangan dirimu."

Jin Ki menghela nafas berat seraya berkata, "Yeah, aku juga tidak ingin meninggalkanmu. Tetapi itu masih dugaan. Belum tentu aku mengidap penyakit yang sama kan."

Jin Guk menggeleng seraya menjawab, "Kemungkinan dirimu tidak mengidap penyakit itu kecil, sangat kecil."

Jin Ki tertegun sesaat sebelum berkata, "Aku akan melakukan persiapan apapun sebelum penyakit itu benar-benar datang menyerang tubuhku. Tenang saja."

"Persiapan seperti apa?" tanya Jin Guk yang tahu betul bagaimana rasanya menyerah saat menghadapi penyakit sialan itu. "Tidak ada yang bisa kau lakukan, Jin Ki-ah...selain..."

"Selain apa?" tanya Jin Ki dengan wajah cemas. "Kau ingin aku juga jadi seperti dirimu?"

Jin Guk terdiam, tidak bisa menjawab atas pertanyaan Jin Ki.

"Aku hanya ingin kau selamat," ucap Jin Guk pelan.

"Kau sendiri yang bilang padaku, 'ada lebih banyak kekuatan, artinya ada lebih banyak ancaman dan kekhawatiran'..." ucap Jin Ki mencoba mengingat ucapan sang ayah. "Apapun caranya akan aku lakukan, kecuali satu cara itu. Aku tidak mau siapapun mengubahku menjadi makhluk sialan itu."

Jin Guk menyerah, dia hanya mengangguk pelan sebelum akhirnya membentuk senyum di sudut bibirnya.

"Ya, segala cara, kecuali mengubahmu..." ucap Jin Guk seraya mengelus pucuk kepala Jin Ki.

**

"Kalian para manusia berbulu sedang dibawah ancaman ibunya si gundul saat ini, sedangkan aku dan Jiyeon dibawah ancaman si Alpha. Jadi menurut kalian, bagaimana caranya kita bisa mendapatkan tiga puluh persen terjemahan atas kode-kode konyol ini? —dengan catatan, tanpa ada yang terluka, tanpa ada yang mati," ucap Jin Ki membuka rapat pada pagi itu. 

Tiba-tiba In Guk teringat akan satu hal. "Hyolin," gumam In Guk.

"Hyo-siapa?" tanya Jin Ki seraya mengorek telinganya.

"Hyolin," gumam Jin Guk yang sepertinya juga mengenal nama yang In Guk sebut. "Apa dia masih ada di Korea?"

"Entahlah," In Guk menaikkan kedua bahunya. "Terakhir kali aku mendengar kabarnya saat Dong mati. Dia pergi Rumania dan menetap disana. Hanya dia satu-satunya orang yang memiliki banyak info dan akses tentang keluarga Chun Dong. Kita harus bertemu dengan Hyolin," ucap In Guk menjelaskan.

"Oke, sebelum kita mencari Hyolin—entah siapa dia—bisa kalian jelaskan siapa dia sehingga jika aku diizinkan untuk ambil porsi dalam membantu misi-membunuh-Vargulf, minimal aku tahu dan tidak bego-bego amat," ucap Jin Ki gemas karena pertanyaannya diacuhkan.

"Mrs. Song tidak tahu soal Hyolin," ucap In Guk mulai menjelaskan. "Dia adalah wanita simpanan Dong. Disembunyikan lama di sebuah rumah yang tidak jauh keberadaannya dari rumah Chun Dong family. Dong bahkan lebih percaya dengan Hyolin daripada istrinya sendiri. Semuanya—rahasianya—Dong hanya memberitahu Hyolin. Sejak Dong mati, Hyolin mengalami kondisi shyok yang cukup parah. Sempat di rawat di rumah sakit Daewung untuk memulihkan kondisi psikisnya. Setelah beberapa bulan, Hyolin memutuskan untuk pindah dan menetap di Rumania."

"Kau tahu banyak soal Hyolin," ucap Jin Guk agak terkejut. 

"Hyolin adalah guru kesayangan Soyeon," ucap In Guk. "Dia sering datang ke rumah Soyeon untuk mengajarkan piano."

"Jadi apa yang membuatku begitu yakin bahwa Hyolin bisa membantu kita memecahkan kode Chun Dong family?" tanya Jin Ki. "Kalau memang kode-kode itu sangat dijaga kerahasiaannya, seharusnya Dong tidak menyebarkan kepada sembarang orang."

"Hyolin bukan sembarang orang," ucap In Guk. "Justru dialah yang menciptakan kode-kode sinting itu, dia mengajari Dong bagaimana membentuk sebuah kalimat dengan kode-kode itu. Hyolin manusia paling genius yang pernah aku kenal. Dan dia cukup pintar untuk menyembunyikan kepintarannya dari siapapun."

Mendadak Jin Ki merasa tersaingi. "Aku jadi ingin segera bertemu dengannya."

"Aku dan Jin Ki bisa pergi ke Rumania untuk mencari dimana Hyolin," ucap Jiyeon menawarkan diri.

"Tidak," Myung Soo langsung menolak keras. "Tidak boleh manusia biasa. Vargulf pasti lebih murka dari sebelumnya. Aku tidak mau kau kenapa-napa."

"Jadi bagaimana, Sobat?" tanya Jin Ki gemas melihat percakapan romantis ala manusia serigala di depannya saat ini. "Mau kau saja yang pergi? Aku sih tidak keberatan."

"Biar aku saja," ucap seseorang tiba-tiba. Seorang pria bertubuh kurus menghampiri mereka semua.

"Baro?" Jin Ki dan Myung Soo sontak terkejut melihat si-nerd teman sekolahnya di Fellas Hills. 

"Tidak ada yang tahu siapa aku," ucap Baro seraya menaikkan kacamatanya yang merosot di hidungnya. 

"Yah, kalau kau tidak sengaja menumpahkan saos di buku catatanku sebulan yang lalu, mungkin sekarang aku juga tidak menyadari kau bersekolah di Fellas Hills," ucap Jin Ki masih ingat bagaimana susah payahnya dia memindahkan catatannya yang kotor ke buku yang baru. 

"Kau mendengar semua pembicaraan kami?" tanya In Guk was-was. "Kau bilang kau tinggal sendirian di museum ini?" In Guk beralih bertanya pada Jin Guk.

"Yaa! Jangan menggeram pada ayahku," celetuk Jin Ki protes melihat geraman In Guk pada sang ayah.

"Baro adalah anak pemilik museum ini," ucap Jin Guk. "Dan dia sudah tahu soal siapa aku sebenarnya. Tenang saja, Baro pandai menyembunyikan rahasia. Sudah beberapa tahun ini rahasiaku sebagai werewolf aman ditangannya. Bahkan dia yang bantu aku membeli daging di luar."

"Tenang saja," ucap Baro seraya maju di antara In Guk dan Jin Guk. "Ayahku punya helikopter pribadi yang bisa membawaku langsung ke Rumania."

"Wah, orang kaya ternyata," gumam Jin Ki. "Kau sungguh pandai menyembunyikan rahasia. Kupikir anak tukang loper koran. Setiap hari bergaul dengan tukang koran depan sekolah."

"Aku senang membaca," ucap Baro. "Dan Ahjussi selalu membiarkan aku membaca gratis koran-korannya."

"Menurutku kapan kau bisa tiba di Rumania dengan menggunakan helikopter?" tanya Jin Guk pada Baro. 

"Kurang lebih tujuh belas jam," ucap Baro seraya menatap layar laptopnya. "Kalau kalian tahu dimana tepatnya Hyolin tinggal, mungkin aku bisa kembali dalam dua hari."

"Cluj-Napoca," jawab In Guk. "Aku ingat Soyeon pernah menyebut daerah itu."

Baro pun mengangguk mengerti. "Jadi lebih mudah mencarinya saat sudah tahu dimana tempatnya. Kau bilang Hyolin seorang pengajar?" tanya Baro pada In Guk.

"Ya, dia guru musik dan seni," jawab In Guk.

"Semoga aku tidak salah mencari, kemungkinan dia mengajar di Strada Alexandru Vaida Voevod," ucap Baro menunjukkan sebuah situs sekolah di daerah Cluj-Napoca bernama National Pedagogical College. Wajah Hyolin terpampang di laman pengajar dengan nama Kim Hyo Jung.

"Genius," gumam In Guk tersenyum takjub. Jin Ki disebelahnya hanya bisa menatap keki, merasa ada yang jauh lebih pintar dari dirinya. "Kau bisa mulai berangkat besok!"

"Wo wo wo, tunggu..." sela Jin Ki tiba-tiba saja. "Mentang-mentang dia genius dan bisa langsung tahu dimana keberadaan selingkuhan Dong, kau langsung percaya saja padanya?"

"Apa maksudmu?" tanya In Guk. "Kita butuh gerak cepat."

"Kau bilang kode-kode itu sangat rahasia," ucap Jin Ki dengan nada penekanan. "Sekarang bertambah lagi satu orang yang tahu soal kode itu. Dan kau membiarkan dia seorang diri membawa kode itu keluar beratus-ratus kilometer?"

"Tenang saja," ucap Baro seraya menatap sinis Jin Ki. "Kalian bisa percaya padaku. Aku akan kembali bahkan lebih cepat dari perkiraan kalian."

"Jangan sombong," ucap Jin Ki semakin keki. "Kau hanya naik helikopter, bukannya pesawat tempur X-15."

"Tenang saja, Jin Ki-ah," ucap Myung Soo. "Seperti biasa, Baro hanya membawa salinannya. Yang asli tetap disini."

"Terserah deh," ucap Jin Ki seraya mundur dari meja rapat.

**

Saat jam makan siang...

"Sepertinya Jin Ki merasa tersaingi dengan kehadiran Baro," ucap Jiyeon seraya menunjuk Jin Ki yang duduk sangat jauh dari mereka semua. 

"Ya, wajar saja,"ucap Myung Soo. "Dia hanya manusia biasa dengan harapan bisa membantu memecahkan masalahku dengan In Guk dan Vargulf. Tetapi yang terjadi dia justru membongkar keberadaan Jacheon Forest. Dan tak lama kemudian datang Baro yang bisa menyelesaikannya dengan cepat."

"Sebaiknya kau hibur dia," ucap Jiyeon menyarankan.

"Sebaiknya jangan ganggu dia dulu," ucap Jin Guk seraya duduk di sebelah Myung Soo. "Bukan hanya itu saja sepertinya yang menjadi pikirannya saat ini. Huntington, seharusnya aku tidak pernah membahas penyakit itu padanya."

"Tetapi apakah benar bahwa Jin Ki berpotensi..."

"Ya," jawab Jin Guk cepat. "Cepat atau lambat penyakit itu akan menguasainya. Sedangkan dia bersikeukeh untuk tetap hidup sebagai manusia. Dia tidak menginzinkanku untuk mengubahnya..."

Myung Soo cukup terkejut mendengar fakta bahwa penyakit itu cukup berbahaya bagi sobatnya itu.

"Aku tidak ingin dia mati," ucap Jin Guk.

"Tenang saja, Jin Ki tidak akan mati," ucap Myung Soo. "Jika memang benar hanya dengan mengubahnya menjadi werewolf Jin Ki bisa selamat, aku yang akan mengubahnya."

**

Keesokkan harinya setelah kepergian Baro menuju Rumania...

Ponsel Myung Soo berbunyi. Nama sang kakak terpampang dilayar ponselnya. Tanpa banyak berpikir, Myung Soo mengangkatnya.

"Kim Myung Soo, kau dimana sekarang?" Suara Deputy Lee Jong Suk terdengar. "Aku coba hubungi ayahmu yang sedang keluar kota tetapi tidak tersambung. Kim Woo Bin...dia digigit."

Myung Soo hampir saja menjatuhkan ponselnya saat mendengar berita buruk dari teman sejawat sang kakak. Tanpa banyak bicara, Myung Soo langsung keluar menembus batas Mountain Ash untuk segera menolong sang kakak, tetapi yang terjadi Myung Soo justru terpental jauh hingga kepalanya membentur tiang besar gedung museum. 

"Myung Soo-ah, apa yang terjadi?" tanya Jin Guk saat melihat Myung Soo terkapar di halaman museum. 

"Vargulf—" geram Myung Soo dengan wajah menahan sakit pada kepalanya yang kini bercucuran darah. "Dia menggigit Woo Bin. Aku harus menolongnya."

"Kau tidak boleh keluar," ucap In Guk segera bergabung setelah mencari tahu asal suara berisik dari luar. "Vargulf sengaja melakukan itu untuk memancingmu dan aku..."

"KAKAKKU DIGIGIT!" raung Myung Soo seraya menatap In Guk penuh amarah. Matanya sudah menyala dan berkilat seakan ingin menerkam In Guk saat itu juga. Nafasnya memburu dan cakar-cakar tajam pada tangannya sudah menyembul keluar.

"Tenang dirimu, Kim Myung Soo!" Jin Guk mencoba mengontrol amarah Myung Soo.

"Semua ini demi melindungimu, brengsek!" geram Myung Soo. "Benar kata Jin Ki, jika kau lebih berani menunjukkan wajahmu di depan Vargulf, tidak perlu ada korban seperti saat ini."

Tidak lama setelah itu Jin Ki dan Jiyeon menghambur keluar. Jiyeon menutup mulutnya—terkejut dengan darah yang mengucur dari pelipis Myung Soo.

"Sekarang biarkan aku keluar sekarang!" Myung Soo sudah dalam posisi berdiri, walaupun Jin Guk masih mencoba membantu menahan tubuhnya yang masih lemah akibat sengatan Mountain Ash. "Aku harus menolong kakakku."

"Dengarkan aku," ucap In Guk seraya mendekat ke arah Myung Soo. "Kim Woo Bin tidak akan mati. Dia sudah digigit, kau tidak bisa mencegahnya untuk tidak berubah. Yang bisa kau lakukan saat ini menunggu sampai Baro membawa terjemahan atas kode..."

"Persetan dengan kode-kode itu!" raung Myung Soo. Dirinya sudah berubah menjadi werewolf seutuhnya. Tanpa aba-aba, Myung Soo langsung menyerang In Guk yang dengan sigap menahan leher Myung Soo dengan tangannya yang sudah mengeluarkan cakar.

"Kau bodoh, Myung Soo-ah," ucap In Guk menggeram. "Bukan aku yang seharusnya kau lawan!"

"Aku akan membuatmu keluar dari tempat ini!" raung Myung Soo. "Vargulf harus tahu bahwa selama ini kau mengumpat seperti pengecut di dalam museum tua ini."

In Guk berhasil menghempaskan tubuh Myung Soo sebelum dirinya berubah menjadi werewolf. Keduanya kini terlibat pertarungan sengit. Jin Ki langsung menarik mundur sang ayah yang terpincang-pincang menuju tempat lebih aman. 

"Kau bantu aku ambil tongkat listrik berwarna biru di dalam kamarku," ucap Jin Guk menyuruh Jin Ki. 

Tanpa banyak bicara Jin Ki langsung menuruti ucapan sang ayah. Beberapa detik kemudian, Jin Ki sudah kembali dengan tongkat listrik yang dimaksud sang ayah. Pada saat yang bersamaan Jin Guk langsung mengarahkan tongkat listrik tersebut ke arah Myung Soo. 

"Dia tidak boleh membeberkan satu-satunya tempat persembunyianku ini," ucap Jin Guk setelah berhasil menyetrum tubuh Myung Soo yang kini terjatuh dan terkapar lemas. Jiyeon yang melihatnya dari sudut hanya bisa menangis. 

In Guk sudah kembali ke bentuk semula dengan nafas masih tersengal-sengal.

"Myung Soo-ah, jangan bertindak bodoh,"ucap In Guk pada Myung Soo yang masih terkulai lemas dengan wajah dan tubuh penuh bercak darah. "Kim Woo Bin akan baik-baik saja."

To Be Continue




Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 105K 60
Bagaimana jika seorang King of Werewolf dikhianati matenya sebanyak 3 kali? Dialah Dareen Walcott. Seorang pria yang berpenampilan bak dewa yunani it...
135K 11.6K 50
"aku tidak mau!! hiks" "ayah ibu hiks aku mau pulang" "mereka bukan orang tua mu " "diamlah atau aku tidak akan pernah bersikap lembut omega" #bl mpr...
1.1K 219 4
Menceritakan kisah perjalanan Tian sang manusia Harimau rembulan yang bertemu dengan ras serigala dan juga vampir. Hunter juga ikut serta dan bertuga...
469K 45.9K 37
Xavier is an Alpha, and Orion is an Enigma. They are two parallel lines that were never meant to intersect