BETRAYAL [end]

By EureckaBL

18.3K 2.6K 621

BETRAYAL = Pengkhianatan . OngHwang x OngNiel Dapatkah Seongwu kembali dengan fated mate-nya, Hwang minhyun? ... More

BETRAYAL (1)
BETRAYAL (2)
BETRAYAL (3)
BETRAYAL (4)
BETRAYAL (5.1)
BETRAYAL (5.2)
BETRAYAL (5.3)
BETRAYAL (6)
BETRAYAL (7)
BETRAYAL (8)
BETRAYAL (9)
BETRAYAL (10)
BETRAYAL (11)
BETRAYAL (12-1)
BETRAYAL (12-2)
CUAP CUAP

OngNiel FAMILY

1.7K 174 71
By EureckaBL

Bagi bidan atau siapapun yang tahu tentang ginekologi... mohon koreksinya...

.

.

OngNiel FAMILY

.

.

"Besok Dongho hyung yang jemput?" Seongwu sibuk mondar mandir mengepak pakaian dan semua barang milik Daniel, untuk di masukinya ke dalam koper.

Seminggu sudah Daniel bangun dari koma panjangnya. Daniel terlihat lebih sehat sekarang. Besok dia sudah diperbolehkan pulang.

"Iya, ini barusan dia kirim pesan." Daniel meletakan ponselnya di nakas samping ranjang pasien.

Daniel lamat-lamat melihat Seongwu yang aktif mondar mandir disekeliling tempat tidurnya. Seongwu-nya tetap terlihat indah, meski tubuhnya membesar hampir tiga kali lipat dari sebelumnya. Sesekali Seongwu meregangkan punggungnya, memijat perlahan area itu.

Bagi omega male, kehamilan adalah hal yang sangat sulit untuk mereka hadapi. Terutama perubahan bentuk tubuh. Tak hanya bagian perut saja yang membesar, dari mulai bagian dada yang mulai membesar, sampai ke area bawahnya yang perlahan-lahan beradaptasi membentuk sebuah jalan lahir yang nyaman bagi sang bayi untuk keluar nantinya. Belum lagi perubahan hormone yang kurang lebih bisa mempengaruhi mood-nya.

Dunia tak akan lagi mudah bagi seorang omega male, jika sudah dalam keadaan mengandung.


"Kenapa kamu ngga cuti saja mulai besok? Jadi kan kamu dan aku bisa istirahat sama-sama dirumah."

"Lima minggu lagi, aku bakal cuti kalau hamilku sudah 38 minggu." Seongwu merundukan badan dengan susah payah, menarik laci bawah nakas, mengambil berbagai peralatan seperti tissu, sisir, kaca dan lain-lain. Kemudian berdiri tegak dengan sebuah hembusan nafas panjang keluar dengan cepat. Dia sempat tercekat lantaran perut besarnya.

"Kamu cepat sehat, biar bisa kuliah lagi terus nyusul Mingyu cari kerja."

Daniel memanggut-manggutkan kepala, mengingat dia harus cuti satu semester kerena komanya. Mingyu sendiri sudah wisuda sekarang dan sedang disibukan mencari kerja.

"Nanti kamu tinggal di rumahku kan?"

"Ya, seharusnya sih begitu." Seongwu masih lalu-lalang membereskan benda-benda yang dirasa milik Daniel untuk segera masuk koper.

"Jadi mulai besok kamu akan pulang ke rumahku?"

"Kayanya sih aku bakal canggung. Tapi tidak ada tempat lain. Aku hamil... dan ya... aku harus segera keluar dari klan yoon." Seongwu mengedikan kedua bahunya. Kemudian kembali menarik beberapa baju untuk dilipatnya.

Daniel tersenyum senang, "sayang..." panggil Daniel lirih, tapi sepertinya seongwu terlalu sibuk dengan aktivitasnya, dia masih menjejalkan pakaian ke dalam koper.

"Seongwu, sayang..."

"Eh? Aku?" Seongwu menoleh sambil menunjuk mukanya sendiri.

"Emang ada orang lain di sini?" Daniel menahan tawanya sambil melebarkan kedua tangannya, sebuah sinyal untuk meminta sebuah pelukan hangat.

Seongwu terseyum, melempar baju Daniel asal di atas tumpukan baju lainnya yang belum masuk koper. Perlahan mendekati Daniel dan duduk di sampingnya.

"Ga bosen minta peluk melulu?" Seongwu menempelkan tubuhnya dengan hati-hati memeluk Daniel.

Daniel menggeleng dalam pelukannya, "aku masih tidak percaya, kamu memilik ku sekarang."

Seongwu mencium bahu Daniel, "Ong Seongwu sekarang dan selamanya milik kang Daniel."

"Apa aku berhak bahagia setelah berbagai perbuatan jahatku padamu?" Daniel menenggelamkan mukanya ke dalam cengkuk leher Seongwu, menghirup dalam-dalam pheromone favoritnya.

"Semua orang berhak bahagia, niel. Jangan pernah tanyakan hal itu lagi. Aku tidak suka!" cabik Seongwu melepaskan pelukannya.

"Maaf-"

"Bosen, niel. Udah seminggu ini aku denger kata itu terus"

"iya iya... ga akan aku ucapkan lagi. Tapi popo!" Daniel melancipkan ujung bibirnya. Seongwu mendecik jengah dengan kelakuan manja Daniel, tapi tak lama sebuah kecupan mendarat ringan di bibir Daniel.


"Oiya tadi pagi tetua lee datang menjenguk." Seongwu menepuk dada Daniel agar menjauh.

"Beneran tetua lee? Tetua lee dari klannya papahku? kok aku ga tahu?"

"Kamu lagi tidur tadi pagi, dia ga tega bangunin kamu. Jadi dia cuma lihat kamu sebentar terus aku sama tetua lee ngobrol."

"Ngobrolin apa? apa masih ada masalah antara klan lee dan klan kang?"

"ngga, dia cuma ingin tahu perkembangan kesehatanmu saja, sama mau ngasih tahu bahwa nama papahmu udah ada di daftar klan lee lagi."

"Benarkah? Appa sudah tahu ini belum? Dia pasti seneng banget!"

"Udah... Appa sudah tahu kok." Seongwu tersenyum sambil merundukan kepala, mengelus perlahan perut buncitnya yang berusia 33 minggu.

"Kenapa? Si kecil nendang lagi?" Daniel berbinar senang.

Dia langsung menaruh kedua telapak tangannya mengelilingi perut buncit Seongwu, mencari kaki kecil yang selalu aktif dalam perut Seongwu. Maklum anak laki-laki, jadi pergerakannya sangat gesit didalam. Seongwu yang rutin memeriksakan kandungannya sudah tahu jenis kelamin anaknya.

Seongwu menggeleng, "tetua lee sempat memberikan sebuah nama untuk dia" tangannya meraih telapak tangan Daniel di atas perutnya.

"Nama?"

"Hanya sebuah saran, masalah nama itu adalah hakmu sebagai ayahnya"

"Apa saran yang diberikan tetua lee?"

"Tetua lee ingin anak kita diberi nama Lee Woojin" Seongwu tersenyum bahagia, "dia akan jadi sebuah simbol perdamaian antara klan kang dan klan lee."

"Lee Woojin... Bagus, aku suka!"

"Tapi apa nggak apa-apa? jadi nanti di keluarga kita, semua nama berbeda donk?" Seongwu melirik Daniel, "Ong Seongwu, Kang Daniel, Lee Woojin."

"Kamu milikku! Kamu adalah Kang Seongwu, sekarang dan selamanya!" Daniel memadukan kening mereka, "Popo!"

"Iikhh... Daniel... Udah lah nanti ga selesai-selesai ngepaknya." Seongwu mendorong tubuh Daniel untuk menjauh.

"Aangng... Popo!!" rengek Daniel seperti anak kecil menarik narik ujung baju Seongwu agar tidak beranjak dari sampingnya.

Seongwu dengan setengah hati mencium Daniel, dari mulai

Kening.... CUP!

Kedua kelopak mata... CUP! CUP!

Pipi... CUP! CUP!

Hidung... CUP!

Bibir... CUP!

Dan dagu... CUP!

"Puas?!"

Daniel menggelang, "duduk di sini" Daniel menepuk pahanya sendiri.

Satu pukulan ringan di lengan atas Daniel mendarat cepat.

"Kamu ini ya! Ini Rumah Sakit! Kalau mau begituan nanti tunggu kamu sehat!"

"Aku sehat! Kamu minta berapa ronde pun, aku kuat!"

"YAK!!"


Daniel terdiam sebentar, bagaimanapun juga dia hanya seorang kang Daniel dengan semua hormonnya yang tak akan pernah tahan jika berada di dalam satu ruang dengan pujaannya. Malam ini dia merasa sangat sehat dan juga cukup kuat untuk mengajak Seongwu 'bertarung'. Dia harus bisa menyakinkan Seongwu sekarang.


"Aku sebagai ayahnya berhak dong menjenguk anak sendiri?"

Seongwu mengerjapkan mata berulang kali mencoba mencerna perkataan tiba-tiba Daniel soal 'ingin menjenguk anaknya sendiri.' Tapi kan anaknya ada di dalam perutnya, bagaimana caranya Daniel menjenguk anaknya?

"eh? Maksudnya?"

"udah duduk sini" Daniel menarik lengan Seongwu sampai terhuyung ke depan. Seongwu disuruh duduk mengangkang di atas paha Daniel.

"Aku berat ya, niel?" Seongwu yang perlahan-lahan mendudukan dirinya.

"Lumayan..." Daniel membenarkan posisi duduk Seongwu dalam pangkuannya.

"Akh ngga ah... Aku berat!" Seongwu yang akan turun dari pangkuannya, langsung dipeluk Daniel.

"Seberat apapun kamu, asal itu Kang Seongwu... Aku bakal menjadi kuat, tenang saja."

Daniel mencari peraduan maniknya, bentuk kata pemujaan terpancar dari sorot mata Daniel menatap Seongwu lamat-lamat. Seongwu dibuat tersipu karenanya.

"Aku mencintaimu, Kang Seongwu." Daniel menyusupkan jemarinya ke dalam rahang Seongwu, menariknya untuk memadukan bibir candu Seongwu dengan bibirnya. Perlahan pangutan demi pangutan kecil tercipta.

"Aku mencintaimu, Kang Daniel" jeda ciuman hangat mereka dihiasi debaran yang mengairahkan.

"Apa si kecil akan marah kalau ayahnya menengok sebentar?" Daniel tersenyum menggoda, jemarinya membuka satu persatu kancing baju yang dikenakan Seongwu.

Seongwu mengernyitkan dahinya, "apa kamu akan menengoknya lewat bawah?"

Daniel mengangguk sambil menahan tawanya, "memang ada cara lain, selain melihatnya dari bawah?"

Baju Seongwu tersibak, memaparkan bahu mulus kesayangannya. Daniel menghujani ciuman dibahu Seongwu. Ciuman Daniel terus menyusuri dari ujung bahu sampai ke daun telinganya. Seongwu dibuat meremang didera nikmat yang begitu dirinduinya.

"Boleh ya?" bisik Daniel yang mengoda titik rangsang Seongwu yang ada di balik daun telinga.

Seongwu mendesah perlahan dengan mata terpejam.

"emm... tapi pelan-pelan ya..."

"Seperti tetua lee saat menjengukku. Aku hanya akan menengok anakku, tidak akan membangunkannya. Aku jamin itu." Daniel menanggalkan piyama Rumah Sakit sambil tak lepas menjelajahi tubuh Seongwu yang sudah tak berbusana.

Yang terjadi selanjutnya, hanya decitan ranjang Rumah Sakit yang terdengar. Mereka berdua tidak ingin mengganggu kenyamanan penghuni Rumah Sakit lain. Desahan demi desahan mereka telan bersama.

Bahkan si jabang bayi asyik tertidur, merasa terayun ayun di dalam perut Seongwu.

Dan setelah bertarung melawan nikmat selama berjam jam, si kecil merasa hangat ditemani kecebong putih yang menari mengelitik tidurnya.

.

.

***

.

.

Seongwu tak pernah menyangka akan bertemu Minhyun setelah sekitar delapan bulan berpisah. Pertemuan tak sengajanya itu terjadi di siang hari, di sebuah pusat perbelanjaan. Beruntung Minhyun tidak melihatnya. Seongwu menyembunyikan dirinya diantara rak supermarket, untuk sekedar menatap dari jauh sosok sang mantan.

Sang mantan tidak berbelanja sendiri, dia di temani mate barunya-Kim jaehwan. Setahu Seongwu, minhyun adalah sosok yang gila kerja. Tapi apa yang dilakukan Minhyun sekarang? dia berbelanja di siang hari? Dengan mate-nya pula. Sedangkan Seongwu sendiri hanya ditemani troli kosong untuk menapung belanjaannya.

Daniel?

Danielnya sedang tidur di rumah. Seongwu memaklumi kebiasaan baru Daniel yang tertidur dipagi hari dan akan bangun sekitar jam dua siang. Seongwu dan Daniel jarang sekali bertemu semenjak kepulangannya dari Rumah Sakit. Daniel yang memutuskan cuti kuliah akibat komanya, kemudian beralih bekerja untuk mencari nafkah demi keluarga kecilnya. Pekerjaannya sebagai bartender di klub malam milik keluarganya, mengharuskan Daniel untuk tetap terjaga di malam hari dan akan tidur di pagi hari.

Sedangkan aktivitas pekerjaan Seongwu sendiri yang kadang kala dia ada di shif pagi, hanya akan bertemu Daniel selama dua jam di sore hari. Dan lebih parahnya lagi kalau Seongwu berada di shif siang, mereka hanya akan bertemu di tempat tidur tanpa berani membangunkan satu sama lainnya.

Ya... Seongwu butuh perhatian di usia kandungannya yang menginjak 38 minggu.

Dan ya... Seongwu iri sekarang melihat Minhyun yang sangat perhatian dengan mate barunya.

"Beneran ga sih itu Minhyun?" gumam Seongwu dalam persembunyiannya di balik rak berisikan minyak goreng. Sedangkan Minhyun dan Jaehwan sedang berdiri memilih minyak goreng apa yang akan mereka beli. Seongwu menajamkan indra pendengarannya. Barang kali Seongwu dapat mendengar suara pria yang terlihat mirip mantannya itu.

"Ini aja yang rendah kalori, sehat." Minyun menyodorkan minyak kelapa sawit yang di saring dua kali-menurut iklannya sih begitu.

"Kamu pingin ngatain aku gendutan? pake bahas soal kalori segala." Jaehwan cemberut, pipi mandunya mengelembung lucu.

"Jangan goda aku di siang hari begini." Minhyun menarik pipi mandu Jaehwan.

"Aahh... sakit... lagian siapa sih yang ngegoda? Pikiranmu aja yang selalu ke arah situ!" Jaehwan mengelus pipinya.

"Kalau kamu cemberut gitu, aku jadi pingin pipi kamu!" Minhyun menaruh dagunya di bahu Jaehwan, agar lebih dekat memandangi pipi madu favoritnya.

Jahwan menaikan bahunya, membuat dagu Minhyun terangkat.

"Kita baru damai sekiat dua jam yang lalu ya? Kamu janji cuma mau masakin aku makanan, bukan ngajak aku begituan!" ancam Jaehwan menunjuk nunjuk hidung mancung Minhyun.

Minhyun terkikih senang, "ya udah, biar aku jinak popo dulu dong?"

Cup...

Jaehwan mengecup pipi Minhyun, yang punya pipi tersenyum senang.

"Beli semua yang kamu mau... Aku yang bayar! Semua buat Jaehwan!!" sorak Minhyun senang. Sedangkan Jaehwan memalingkan mukanya, menyembunyikan semburat merah karena malu, mate-nya berteriak di dalam pusat perbelanjaan. Ini sungguh norak!

Tapi di balik rasa malunya terdapat sebuah senyum kebahagiaan.


"Fix itu Minhyun! Hwang minhyun! Dia berubah. Dia bukan Minhyun yang dulu aku kenal. Tapi dia terlihat senang sekarang... Syukurlah!" gumam Seongwu melihat dua sejoli itu berjalan beriringan dengan senyum yang tak lepas dari wajah keduannya.

.

Entah kenapa Seongwu merasa lunglai, belanjaanya yang hanya berisi beberapa bungkus ramyoen dan sayuran, tergeletak begitu saja di meja dapur klan kang. Padahal dihari pertama cutinya ini, Seongwu rencananya akan masak sup rumput laut dan memanggang daging sapi untuk makan siang Daniel. Ga nyambung memang perpaduan sup rumput laut dengan daging sapi pangagang, tapi Seongwu hanya bisa membuat menu itu.

Semua rencannya berantakan, moodnya jatuh melihat Minhyun berbelanja dengan Jaehwan.

Seongwu menatap jam dinding dikamarnya, jam dua siang. Dirinya baru menyadari bahwa sudah sekitar dua jam dia membuntuti Minhyun sampai-sampai pulang terlambat.

Waktunya Daniel bangun, tapi sepertinya Daniel masih asyik bergulung dengan mimpi.

"Niel, bangun..." Seongwu duduk di tepi ranjang, menggoyang goyangkan tubuh beruang yang tidur mendengkur begitu kerasnya. Daniel mengertakan giginya, mengecap-ngecap mulutnya sambil meracau tak jelas kemudian membalik tubuhnya.

Seongwu mendesah kasar, "Niel, bangun! udah jam dua! Makan yuk... laperrr."

Daniel membalik tubuhnya lagi untuk berhadapan dengan Seongwu. Hanya meliriknya sebentar lalu terpejam lagi.

"Makan?" gumam Daniel serak sambil menggaruk leher.

"Tadinya aku mau masak, tapi ga jadi. Beliin makan di luar gih!" rengek Seongwu.

Sebelum Seongwu cuti, dirinya belum pernah makan bareng Daniel. Seongwu yang selalu makan di kantin Rumah Sakit. Dan Daniel yang lebih sering makan diluar. Di kediaman klan kang juga jarang masak, mereka selalu makan di luar rumah.

Daniel membuka matanya lebar-lebar, "Emang bisa masak?"

"ahngng... udah lah... cepet beli sana!" mungkin bawaan bayi kali ya, Seongwu bisa jadi semanja ini.

"Pizza ya?" Daniel duduk dengan tangan bergerak gusar mencari handphonenya.

Seongwu menggeleng.

"Burger?" Daniel sudah siap memesan makanan lewat handphonenya.

Seongwu menggeleng.

"Lalu apa?"

"chiken!" Seongwu menatap langit-langit kamar, membayangkan ayam berbaju tepung saja sudah membuatnya hampir meneteskan air liur. "sama ice crem, terus macarel macchiato, sama kentang goreng."

"Yakin?" Daniel menautkan alisnya. Maksud Daniel disini apa Seongwu yakin bakal bisa menghabiskan semuanya?

"Tapi pingin wafel juga, sama cake coklat kayaknya enak sambil minum macarel macchiato." Seongwu mengusak sudut bibirnya, takut air liurnya tumpah.

"Udah?" Daniel masih menunggu pesanan.

"tteokbokki! Ya... tteokbokki pedas kayanya enak di makan siang-siang!"

"Bagaimana kalau kita makan ramyoen aja? Aku yang masakin?"

"waah ramyeon juga enak tuh. Tapi tetep pesenin yang tadi ya, niel?"

Daniel mengangguk sambil menuruni ranjang dan bergegas ke dapur. Seongwu mengekorinya dari belakang.

Sambil berkutat di dapur, Daniel memesan semua makanan yang Seongwu pesan untuk segera di antar ke rumah. Daniel memasak ramyoen sambil menguap panjang. Terlihat setengah hati membuatnya. Seongwu tidak suka.

"Nih makan." Daniel menyodorkan semangkuk ramyoen di depan Seongwu.

"Buat kamu mana?"

"Gampang... lagian tadi kamu pesen banyak banget. Takut ga habis. Dah cepet makan katanya laper."

"Ga mau! buatnya ga ikhlas!"

Daniel menatap Seongwu heran, "kamu kenapa sih? Udah aku bikinin juga? Cepet makan! Nunggu chikennya lama."

"Ga mau! Kamu bikinnya ga ikhlas!" Seongwu tambah sebel. Dia melipat kedua tangannya di depan dada. Sepertinya cara Daniel harus dirubah untuk menghadapi tingkah aneh Seongwu.

"Aku ikhlas sayang, makan ya? nanti keburu melar mie nya. Nanti Lee Woojin ngambek di perut lho!" bujuk Daniel.

"Suapin!"

"Oh ya udah... mana mulutnya... A...A...A!"

"Jangan kaya gitu! Aku bukan anak kecil!"

"Ini pasti efek hamil! Iya...seongwu ku ga kaya gini!" jerit Daniel dalam hati yang sialnya terdengar oleh Seongwu lewat mind linknya.

"APA?! EMANG AKU KENAPA?! EFEK HAMIL APA NYA?!" bentak Seongwu membabi buta, kemudian detik berikutnya Seongwu menangis, meraung-raung tak jelas membuat Daniel bertambah panik.

"Maaf sayang... maaf! nggak kok! ngga! Udah ya jangan nangis!" bujuk Daniel memeluk Seongwu.

Seongwu menangis dalam pelukan Daniel, namun tak begitu lama Seongwu pun berhenti terisak.

"Laper ngga?" ucap Daniel hati-hati. Seongwu mengangguk pelan dengan kepala masih menyender di dada Daniel. Sepertinya penghuni rumah yang lain sedang keluar, kalau tidak, mungkin mereka akan berlarian karena teriakan dan tangisan tiba-tiba dari Seongwu.

"Mau makan ramyeon ini apa aku buatkan lagi?" Daniel masih berhati-hati dengan ucapannya, takut merubah mood Seongwu lagi.

"ini aj--" Seongwu menggantung ucapannya, maniknya membulat kaget melihat leher Daniel terdapat bercak merah.

"Kenapa?" manik Daniel mengerjap takut.

"Jahat kamu, niel! Jahat! Ini hasil pekerjaanmu sebagai bartender?!" Seongwu mulai memupuk air matanya lagi, jarinya menunjuk leher Daniel.

Daniel terlihat panik, buru-buru dia lari untuk menatap sebuah kaca yang berada di kamar mandi sebelah dapur. Ada bercak merah di lehernya.

"Jahat kamu, niel! JAHAT! TEGA KAMU SAMA AKU YANG SEDANG MENGANDUNG ANAKMU!" teriak Seongwu meraung-raung.

Daniel menggaruk kepalanya, segudang memori tengah di obark-abriknya. Kemudian ingatannya muncul, ah... ini hanya gigitan laba-laba ketika dirinya sedang membuang sampah di belakang klub malam kemarin.

Daniel berjalan mendekati Seongwu.

"JANGAN MENDEKAT BRENGSEK!!"

"Dengerin, Seongwu..." Daniel menarik lengan atas Seongwu, namun ditepisnya segera.

"Nggak... brengsek tetaplah berengsek!" ucap Seongwu dengan tatapan kemarahan

"DENGERIN AKU!" Daniel menarik lengan atas Seongwu dengan paksa.

"kalau aku melakukan betrayal, kamu pasti kesakitan semalam, kamu bisa merasakannya! Kamu mate ku!"

Seongwu terdiam ketika Daniel mengguncang tubuhnya, meneriaki kalimat-kalimat yang begitu rasional di otaknya.

"kalau aku melakukan betrayal, dan ada orang lain yang menghirup pheromonku. Kamu ga akan bisa duduk sekarang! kamu mungkin sudah berbaring di Rumah Sakit sekarang!" cecar Daniel tanpa jeda.

"la-lalu ini apa?" ucap Seongwu takut, maniknya menunjuk bercak merah di leher Daniel.

"Hanya gigitan laba-laba, waktu aku buang sampah kemarin" suara Daniel mulai melembut, "Seongwu... percayalah... aku tidak akan mengulangi kesalahan itu ke orang lain"

Seongwu mengangguk pelan. Daniel memeluk Seongwu mengelus punggungnya agar seongwu merasa lebih nyaman.

Daniel bisa mengerti, dunia omega male begitu rumit untuk menjalani fase kehamilan.

.

Setelah urusan makannya selesai. Seongwu menghampiri Daniel yang sudah berpakaian rapih dan wangi, bersiap-siap untuk berangkat kerja.

"Niel..."

"Em..." Daniel sibuk berkaca, menyisir rambutnya

"Aku ikut ya?"

Daniel menarik atensinya ke Seongwu, "ngapain?"

"Aku bakal canggung dirumah. Dongho hyung dan appa bentar lagi pasti pulang" Seongwu merunduk

"Bukannya kamu udah sebulan tinggal di sini? Kenapa masih canggung?" Daniel menarik Seongwu duduk di ranjang, baru kali ini Seongwu menceritakan kegelisahan hatinya. Mungkin salah satu alasannya karena mereka jarang sekali bertemu, dan berbicara secara intens.

"Iya tapi sepulang kerja aku selalu dikamar, mereka juga ga akan ganggu aku karena mereka tahu aku pulang kerja pasti capek. Tapi kali ini lain ceritanya, niel. Aku udah cuti."

"Tunggu sebentar lagi ya? Aku lagi kumpulin uang buat sewa apartemen atau minimal rumah kecil buat kita" Daniel mengelus rambut Seongwu.

"Aku ada tabungan, niel" rengek Seongwu.

"Satu, ini tanggung jawabku untuk menghidupimu secara layak. Walaupun sebenarnya aku bisa saja bilang ke appa untuk membelikanku sebuah aparteman. Tapi tidak... aku ingin melakukannya sendiri."

Seongwu hanya terdiam, mendengarkan dengan seksama ucapan Mate-nya.

"Dua, kamu sedang hamil, aku tak akan pernah rela kamu harus tinggal sendirian sementara aku sedang bekerja. Dan ke tiga, kau akan aman di dalam klan kang. Aku jamin itu!"

"terus sampai kapan, niel? Aku ingin cepat-cepat tinggal hanya bersamamu."

Daniel menautkan jemari diantara jemari Seongwu.

"Sabar ya... aku sedang berusaha."

Seongwu mengangguk.

"ya sudah, aku berangkat kerja dulu ya?" Daniel mau mengecup kening Seongwu, tapi kalah cepat. Seongwu menghindarinya.

"Aku ikut..." Seongwu dengan tatapan memelas

"Wu... aku kerja di klub malam. Ga ada omega hamil masuk kesana."

"pokoknya ikut! Aku janji ga akan ganggu kamu kerja. Aku mau karaoke aja di sana... Ya? Ya?"

Daniel sekali lagi harus mengerti. Dunia omega male akan berubah ketika menjalani fase kehamilan.

.

Daniel memakai apron setengah badan ditubuhnya, kemudian membersihkan meja bar dengan telaten.

"Hei, bro!" sapa Vernon rekan bartendernya yang baru datang.

"Hei, non!" sahut Daniel menarik tepukan tangan Vernon.

"Siapa yang karaoke jam segini?" Vernon melihat jam tangannya yang menunjukan jam lima sore. Sedangkan telinganya mendengar ada tamu yang bernyanyi di ujung bilik.

"Mate-ku. Ga sah urusin dia lagi sensitif banget. Pusing non!" curhat Daniel.

"Sensitif? Lagi heat?" Vernon penasaran sambil memakai apron setengah badan ditubuhnya.

"Hamil, bro!" jawab Daniel dengan malas.

"Omega? Beta?" selidik Vernon, menaikan sebelah alisnya.

"Omega"

"waah... omega hamil jangan masuk sini, niel. Rogue itu paling suka omega hamil. Kata mereka, omega hamil lebih terlihat seksi. Hati-hati loh! Bawa pulang gih!"

"Aku udah bujuk dia supaya ga ikut. Tapi dia-nya ngeyel!"

"Takut-takutin aja, niel. Dari pada nanti jadi santapan rogue sini?" saran Vernon ada benarnya juga.

"Ya udah deh... bentar ya, non."

"Ok!" sahut Vernon mengantikan tugas Daniel mengelap meja bar.

Daniel berjalan menuju ujung bilik. Seongwu yang sedang mode serius, tengah menghayati sebuah lagu. Melantunkan lagu dengan penuh perasaan sampai-sampai dia tidak sadar, Daniel sedang mengamatinya dari belakang.

.

(Please, by. Lee Sera. Cover Ong Seongwu dalam konser Therefore)

itji motae neoreul itjanha
ajikdo nunmul heullimyeo neol saenggakhae
neul chamji motago tujeong burin geot mianhae
naman wonhandago haetjanha
geureoke utgo ureotdeon gieokdeuri
dareun sarangeuro ichyeojyeo jiwojineunge nan sirheo

eotteokedeun dasi doraogil butakhae
cheoeumeuro dasi doragagil baralge
gidarilge neoreul hajiman
neomu neujeojimyeoneun andwae
meoreojijima deo gakkai jebal

modeungeol malhalsu eobtjanha
majimak yaegil halteni jom deureobwa
manhi saranghamyeon halsurok
hwaman naeseo deo mianhae

eotteokedeun dasi doraogil butakhae
cheoeumeuro dasi doragagil baralkke
gidarilge neoreul hajiman
neomu neujeojimyeoneun andwae
meoreojijima deo gakkai... oh..

itji malgo dasi doraogil butakhae
heeojimyeon gaseum apeulgeora saenggakhae
gidarilge neoreul hajiman
neomu neujeojimyeon andwae
meoreojijima deo gakkai... jebal...

jebal, jebal...

.

Kumohon

Aku tidak bisa melupakanmu. Kamu tahu?

Aku masih menangis memikirkanmu.

Aku yang tidak sabar dan mengeluh. Maafkan aku


Kau mengatakan, Kau menginginkanku

Kita tertawa dan menangis

Kenangan kita dilupakan, karena cinta lain

Aku benci mereka menghilang

Aku mohon kau kembalilah


Entah bagaimana aku harap kita kembali ke awal mula

Aku akan menunggumu, tapi

Jangan terlambat. Jangan pergi jauh

Tolong mendekatlah

Tidak bisa dikatakan

Segala sesuatu. Inilah kata-kata terakhirku,

jadi dengarkan Aku sungguh mencintaimu

Aku terus berteriak padamu. Aku minta maaf.


Aku mohon kau kembalilah

Entah bagaimana Aku harap kita kembali ke awal mula

Aku akan menunggumu, tapi

Jangan terlambat. Jangan pergi jauh.

Mendekatlah.... oh...


Aku mohon kau jangan lupa dan kembalilah

Aku pikir hatiku akan sakit jika kita putus

Aku akan menunggumu, tapi

Jangan terlambat. Jangan pergi jauh

Mendekatlah... Kumohon...

Kumohon, Kumohon

.

Terlalu menhayati lagunya. Seongwu terbawa suasana sampai menitikan air mata. Daniel yang melihat itu, berfikir bahwa Seongwu belum bisa melupakan mate terdahulunya. Hatinya tercubit sakit.

Merasakan hal yang sama, Seongwu menghapus air matanya kemudian menoleh mendapati Daniel yang sedang menatapnya tajam.

"Niel..." Seongwu melangkah mundur melihat Daniel mulai mendekatinya tanpa berbicara, terlihat aura Daniel begitu gelap. "Niel, k-kenapa?"

"Harusnya aku yang tanya kenapa. Kenapa kamu nyanyi sampai menangis begitu?" suara Daniel terdengar begitu serius.

"Ah... hanya nyanyi, niel" Seongwu meletakkan mic nya di atas meja.

"Kamu belum bisa melupakan Minhyun?!" selidik Daniel menatap Seongwu yang sudah terpojokan sampai punggungnya membentur tembok bilik.

"Ini hanya nyanyi, niel. Sudah akh!" kilah Seongwu yang tak mau menatap mata Daniel.

"Aku tahu, aku ga sesempurna Minhyun. Aku tahu, aku hanya seorang bartender bukan CEO yang banyak uangnya. Aku tahu, aku bukan Minhyun yang secara garis tadir telah menjadi matemu!" Daniel menggertak gusinya kuat-kuat.

Seongwu menghela nafas sebelum memungut tatapan membunuh dari Daniel.

"Tidak usah kamu sebutkan. Aku tahu itu. Dan itu fakta! Lalu?"

"Lalu?" Daniel menautkan alisnya, "fakta selanjutnya kamu masih mencintai Minhyun!"

"Kalau aku masih mencintai Minhyun, kenapa aku masih ada disini? Dihadapanmu?!" tantang Seongwu tak takut.

Seongwu pikir pengorbanannya sudah cukup membuat Daniel sadar bahwa Seongwu sudah mencintainya sangat dalam. Tapi rupanya tidak. Daniel masih mencurigainya, masih cemburu dengan sosok mate terdahulunya.

Daniel mengusak wajahnya sendiri, kemudian memunggungi Seongwu.

"karena kamu mengandung anakku! Kalau kamu tidak mengandung, aku mungkin sudah kamu tinggalkan!"

Seongwu akui memang awalnya seperti itu. Tapi seiring jalannya waktu, dan setelah Seongwu mengetahui semua perjuangan Daniel untuk memilikinya. Seongwu sadar, Daniel sangat mencintainya dan benih-benih cinta tumbuh begitu saja dihati Seongwu, bahkan mengakar begitu kuat.

"Benar! Awalnya memang begitu! Tapi-"

"Setelah melahirkan. Kamu boleh meninggalkanku dan juga bayiku!"

DEG

Hati keduanya tercubit bersamaan ucapan yang Daniel lontarkan.

Seongwu menggelengkan kepalanya perlahan, air matanya pun menetes tak tertahankan. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, Daniel akan berbicara begitu mudah untuk menyakiti perasaannya.

"Tega kamu, niel?!"

"aku tidak mau memaksakan kehendakku untuk terus bersamaku." Daniel masih memunggungi Seongwu.

"Aku..." Seongwu mengatur nafasnya, dia ingin menjelaskan semuanya tapi dadanya begitu sesak tak tertahankan, "aku sudah mengorbankan diri seperti ini masih di anggap setengah hati? Hanya karena aku nyanyi lagu sampai menangis?"

Daniel hanya terdiam

Seongwu tidak mau banyak kata setelah melihat Daniel yang hanya bisa diam. Dia bergegas keluar bilik sambil mengusak air matanya.

"Mau kemana?" Daniel mengejar Seongwu.

"Pulang!"

"Pulang kemana?"


Seongwu tiba-tiba berhenti berjalan, sesuatu cairan kental hangat tengah menyusuri paha bagian dalamnya.

"Kenapa?" Daniel panik melihat Seongwu tertunduk melihat bagian bawah tubuhnya.

"Niel..." suara Seongwu bergetar sambil memegangi lengan Daniel.

"Kenapa?!" Daniel tambah panik

"Antar aku ke Rumah Sakit sekarang!" pintanya sambil menopangkan badan dengan bersandar di tubuh Daniel.

Mata Daniel membola kaget, "k-kau mau melahirkan? A-apa masih bi-bisa jalan?"

Seongwu mengangguk pelan sebagai jawaban, punggungnya tiba-tiba terasa pegal bukan main. Otot pinggangnya mengetat kuat.

"Non! Vernon!" panggil Daniel setengah berteriak. Beruntung klub belum buka, karyawan klub pun baru sebagian yang datang. Vernon langsung berlari mendekati Daniel.

"Ada apa bro?!"

"Bisa panggilkan amblance sekarang?! mate ku mau melahirkan!"

"Siap, bro!" Vernon pergi menelepon ambulance.

"Niel, punggungku sakit sekali..." keluh Seongwu berdecak pinggang.

"Tahan, ya. Sebentar lagi ambulance-nya datang." Daniel menopang tubuh Seongwu dengan cemas.

Seongwu mengingat pelajar ginekologinya dulu, kemudian dia menarik nafas dan mengeluarkannya secara teratur untuk sedikit meringankan nyeri punggung dan juga perut mulasnya. Kontraksinya berangsur-angsur mereda dengan dilakukannya relaksasi pernafasan secara teratur.

.

Sesampainya di Rumah Sakit, kontaksi perut Seongwu semakin lama semakin menguat, periode kontaksinya pun berulang setiap setengah jam sekali.

Sudah hampir enam jam Seongwu merasakan kontraksi hebat, dan itu sungguh menyiksanya. Seongwu akan meremas jemari Daniel tiap kali kontaksi datang menyiksa punggung dan perutnya.

"Sabar ya sayang... kamu kuat... kamu kuat" bisik Daniel.

Seongwu hanya menganggukkan kepalanya yang sudah penuh peluh itu. Tubuhnya reflek bergerak gusar menginginkan kontraksinya berkurang. Tanpa Seongwu sadari, dirinya perlahan mengejan, akibat dorongan kontraksi yang tak kunjung pudat.

"Jangan mengejan ya? Tarik nafas saja." Seorang perawat menghampirinya, lalu menekuk kaki Seongwu. Perawat itu akan memeriksa jalan lahir milik Seongwu. Jari-jari perawat yang terbungkus sarung tangan staril perlahan menyusuri lubang penetrasi miliknya. Perawat itu menggeleng penuh kekecewaan.

"Apa belum ada pembukaan?" tanya Seongwu dengan sisa-sisa tenaganya.

"Iya, dari awal anda kesini pembukaan baru dua. Belum ada kemajuan pembukaan lagi." tutur perawat menggeleng kecewa.

"Niel... sakit..." rengek Seongwu kembali berbaring miring ke kiri.

"Tarik nafas sayang. Sabar ya?" Daniel mengelus punggung Seongwu untuk sekedar meringankan sakitnya.


Seorang dokter spesialis kandungan datang,

"Coba saya periksa sebentar."

Sama halnya yang dilakukan perawat, dokter itu memasukan jari-jarinya yang terbungkus sarung tangan steril ke dalam lubang penetrasi Seongwu.

Seongwu merasa bagian tubuh bawahnya begitu ketat, merasakan jemari dokter menyusur ke dalam sana.

Kemudian dokter memiringkan kepalanya dengan ekspresi sama kecewanya.

"Coba anda rileks... Tarik nafas dan buang secara teratur." ucap dokter yang secara tidak langsung membenarkan hasil pemeriksaan perawat. Dirabanya perut Seongwu yang sudang mengencang sempurna.

Daniel mencoba mengikuti Seongwu untuk menarik nafas dan mengeluarkannya secara teratur.

"fuh...fuh... hmmm... fuh... fuh..." nafas Daniel dan Seongwu seirama.

"Bisa saya bicara dengan anda, sebentar?" dokter menatap Daniel.

Daniel mengangguk dan mengekori dokter yang keluar dari ruang VK. (Verlos Kamer = Kamar bersalin).

"Sebentar ya" pamit Daniel ke Seongwu, kemudian dia menutup kain penyekat di ruang VK.

.

Daniel mengikuti dokter sampai di ruangan prakteknya.

"Apa ada masalah, dok?" tanya Daniel tidak sabar.

"Begini, saudara Seongwu mengalami ketuban pecah dini, dan sudah mengalami kontraksi selama enam jam. Tapi masalahnya jalan lahir tidak terbuka sama sekali. Berhubung ketubannya sudah pecah, dan terus merembes tanpa henti. Kemungkinan air ketuban sudah habis duluan sebelum terjadinya pembukaan. Dan ini sangat beresiko untuk bayinya dapat keluar dengan lancar" papar dokter mendetail.

"Jadi apa baiknya, dok?" Daniel panik

"Saya sarankan untuk operasi?"

"Lakukan apa saja, dok. Buat menyelamatkan keduanya. Tolong, dok!"

"Baik. Silahkan tanda tangan informed consent untuk menyetujuinya" sang dokter tersenyum, "setelah tanda tangan, ruang operasi akan segara kami siapkan"

"Baik, dok. Tolong lakukan yang terbaik."

"Kami akan berusaha."

.

Setelah satu jam berdiri mondar-mandir di depan ruang operasi. Seorang perawat membawa keluar seorang bayi mungil.

"A-apa itu anakku?" tanya Daniel gugup. Dongho, tetua kang, Jisoo dan Jonghan juga sudah ada di sana, menanti keponakannya lahir.

"Ini anak dari omega bernama Kang Seongwu" ucap perawat melihat gelang yang melingkar di tangan kecil sang bayi.

Daniel mengangguk dengan mata berbinar, "Anakku!"

"Keponakanku!" gumam Dongho, Jisoo dan Jonghan bergantian melihat bayi mungil yang masih tertidur pulas dalam gendongan perawat.

"Cucuku!" tetua kang tak kalah senang

"Sebentar, kami bawa dulu ke ruang perawatan untuk di suntik vaksin, diperiksa kemudian dibersihkan. Kalian bisa melihatnya dari luar kaca ruang perawatan di ujung sana." perawat membawa bayi mungil itu menuju ruang NICU. (NICU = Neonatal Intensive Care Unit = ruang perawatan intensif untuk bayi baru lahir untuk diperiksa lebih lanjut. Sering juga disebut ruang Perintologi)

"Waah... anakku sudah lahir..." Daniel meremas jemarinya sendiri, sorot matanya kembali cemas melihat ruang operasi belum mengeluarkan mate-nya.

"Tenanglah... Seongwu akan baik-baik saja." tetua kang menepuk bahu Daniel

"Kita kesana dulu ya. Mau lihat keponakan!" pamit Jonghan yang menggeret paksa Jisoo untuk menemaninya pergi ke ruang NICU. Daniel hanya menggangguk dengan senyum tipis sebagai jawaban.

.

Setelah dua jam operasi. Seongwu akhirnya keluar dengan sebuah kanul melingkar di bawah hidungnya. Dokter mengatakan Seongwu sempat sesak nafas di dalam, akibat tekanan darahnya tiba-tiba turun drastis. Tapi sekarang Seongwu tidak apa-apa. dia hanya tertidur karena kelelahan.

.

Seongwu terbangun, Daniel meraih tangan seongwu dan mendekat,

"Terimakasih sayang. Terimakasih sudah berjuang demi anak kita" Daniel mengecup dahi seongwu sangat dalam.

Seongwu mengangguk, "Anakku dimana?"

"Ada! Dia sedang di ruang perawatan. Kamu mau lihat?"

Seongwu mengangguk.

Daniel pergi mengambil anaknya untuk di bawa mendekat.

.

Perawat membawa bayi mungil itu untuk ditaruh di atas dada telanjang Seongwu, reflek mulut bayi mungil yang terlungkap di atas dada Seongwu bergerak mencari putting susu. Naluri rooting reflex sang bayi begitu bagus, dia menyedot bringas makanan pertamanya.

Seongwu terlihat bahagia, Daniel mengecup dahi Seongwu.

"Tanggung jawabmu bertambah sekarang, niel."

"Ehm... Aku akan lebih memperhatikan kalian berdua. Terimaksih, Seongwu... Aku selalu mencintaimu."

.

.

***

.

.

Setahun kemudian, ketika umur Lee wojin genap satu tahun.

Sesuai janji Daniel, dia akan lebih memperhatikan keluarga kecilnya dari apapun di dunia ini. Sore ini Daniel membawa keluarga kecilnya kesebuah taman yang tak jauh dari sungai Han.

Seongwu dengan hati-hati mendorong sebuah kereta dorong yang berisikan Lee Woojin.

Woojin sedang tertidur nyenyak sekarang. Sedangkan Daniel sibuk membawakan tas yang berisikan perlengkapan Woojin seperti popok, tisu basah, tisu kering, pakaian bayi, celemek, botol susu, sisir dan lainnya.


Sebuah lantunan lagu sendu dengan petikan gitar mendayu, tiba-tiba terdengar dari kejauhan. Sepertinya Seongwu kenal suara ini, dia mempercepat langkahnya untuk memastikan.

"Jaehwan?" panggilnya. Sesuai firasatnya yang tak pernah salah, ia menemukan Jaehwan duduk di kursi taman sambil memetik gitarnya.

"Seongwu hyung, apa kabar?" Jaehwan menghentikan nyanyiannya.

"Baik! Kamu? Baik?"

"Selalu, baik! ini anakmu, hyung?" Jaehwan melihat ke dalam kereta dorong.

"Iya..." sahut Seongwu.

"Umurnya berapa?" jaehwan membiarkan Lee Woojin tetap tertidur.

"Satu tahun. Kamu sendiri sudah hamil belum?" selidik Seongwu.

Jaehwan mendekatkan tubuhnya ke Seongwu, "si bringas belum mau punya anak."

"hfff" Seongwu menahan tawanya.

"si beringas?" Daniel penasaran.

"ah... mate-nya jaehwan..." Seongwu menutupi sesuatu

"Oohh mate mu beringas juga?" sindir Daniel. Jaehwan mengerutkan dahinya

"Oiya perkenalkan ini Daniel. Mate ku. Dan ini Jaehwan sepupunya Mingyu," Seongwu mencoba memecah kecanggungan diantara keduanya.

"Daniel." Daniel menyodorkan jabatan kearah Jaehwan.

"Jaehwan! Aku kan pernah melihatnya waktu dia masih koma hyung" Jaehwan menunjuk Daniel.

"Oiya yah... Tapi kan kalian belum kenal betul." sanggah Seongwu, "oh iya, kamu sendirian? Dimana min--, mate mu!!"

"Dia lagi ke Jepang ngurus bisnisnya." jawab Jaehwan membetulkan posisi duduknya yang sedang memangku gitar.

"Kamu pintar main gitar?" Daniel penasaran, Jaehwan mengganguk cepat.

"Hyung mau nyanyi?" tawar jaehwan ke Seongwu.

"Boleh" Seongwu melirik Daniel, "Aku mau nyanyi love this moment."

.

(Love this moment by. Kim junho)

Jaehwan mulai memetik gitarnya

amudo deureojuji anhatdeon, na honjamanui iyagideuri

(Ceritaku tidak ada yang mencoba untuk mendengarkan)

eoneusungan ireoke uril ieojugoitjyo

(itu sekarang menghubungkan kita)

eoneusae naege wiroreul June

(Tanpa memperhatikan, mereka menghiburku)


insaengiraneun mudaewieseo ireoke neon nareul barabogo

(aku bernyanyi tentang kehidupan yang bertahap)

naneun noraehaneun jigeum moseubi

(Dan kau menatapku)

eonjenganeun chueogi doegetjiman

(saat ini akan menjadi kenangan di masa depan)

Seongwu bernyanyi sambil melirik Daniel, Daniel tertunduk malu-malu


i sunganeul saranghaeyo, nan geudaewa saranghaeyo

(aku suka saat ini, Aku jatuh cinta padamu)

geudaewa nan saranghaeyo mueotdo deulliji anha

(aku dan kamu pun jatuh cinta, aku tidak dapat mendengar apa-apa)


i sungani isseotgie, da geudaega isseotgie ganeunghaetdeon

(Karena saat ini kehadiranmu, karena kamu adalah anugrah)

geunareul ijeseoya algeot gateun na

(sekarang aku tahu hari-hari itu mungkin)

i sunganeul saranghaeyo

(aku suka moment ini)

Suara petikan gitar melantun


uriui moseubi oh... buranhae boyeodo

(Meskipun kami terlihat tidak stabil)

sunganil ppuninikka, jinagage doenikkanan

(Itu hanya sesaat. Aku akan melewatinya)

Nan geudaewa salgiwihae, nan oneureul salgi wihae

(Untuk hidup bersamamu, untuk hidup hari ini)


Manheun geoseul pogihaewatdago saenggageul haetjiman

(aku pikir aku sudah menyerah begitu banyak)

ijewaseo doraboni hanchamina mojaratdeon

(Tapi melihat ke belakang, hanya ada kamu)

nae moseubeul doeryeo chaewojugo isseotdeon geudaega

(kaulah yang mengisi aku yang tidak sempurna)

Perasaan Daniel dan seongwu berdebar sempurna

Suara seongwu begitu merdu


nae yeope namaisseotjyo

(Kau tetap di sisiku)


Oh... oh... oh... huuu...


i sunganeul saranghaeyo

(aku suka moment ini)

Seongwu melirik Daniel,

Daniel tersipu malu


neoui soneul kkok jabeun i sungan

(Saat aku memegang tanganmu)

Seongwu memegang tangan Daniel

.

.

"Suaramu indah, Seongwu."

Suara yang sangat familiar di telinga Seongwu menyapa.


"Minyun! kapan pulang?" Jaehwan menaruh gitarnya di lantai taman, berlari menuju Minhyun yang berdiri di belakang Daniel dan Seongwu.

Seongwu membalikan badannya dengan ragu-ragu, cengraman jemari Daniel semakin posesif di tangannya.

"Baru dua jam yang lalu, aku turun dari pesawat dan aku langsung mencarimu." Minhyun mengecup kening Jaehwan.

Daniel dengan tatapan tajamnya, dan Seongwu yang tak berani mengangkat wajahnya.

"Apa kabar Seongwu? Daniel?" sapa Minhyun dengan senyum indahnya, seakan tak pernah terjadi apa-apa di antara ketiganya.

Tangan Minhyun terulur.

Daniel dengan mantap menjabatnya dahulu, sedangkan Seongwu tak berani sama sekali menanggapi jabatan itu.

"Baik! Sangat baik!" jawab Daniel mantap, "jadi Jaehwan, mate mu?"

Minhyun melirik Jaehwan yang berdiri disampingnya.

"Ya, dia yang sudah menyembuhkanku." mendengar suara Minhyun yang meneduh. Jaehwan tersipu malu, "Dan sebentar lagi kita akan menikah"

Jaehwan tersenyum sambil memamerkan cincin berwarna hitam di jari manisnya.

"Maaf, hyung. Tadinya bulan depan aku sendiri yang akan mengirimkan kartu undangan buatmu dan dokter yoon" Jaehwan meraih tangan Seongwu.

"Selamat ya... Tidak apa-apa kok." Seongwu mulai menampakan wajahnya.

"Kalian saling kenal?" Minhyun penasaran

"Jaehwan sepupu Mingyu, teman Daniel. Dan Jaehwan pernah main ke Rumah Sakit dulu" Seongwu mencoba menatap Minhyun, "kalian sendiri, bagaimana kenalannya?"

"Kita ketemu disini" Minhyun melirik Jaehwan.

Jaehwan mengerutkan dahi, "bukannya kita pertama kali bertemu dikantormu, ya?"

Minhyun menggelengkan kepala, "aku yang tersihir oleh suaramu, dan menyuruh karyawanku membawamu ke kantor." terlihat sorot tatapan penuh cinta dari Minhyun untuk Jaehwan.

Jaehwan tertenduk malu, "apaan sih... Kenapa baru cerita sekarang?"

Minhyun tertawa senang, melihat mate-nya tampak jadi kucing jadi-jadian.

"Jaehwan-ah... Apa kamu lapar?" Minhyun mencubit pipi mandu Jaehwan.

Jaehwan menepisnya, kemudian mengangguk cepat.

"Kalau begitu kita duluan ya?" pamit Minhyun.

Jaehwan berlari merapihkan gitarnya.



"Oiya, Seongwu..." panggil Minhyun

"Ne?" Seongwu mengerjap kaget. Jemarinya kembali dicengram kuat oleh Daniel

Minhyun tersenyum, "kamu mau menyanyikan lagu tadi di pesta pernikahanku nanti?"

Seongwu mengangguk, "Dengan senang hati."

Minhyun menatap Daniel dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Dengan senang hati kita akan datang." Daniel ikut tersenyum menatap minhyun. Kemudian melepaskan cengramannya di tangan Seongwu.

"Ayo... Jaehwan-nie, sudah siap!" Jaehwan kembali merangkul tangan Minhyun.

Minhyun mencubit lagi pipi favoritnya, "Kali ini kamu mau makan apa?"

Minhyun hanya melambaikan tangan sekilas ke arah Daniel dan Seongwu. Dan pergi dengan membawa perasaan yang begitu lapang di dada masing-masing.

Seongwu meletakan kepalanya di bahu Daniel, "Syukurlah..."

.

.

"KANG DANIEL!!"

"Apa sih wu teriak teriak kaya di hutan!"

"setahun lagi, kita tuh mau menggelar pesta pernikahan. Tapi... oh NO!!"

"kenapa lagi sayang?? Ada persiapan yang kelewat? Duit buat WO kurang?"

"bukan!! Ini!!"

Daniel mengernyitkan dahi, membaca secarik kertas yang disodorkan seongwu, "positif??"

"ini salah kamu dan semua hormonmu!! Kita batal menikah!!"

"lho? Salahin sendiri kenapa ga mau suntik KB?"

"ga! Aku ga mau gendut! Ini salahmu! Kamu yang ga mau pake kondom!"

"ga! Rasanya ga enak kalau pake kondom!"

oohh... my MoonGodes!! Kang Daniel dan hormonnya, Seongwu bisa apa? Dan kehamilannya kali ini lebih berat karena Seongwu harus mengandung kembar tiga.

Dunia omega male akan kembali rumit ketika harus menjalani fase kehamilan LAGI!!


***TAMAT***

THANK'S BUANGEETTT....!!!

Continue Reading

You'll Also Like

41.4K 4.9K 10
Hidup Chris berubah total saat dia terdampar di pantai tak berpenghuni bersama teman sekelasnya, Hyunjin. Hingga pada akhirnya Chris mengetahui satu...
1.7M 65.4K 96
Highrank πŸ₯‡ #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
4.5K 362 23
* Brakkk....." ( Suara barang jatuh itu membangunkan Yechan dari tidurnya....,suara itu terdengar cukup jelas karena kamar yang Yechan tempati berada...
28.8K 2.7K 11
Antara Sasuke dan Naruto terdapat kata SUKI yang menjalin kisah romansa kedua makhluk adam ini yang saling terikat. Kumpulan ff Oneshoot SASUNARU yan...