One Last Time 2🇬🇧

By Slow_Hands11

27.3K 1.9K 620

[Book 2] Kepergiannya sungguh merubah hari-hariku, bukan hanya aku. namun juga putra kami. dimana Aaron yang... More

Part 1 - Melihatnya ✔
Part 2 - Pergi
Part 3 - Kau?
Part 4 - Wanita membosankan
Part 5 - Kekerasan
Part 6 - Kacau
Part 7 :Sesuatu yang menyembul
Part 8 - Lutut Mu!!!
Part 9 - Memalukan!
Part 10 - Lily Masih Hidup?
Part 15 - Pria Menyedihkan
Part 11 - Hilang Kendali
Part 12 - Menjauh?
Part 13 - Regency Cafe?
Part 14 - Zayn Malik
Author Note!!!
Part 16 - Mr. Handsome
Part 17 - This My Daddy!
Part 18 : Feet
Part 19 : Breaking
Part 21 : That not your baby!!
Part 22 : The truth
Part 23 : Permintaan Ibu Hamil! (END)
Epilog
Extra Part : Daddy menabrak Mommy!
Promosi!!

Part 20 : Toilet

1.1K 76 35
By Slow_Hands11

Typo Everywhere!
-------------------------------

-Harry Pov-

Aku mengusap sudut mataku yang sudah mengeluarkan air mata, mengabaikan tepukan tangan dari semua orang. Aku menunduk.

Entah mengapa aku menjadi pria cengeng hanya karena melihat Dann mencium wanita-ku.

"Ayo turun" Liam membuka suara, kami pun bangkit dan menuruni panggung.

Aku langsung berjalan menuju toilet untuk membasuh wajahku agar lebih segar, aku menatap pantulan diriku dikaca. Pria menyedihkan yang menangis hanya karena wanita-nya dicium, ya. Aku terlihat seperti itu sekarang.

"Sial!" aku mengumpat sambil menendang tembok di dekatku, aku rasanya ingin mencekik seseorang sekarang.

"Kenapa kau berdiam disitu?" aku menengok pada sumber suara, Liam berdiri di ambang pintu dengan melipat tangan didada.

"Ayolah, Harry. Kau ini seorang pria, jangan mudah menyerah hanya karena Dann menciumnya. Kau tahu dan melihat sendiri bukan? Jika Rebecca sama sekali tak menbalas ciumannya dan apa kau tahu artinya apa?"

Aku mengangkat bahuku.

"Ck! Itu artinya dia sama sekali tak tertarik pada Dann"

Tidak masuk akal! Tapi.....iya juga sih.

"Ayo keluar dari situ, sedari tadi aku melihat seorang wanita mengawasi toilet pria sebelum aku datang. Bisa saja dia akan memperkosa mu disini" tuturnya membuatku kesal namun aku mengabaikannya.

-------------------

-Author Pov-

Rebecca duduk disebuah kursi yang berada dipojokan ruangan, dia sengaja memilih duduk disana agar Dann tak melihatnya. Jujur saja, setelah Dann menciumnya secara tiba-tiba tadi. Ia jadi merasa canggung dan jangan lupakan bahwa wanita itu masih kesal lantaran ke lancangan Dann saat itu. Dia mulai berpikir bahwa sebaiknya ia menjauhi Dann.

Ia masih ingat jelas bagaimana tatapan marah dan kecewa dari Harry yang ditujukan untuknya, selama ini dia selalu menerka-nerka tentang sifat Harry padanya serta Olivia. Apa benar yang dikatakan teman-temannya bahwa Harry memiliki perasaan khusus padanya.

Namun malam ini dia sudah melihat dengan jelas bahwa yang dikatakan mereka adalah benar, tatapan Harry mengisyaratkan itu.

Mulai jengah duduk sendirian, akhirnya Rebecca memilih untuk pergi ketoilet untuk memperbaiki riasan wajahnya.

Sepi....

Itulah yang dirasakannya saat memasuki area itu, tak ada suara apapun entah itu dari toilet pria mau pun wanita. Rebecca menunduk sambil mencengkram kuat gaunnya melawan ketakutannya, rasanya ia seperti berada dalam film horor.

Bughh

Rebecca mengusap keningnya yang terbentur lalu mendongak dan mendapati Harry yang juga mematung melihat dirinya.

"Ma--mmfftt"

Harry langsung membungkam bibir Rebecca dengan bibirnya, mencium wanita itu penuh kelembutan. Menyalurkan semua rasa rindunya pada wanita itu, rasa sakit hatinya dan segela perasaannya selama ini. Ia ingin Rebecca sadar bahwa disini ada dirinya yang sangat mencintainya, ia ingin wanita itu sadar bahwa disini ada dirinya yang siap melakukan apapun demi kebahagiaannya.

-Harry Pov-

Aku terus melumat bibir Rebecca walau pun tanpa balasan sama sekali, aku tersenyum dibalik lumatanku saat kurasakan tangan Rebecca mengalung pada leherku dan perlahan membalas ciumanku.

Ciuman itu berlangsung 2 menit lantaran kami kehilangan pasokan udara masing-masing, aku menatap mata birunya yang amat kurindukan. Aku memejamkan mata saat merasakan sesak dibawah sana, Sial!! Aku menegang.

Segera kutarik Rebecca memasuki bilik kamar mandi pria lalu menarik sebuah papan diujung ruangan itu lalu menempelnya didepan bilik kamar mandi itu.

Aku menyatukan keningku dan Rebecca.

"Aku menginginkanmu, apa boleh?" aku menatap matanya lagi, jika saja bukan karena janji yang kuucapkan 3 bulan lalu bahwa aku tidak akan melakukannya tanpa seizinnya. Mungkin aku sudah membuatnya menjerit sekarang juga sambil memohon padaku.

"Ya" suara lirihnya mengundang senyuman diwajahku, tanpa aba-aba. Langsung saja kucium bibirnya itu dengan cepat, tanganku tak tinggal diam. Kuremas dadanya yang sedikit lebih berisi dari pada yang dulu

Bibirku berpindah pada lehernya, dan menghisapnya hingga membuat tanda kemerahan bercampur ungu.

"Ahhh...harrryyh"

Gairah semakin membakar diriku saat dia mendesah dengan menyebut namaku, aku benar-benar tidak tahan sialan!

Segera kubuka jas sialan yang membuatku semakin gerah itu lalu membuka 3 kancing kemeja ku agar udara sedikit masuk, jari ku membuka ikat pinggangku dan membuka celana ku hingga sampai dilutut.

Milikku sudah benar-benar menegang sekarang, aku menarik tubuh Rebecca kesudut lalu jariku mengusap miliknya yang basah dan hangat dibalik celana dalamnya

"Kau siap?" ia mengangguk sambil menggigit bibirnya.

Arrgghh! Dia benar-benar!

Segera kutarik penghalang sialan itu lalu mengangkat 1 kakinya untuk melingkar pada pinggulku.

Aku memejamkan mataku saat merasakan milikku benar-benar terjepit oleh miliknya, aku menelusupkan kepalaku pada lehernya seraya mengatur nafasku yang memburu bahkan sebelum aku bergerak.

"Move Harryyh" aku menurutinya, menggerakkan pinggulku secara perlahan hingga aku dapat merasakan urat-urat dinding vagina nya memijat milikku didalam sana.

"Ahhh! Shiitt Harryyy! That's feel sooo good!" aku kehilangan kendali saat mendengar suaranya, kuhentakkan pinggulku dengan keras hingga membuatnya menjerit merasakan kenikmatan.

"You like it, baby??? Hmm?? You like it???" aku bertanya disela-sela hentakan ku padanya, Rebecca semakin seksi saat ia memejamkan matanya seraya menggigit bibir bawahnya.

Aku menarik gaunnya sampai batas lehernya lalu mengeluarkan gunung kembar itu dari tempatnya, dengan pinggul yang masih menghentak aku mengulum puting pink nya itu. Kurasakan tangannya menarik rambutku.

"Hollyshit!! Aahh... H-harry... Mmmhh... Pleasee don'--don't stophh" aku melepas kulumanku lalu beralih pada bibirnya yang sedari tadi memanggilku untuk melumatnya saat itu juga.

"Shhhh baby, ahhh shittt! You're so tight!! Fuck!" kataku, aku menarik sebelah kakinya lagi hingga tubuhnya kini benar-benar menumpu pada diriku, kutarik milikku keluar lalu kembali memasukkannya.

"Akhhh!"

Sial! Aku benar-benar ingin segera menyelesaikannya. Ku percepat pompaanku hingga dia lagi-lagi menjerit.

"Harr, i-ini akhh. Sa-sakit harr" aku tak mengubrisnya, aku benar-benar harus menuntaskan hasratku kali ini. Rebecca terus menjerit dan aku tahu itu jeritan kesakitan, bukan kenikmatan. Tapi aku benar-benar tidak bisa berhenti sekarang, aku sebentar lagi keluar.

"Sebentar lagi sayang, tunggu sebentar lagi" kataku mengecup bibirnya lalu ke area lehernya.

Kepala Rebecca menyandar pada bahuku, aku semakin menggila karena sudah berada diujung.

"Becca, I'm gonna... I'm gonna cum baby! HOLLYFUCK!!" aku mencengkram kuat bokong Rebecca.

"Arrrggh!!!" aku menyandarkan tubuhku saat mendapatkan pelepasanku, bahkan aku baru sadar bahwa Rebecca sama sekali belum mendapatkan pelepasannya tadi.

"Becca?" tak ada sahutan, hanya ada nafasnya saja. Apa ia tidur disela-sela kegiatan kami.

Dengan pelan aku mengangkat bokong Rebecca agar kejantananku terlepas dari dalamnya, nafasku tercekat saat melihat banyaknya darah dibibir vagina Rebecca dan juga ada diselangkanganku. Apa aku terlalu kasar tadi?

"Rebecca? Sayang? Hey" aku menepuk pipinya namun tak ada reaksi sama sekali, aku mulai dilanda ketakutan sekarang.

Aku meletakkan Rebecca dilantai lalu meraih celanaku yang entah sejak kapan sudah berada dilantai toilet, tanpa memikirkan rapit atau tidak. Aku segera merapikan pakaian Rebecca dan menggendong wanita yang sudah pucat itu. Sial! Sial!

Aku segera membawanya lari keluar, mengabaikan tatapan orang-orang padaku. Dipikiranku hanya ada Rebecca yang harus segera kubawa kerumah sakit.

----------------

"Fuck! Segera tangani istriku dokter sialan!" aku menjerit kala dokter dan perawat itu malah mengabaikanku dan lebih memilih pasien demam berdarah sialan itu, apa mereka tidak tahu bahwa nyawa Rebecca sangat berharga bagiku?!

"Ada apa rib--Harry kau?! Ap---Tifanny?!" 2 kali terkejut, aku tahu itu!

"Danny! Bisa kau bantu aku? Tolong tangani Tifanny!" aku memelas padanya.

"Andreas, Diana, Ruth! Bantu aku. This Emergency!" tak lama mereka membawa Rebecca-ku kedalam UGD, aku menggigit bibirku. Aku takut. Aku takut terjadi sesuatu pada Rebecca, aku tidak mau kehilangan dirinya lagi, ini semua karena nafsu sialanku itu!? Fuck! Kenapa aku harus memiliki nafsu binatang seperti itu? Bahkan aku mengabaikannya saat ia menjerit kesakitan disela hentakanku tadi.

"Bunuh saja aku tuhan! Ah! Tidak, tidak! Aku hanya bercanda. Jika kau ingin menghukumku lebih baik bunuh saja kucingku dari pada aku, aku ikhlas jika kau membunuh kucingku da--"

"Yang benar saja! Kau sedang menawar hukuman apa yang akan tuhan berikan padamu?" aku menoleh dan mendapati Liam, Niall, Louis dan Zayn menatapku geli. Yang benar saja! Apa mereka pikir ini lelucon.

Pintu UGD itu terbuka dan keluarlah Danny.

"Ap--"

"Dia masih ditangani, maaf Harry. Pasienku menunggu dan aku tidak bisa membantu penanganan Tifanny. Temanku akan melakukan yang terbaik padanya. Aku permisi"

Aku kembali duduk sambil memegang kepalaku, rasanya kepuasanku tadi tidak ada gunanya sama sekali. Seharusnya setelah bercinta tadi aku menciumnya dan mengatakan perasaanku, namun kenapa malah seperti ini?

"Apa sebenarnya yang terjadi Harry? Jangan bilang kau menyakiti Rebecca karena masalah Dann yang menciumnya dan--"

"Aku bercinta dengannya ditoilet"

Hening.

Hening.

Hening.

"B-bagaimana bisa d-dia pingsan?" cicitan Niall membuatku mendongak, aku menghembuskan nafasku.

"Akan kuceritakan nanti"

------------------

Sudah 30 menit kami menunggu dalam keheningan, UGD sialan itu belum menandakan bahwa seorang berjas putih akan keluar dari dalam sana.

Ceklek

"Keluarga pasien?"

"Aku suaminya" kami semua berdiri didepan dokter itu.

"Istri anda mengalami pendarahan, apa kalian baru saja melakukan hubungan intim?" aku mengangguk tanpa malu, aku memang tidak tahu malu!

"Pendarahannya disebabkan karena kekasaran dalam hubungan intim yang terjadi antara anda dan nyonya, beruntung bayi kalian kuat sehingga hanya terjadi pendarahan bukan keguguran"

Kami semua terdiam.

Bayi kalian kuat sehingga hanya terjadi pendarahan bukan keguguran.

Bayi kalian, pendarahan bukan keguguran.

Bayi kalian....

"Di-dia hamil?" tanyaku setelah keheningan, Dokter didepanku menatapku aneh.

"Apa anda tidak tahu kehamilan istri anda? Ini sudah bulan ketiga kandungannya tuan"

Bulan ke 3?

Tiga bulan yang lalu aku---fuck! Rebecca hamil anakku?! Katakan itu Ya! Katakan!????

---------------------------------------------

Please Voment guys!

Menurut kalian chapter ini kek gimana sih?!

Continue Reading

You'll Also Like

RavAges By E-Jazzy

Science Fiction

1.1M 111K 80
[Completed Chapter] Pada kepindahaannya yang ke-45, Leila kabur dari rumah. Dia melihat kacaunya dunia, serta alasan ayahnya yang terus mendesak mere...
765K 69.6K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
1.2M 167K 26
[Fantasy & (Minor)Romance] Seluruh umat manusia tahu kenyataan bahwa volume air di bumi semakin naik dan menenggelamkan satu persatu pulau di dataran...
1.3M 35.5K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...