Kim Yerim menatap ngeri ke arah gudang 2. Gudang yang berada di atas gudang 1. Gudang 1 berfungsi sebagai tempat menyimpan kursi dan meja, sedangkan gudang 2 Yerim tidak tahu apa isinya.
Hanya saja, sang gadis tahu betul di sore hari ini sedang ada siapa saja di sana. Benar sekali jika menebak Tzuyu, Sana, dan Momo. Tapi akan lebih benar jika ditambahkan kakak tingkat Kim Yerim yang terkenal kejamnya ; Jeon Jungkook beserta pasukan perangnya –Bangtan.
“Rim, udah lah. Pulang aja.” Sang kakak tingkat sekaligus ketua PMR menyarankan, memperi usapan lembut pada bahu Kim Yerim.
Kim Yerim menggeleng, enggan meninggalkan sekolah karena hatinya merasa tidak tenang.
“Rim, nungguin apa lagi sih?” Kini Wendy angkat bicara, melihat temannya masih saja tidak mau pulang.
Wendy ditemani dua kakak tingkatnya yakni Irene dan Joy mulai membujuk gadis lugu itu secara perlahan guna mau pulang.
“Aku takut mereka kenapa-kenapa, kalian pulang aja duluan, aku tunggu disini takut Kak Jungkook ngelakuin hal kelewat batas.” Kim Yerim menatap sendu ketiga gadis lainnya. Dalam hati kecilnya, Kim Yerim benar-benar ingin masalah barusan tidak dibesar-besarkan oleh Jungkook.
Irene, menghela nafas panjang. Memegang bahu Kim Yerim dengan tegas dan menatap matanya dalam-dalam.
“Yerim, aku gatau kamu sadar atau engga, yang jelas Jeon Jungkook ngelakuin semua ini buat kamu! Jadi please berhenti khawatir sama orang yang bahkan udah ngehina kamu.” Entah bagaimana bisa Irene dengan intonasi yang begitu tinggi menuturkan semua kalimatnya.
Kim Yerim hanya diam. Apa yang dikatakan Bae Irene tidak ada salahnya, sangat benar, dan Yerim pun tahu. Tapi tetap saja, Kim Yerim menyimpan rasa takut teramat dalam pada Jeon Jungkook.
Awalnya tidak separah ini, namun ada satu kejadian yang membuat Kim Yerim ingin musnah dari dunia karena mengenal Jeon Jungkook. Kejadiannya di malam saat Yerim berada di rumah Jeon Jungkook, saat ia tertidur lelap, terusik kala Jeon Jungkook berteriak di sambungan telepon.
Berdiri di balkon dengan tubuh tanpa atasan –shirtless. Jeon Jungkook meneriaki setiap kata yang masih sangat melekat pada otak Kim Yerim.
“...baiklah pilihan terakhir, kembalikan uangku dalam dua minggu atau kau terima mayat kakakmu dalam dua minggu.”
Sungguh, tidur nyenyaknya saat itu berubah menjadi malam yang benar-benar suram. Bahkan itu terjadi setelah ia baru saja ditenangkan oleh Jeon Jungkook saat mendapat pesan dari sang mama bahwa papanya bangkrut, tapi nyatanya ketakutannya malam itu tidak sampai disitu saja melainkan berjanjut ketika Jeon Jungkook berbicara dalam telepon itu.
“Y-yaudah kalian pulang duluan aja. Aku mau nu-nungguin Kak Jungkook.” Bohong, Yerim berbohong. Yang ia inginkan bukan menunggu Jungkook, tapi menghampiri Jungkook yang sedang melakukan hal yang tidak Yerim tahu tapi pastinya bukan hal bagus.
“Kalo gitu aku ikut, sekalian nunggu Taehyung.” Oke, sekedar info bahwa Bae Irene telah menjadi hak milik Kim Taehyung, salah satu anggota Bangtan.
Gadis Bae ini mulanya adalah gadis yang sangat batu, tidak ada satu lelakipun yang bisa meluluhkannya dan menjadikannya kekasih. Namun sepertinya jurus yang di pakai Kim Taehyung cukup ajaib dan membuat Bae Irene jatuh ke dalam pelukannya walau butuh sangat banyak perjuangan yang berat selama mendekati gadis anggun yang satu ini.
Huh, Irene berharap Kim Taehyung tidak semakin nakal dan beringas seperti Jeon Jungkook walaupun pada kenyataannya bahwa kekasihnya memang begitu.
“Joy sama Wendy, kalian pulang duluan aja. Udah sore nih.” Keduanya pun mengangguk dan sama-sama melambaikan tangan dan mengucapkan sampai jumpa.
Yerim menatap Irene dengan cemas, Irene yang paham akan tatapan Yerim pun akhirnya tersenyum kecil.
“Rim, Jungkook cuma mau ngelindungin kamu. Sekarang harusnya satu sekolahan juga tau kalo Jungkook memperlakuin kamu secara beda, agak special.”
Kim Yerim ingin sekali melayang akan pujian tersebut.
Tapi tolong jangan pernah lupakan siapa Jeon Jungkook.
Kim Yerim, gadis lugu yang satu ini sangat ingin tahu lebih mengenai latar belakang misterius Jeon Jungkook. Kakak tingkatnya yang terlihat seperti pemuda berandal, well walaupun dia memang pemuda berandal, tapi Yerim kali ini yakin bahwa ada identitas lain yang akan lebih mengejutkan untuknya tentang Jeon Jungkook.
“Akh! Kak, ampun!”
Hanya ada satu sumber suara, dan Yerim serta Irene terkejut bukan main. Keduanya menatap takut ke arah gudang 2 itu. Kim Yerim tidak ambil pusing untuk kedua kalinya dan memilih untuk berlari ke arah tangga menuju gudang 2. Bae Irene? Tentu saja ikut berlari setelahnya.
Keduanya sampai pada sebuah pintu yang terbuka lebar, di dalamnya tidak begitu terang, hanya pencahayaan sari sinar mata hari. Tidak ada lampu, tidak ada benda penting. Kim Yerim menutup mulutnya dengan telapak tangan melihat Tzuyu berlutut sambil memeluk kaki kanan Jeon Jungkook.
“Kak...maaf, tolong...” Kaki Jeon Jungkook sepertinya murka, sehingga detik selanjutnya kakinya sengaja dihentakkan begitu kuat dan membuat gadis itu tersungkur di lantai putih penuh debu itu.
Kim Yerim dan Bae Irene masih membeku, keduanya ingin mengeluarkan suara namun seperti ada sesuatu yang membuat mereka terlalu takut untuk berbicara.
Baik Yerim maupun Irene juga bisa melihat dimana Taehyung dan Jimin menahan kedua tangan Sana dan Hoseok serta Jin menahan Momo. Suga maupun Namjoon sibuk menyeringai di sudut ruangan, terlalu asik menonton aksi dari teman-temannyannya. Such a devil.
“Momo.” Suara kasar Jeon Jungkook kembali terdengar, membuat Kim Yerim tersentak.
Hoseok dan Jin tidak ragu-ragu menarik gadis itu mendekati Jeon Jungkook yang sudah berdiri dengan begitu gagahnya dan siap melakukan hal buruk yang paling buruk, kalian bahkan tidak akan pernah habis pikir dengan lelaki ini.
Jeon Jungkook meregangkan kedua otot lengannya, seakan siap menyerang apapun yang ada di hadapannya dan kali ini Momo lah yang berada tepat di hadapannya. Jeon Jungkook geram dan mencengkram kuat lengan kiri gadis itu, menatapnya nanar seolah mengujarkan kebencian yang mendalam.
“Tangan atau kaki?” Suara Jeon Jungkook terdengar sangat rendah dan dalam.
“Ampun kak, gak bakal di ulangi la–”
“Tangan atau kaki, bangsat?!” Irene menggenggam tangan Yerim, terkejut akan perlakuan kasar di hadapannya. Sedangkan Kim Yerim merasakan tubuhnya semakin bergetar, tidak sanggup melihat adegan di depannya.
“T-tolong kak, kali ini aja, aku minta maaf.”
“Tangan, atau, kaki.” Tanyanya lagi penuh penekanan pada setiap katanya.
“Kak Jungkook,” Suara lirih Kim Yerim akhirnya terdengar. Suara yang mampu membuat segala hal buruk berhenti, benar-benar malaikat. Ketiga gadis di dalam gudang menatap Kim Yerim penuh mohon, berharap gadis itu menyelamatkan mereka.
“Jangan.” Kim Yerim hanya bisa mengucap sepatah dua patah kata, bibirnya memang berbicara seolah ia biasa saja melihat perbuatan kakak tingkatnya itu, namun tubuhnya bahkan sudah bergetar ketakutan.
Jeon Jungkook menoleh seketika, mendengar suara manis dari sosok Kim Yerim yang berdiri di luar pintu gudang itu, yang pastinya ia yakin bahwa gadis itu baru saja menyaksikan aksinya.
“Yerim, pulang.” Jeon Jungkook menggerakan tangannya, memberi instruksi untuk gadis itu dan juga gadis di sebelahnya ; Bae Irene untuk pulang bersama sekarang juga.
Bae Irene juga melihat Kim Taehyung yang memberi kode mata agar ia pulang dan membawa Yerim pula pergi dari tempat ini. Irene menarik tangan Yerim untuk diajaknya keluar, namun nyatanya Kim Yerim mulai keras kepala. Gadis Kim tersebut malah masuk ke dalam gudang dan membuat Jeon Jungkook mengerutkan alisnya.
Kim Yerim berdiri tepat di hadapan Jeon Jungkook, tingginya hanya menyetarai dada sang lelaki dan membuat gadis itu mendongakkan kepalanya ke atas guna menatap sang kakak tingkat.
“Biarin mereka pulang, kak.” Jeon Jungkook dibuat heran, mata gadis di depannya berkaca-kaca hanya karena ia hendak memberi pelajaran pada ketiga gadis yang memang bersalah itu.
“Muka kamu pucet, dianter pulang sama Jin, oke?” Jungkook melemparkan kunci mobilnya ke arah Jin yang buru-buru menangkapnya.
“Gamau, aku mau pulang sama Kak Jungkook.” Kim Yerim terpaksa memutar balik fakta, aslinya ia sama sekali tidak ingin pulang dengan Jeon Jungkook, tapi ayolah, ini satu-satunya cara cepat untuk mencegah kekerasan macam apapun berlanjut.
“Rim, pulang sekarang ya. Dianter Jin, aku masih ngurusin mereka, kamu paham kan?” Jeon Jungkook mengusap lembut air mata yang menggenangi pipi sang gadis, menyampirkan rambut-rambut yang menutupi sisi wajahnya.
“Gamau, hiks hiks, mau pulang sama kakak. A-aku, hiks hiks.” Kim Yerim sendiri tidak habis pikir emosinya akan tersulut karena Jeon Jungkook yang kukuh ingin memberi pelajaran pada ketiga teman kelasnya itu. Walaupun mereka bertiga telah berbicara buruk tentangnya, tetap saja mereka tidak seharusnya diperlakukan seperti ini.
“Princess, jangan cengeng sekarang, oke? Kamu pulang sekarang dianter Jin, biarin aku urusin ini dulu.” Yerim menatap nanar sang kakak tingkat. Nafasnya sudah tidak beraturan lagi karena menangis tadi.
“Aku ga cengeng! Aku cuma mau kakak jangan sakitin temen-temen aku! Biarin mereka ngomongin aku apapun, itu urusan mereka sama aku, hiks. Kakak gaperlu jahatin mereka...” Kim Yerim memukul-mukul dada Jeon Jungkook dengan sekuat tenaga sambil berteriak, meneriakan semua isi hatinya yang ia pendam sejak tadi.
Jeon Jungkook mengambil keputusan untuk memeluk gadis yang sedang memberontak di hadapannya dengan berlinang air mata. Tidak mempedulikan mereka yang disana juga memperhatikan keduanya.
“Shhh, jangan nangis lagi. Aku anter pulang sekarang.” Ujarnya pelan pada gadis di dekapannya yang tanpa sadar tubuh Kim Yerim serasa kehilangan kekuatan, semakin melemas dan genggamannya pada seragam Jeon Jungkook mulai mengendor.
“Princess?” Jeon Jungkook bersuara, memastikan gadis itu baik-baik saja. Namun saat tubuh Kim Yerim benar-benar lemas dalam dekapannya barulah ia sadar apa yang telah terjadi pada gadis itu.
“Namjoon, call my Doctor.”
•••••••
Huhuhu apakah chapter kali ini aneh? Karena aku ngerasa chapter ini aneh dan...ngga bagus sisjsjsjsjsowksoso maapkan aku yang jadi penulis tanpa kepercayaan diri huhuhuhu.