Beberapa tahun telah berlalu semenjak Jaehyun memutuskan untuk menyudahi persahabatan gue dengan dia. Nggak habis pikir apa yang membuat dia berpikir kayak gitu.
Semenjak itu juga gue, Svetlana Sharipova, berubah menjadi seseorang yang lebih dingin ke orang yang gak gue kenal. Kalau udah kenal sih, gue bisa jadi banyak bicara.
Kenapa? Karena gue nggak ingin tersakiti lagi, jadi gue membangun tembok yang tinggi antara gue dan orang-orang yang nggak kenal gue sama sekali.
Selain dingin, gue juga jadi lebih... menutup diri? Karena gue masih takut kalau gue deket-deket sama orang dan orang itu berujung ninggalin gue kayak apa yang Jaehyun lakukan ke gue di masa lalu.
"Ya udah, lain kali hati-hati aja ya. Jangan sampe kejadian kayak gini keulang lagi." Kata gue ke pegawai gue dengan nada yang halus sambil tersenyum ke arahnya.
Beda urusannya ke orang-orang yang bekerja di perusahaan gue. Gue bakal ramah ke mereka, walaupun kadang-kadang gue juga bisa menjadi orang yang keras.
Gue sekarang memiliki perusahaan yang gue beri nama Svetco. Perusahaan yang gue dirikan di Perancis, perusahaan yang gue rintih dari awal.
Svetco ini adalah perusahaan yang berperan sebagai induk dari anak-anak perusahaan gue yang lain. Kayak ada perusahaan makanan, restoran cepat saji, dan bahkan sampai perhiasan pun ada.
Svetco memiliki beberapa cabang di beberapa kota-kota besar seperti New York, Los Angeles, Austin, London, Manchester, Berlin, Hamburg, Stockholm, Abu Dhabi, Tokyo, Seoul, Milan, Roma, dan Moskow. Tapi headquarter-nya di Paris.
Gue juga punya bangunan mall di Perancis. Namanya La Mode. Nah mall itu isinya hanya untuk fashion, semacam kayak department store tapi khusus untuk pakaian. Gue juga ambilnya brand-brand high fashion. Banyaknya dari desainer di wilayah Eropa dan Amerika.
Anyway, gue juga udah nggak pernah kontakan lagi sama Jaehyun. Hubungan gue dengan Jaehyun berakhir saat dia ingin memutuskan tali persahabatan gue sama dia di depan rumah dia. Nggak elit banget ya putusnya di depan rumah dia, lewat chat gitu kek *rolling eyes."
Beberapa bulan yang lalu gue juga dapet kabar kalau Jaehyun udah tunangan sama Fanya. Wah, salut gue. Mereka bisa sampe sejauh ini. Sampe tunangan, cyn.
Oh iya, gue juga baca di berita kalau Jaehyun sekarang udah jadi pengusaha yang sukses di London. Bisa dibilang perusahaannya cukup besar dan cukup berpengaruh.
Mengetahui hal tersebut, gue gak mau kalah. Gue harus lebih unggul dari Jaehyun. Gue harus satu langkah lebih di depan daripada dia.
Ting ting ting
Siapa nih yang nge-chat gue disaat-saat begini.
What's App
Nana
Lana, lo makan siang sama siapa hari ini?
Svetlana
Sendirian, as always
Nana
Sedih banget, cari pacar dong
Svetlana
Males
Nana
Makan siang sama gue aja, gue ngajak temen juga tapi. Temen gue waktu masih kuliah di kampus
Svetlana
Boleh, share locationnya aja nanti ke gue
Nana
Oke bosku
Lee Nana. Temen gue yang berprofesi sebagai seorang desainer terkenal dari Perancis. Gue ketemu dia waktu gue diundang ke acara fashion show-nya Chanel Cruise 2018. Kebetulan, kita duduknya sebelahan. Walaupun gue orangnya nggak begitu ramah, disisi yang lain Nana ramah banget ke gue. Ngajak gue ngobrol dan ya, pembicaraan gue sama dia nyambung. Dari situ gue kenalan sama Nana.
Nana ini orangnya baik banget. Ramah, murah senyum, dan pandai bergaul. Walaupun gue baru kenal sama Nana setahun, tapi kita udah kayak temen lama.
Gimana kabarnya dengan Clary, temen seperjuangan gue waktu di kuliah? Dia menetap di New York dan merintih karirnya disana. Walaupun jarak kita jauh banget, tapi kita masih suka kontak-kontakan. Nggak kayak yang itutuh, eh.
Selain bisnis gue yang berjalan lancar, gue juga sering diundang ke acara charity show. Nama gue semakin dikenal banyak orang dengan gue sering diundang ke charity show.
Tapi sebelum ke acara-acara charity show, tingkat popularitas gue juga udah tinggi. Hehehehe.
Gue suka aja, setiap gue pergi kemana, ke luar negeri atau sekadar makan ada yang mengenali gue. Karena dulu gue pernah berpesan ke diri gue sendiri untuk 'work until you don't have to introduce yourself anymore.' Dan sekarang hal itu udah gue capai.
Perusahaan yang gue miliki sekarang ini juga cukup memiliki power yang besar. Perusahaan yang paling berpengaruh dalam perekonomian di Uni Eropa saat ini. Intinya, perusahaan gue sangat membantu kondisi ekonomi di Uni Eropa untuk terus meningkat. Karena perusahaan gue merupakan perusahaan penyumbang pajak terbesar di Uni Eropa.
Uang yang gue hasilkan dalam perdetik juga nggak sedikit. Gue bisa menghasilkan uang sebanyak €110 atau setara dengan $123 perdetik. Sedikit lebih tinggi dari Bill Gates yang menghasilkan $114.6 perdetik.
Dengan power, fame, dan money yang gue dapatkan. Gue berharap banget hal-hal tersebut bisa mengisi rasa hampa yang gue alami. Rasa kosong yang ada di dada gue. Rasa yang nggak tau kapan akan hilang perasaan itu.
Maka dari itu, gue selalu bekerja keras agar dalam ketiga hal tersebut, gue akan selalu unggul. Lebih unggul dari siapapun. Memiliki power yang besar dan kuat membuat gue ditakuti banyak orang. And to be honest, I like that kind of feeling.
Dan uang? You can do anything with money, if you have enough money. Uang bisa membantu lo menyelesaikan masalah, uang bisa membeli barang-barang yang gue inginkan, say it lah, jet pribadi, pulau pribadi, bahkan istana? Bisa gue beli. Tapi dengan terpenuhinya semua hal yang gue inginkan, gak tau nih, gue masih ngerasa gak bahagia. Kayak masih kosong gitu.
Tok tok tok
"Masuk." Kata gue saat mendengar ada suara ketukan di pintu ruangan gue.
Pintu ruangan gue langsung dibuka dan menunjukan yang ngetok barusan itu asisten gue, Anna.
"Mba, saya mau mengingatkan. Kalau hari Kamis besok akan ada gala charity yang dilaksanakan oleh UNICEF. Dan sebagai penyumbang dana tersebar dan brand ambassador dari Inggris, mba diundang untuk memberikan pidato terkait kampanye #EndViolence."
Walaupun gue orangnya sekarang lebih dingin, gue masih peduli dengan hal-hal yang terjadi di sekitar gue. Kayak kekerasan yang banyak terjadi di kalangan masyarakat, kekerasan dalam rumah tangga, pembulian di sekolah, dan masih banyak lagi aksi kekerasan yang terjadi di lingkungan kita. Di bumi yang gue tempati sekarang. Gue mendukung kampanye ini karena gue ingin membantu meminimalisir kekerasan-kekerasan yang terjadi di sekitar gue.
"Ooh iya. Dimana acaranya?"
"Kali ini Inggris akan menjadi tuan rumahnya, Mba. Akan dilaksanakan di kota London."
London. Kota yang paling gue hindari. Gue nggak pernah menginjakan kali gue di London lagi. Gue nggak mau teringat dengan kenangan-kenangan yang gue lakukan bersama Jaehyun.
Hanya mengingatnya aja, gue masih suka sakit hati.
Orang tua gue? Gue udah cerita sama mereka. Gue cerita ke mereka begitu gue kembali dari London. Mereka juga shock begitu tau kalau Jaehyun ingin memutuskan hubungan persahabatan gue sama dia. Gue juga cerita tentang pacarnya Jaehyun, Fanya.
Mama papa cuma bilang, ya mungkin Jaehyun lagi bucin banget sama pacarnya jadi rela ngelepas gue yang udah kenal dia dari jaman kita masih pake popok. Mama papa juga bilang, suatu saat nanti Jaehyun sadar kok kalau memutus hubungan dengan gue merupakan hal yang salah dan hal yang dia sesali.
"Tanggal berapa acaranya?"
"Tanggal 26 April 2019, Mba. Kalau bisa sih kita berangkatnya sebelum tanggal 26."
"Oh, oke yaudah langsung pesen tiketnya aja. Kamu atur-atur jadwalnya. Untuk hotel, aku gak akan nginep di hotel. Aku kayaknya pulang ke rumahku. Kalau kamu mau nginep di hotel it's okay."
"Oke! Siap mba. Aku pesen dulu tiketnya ya mba." Kata Anna sambil senyum sebelum keluar dari ruangan gue. Gue hanya mengangguk sambil memberikan senyum balik.
———————
"Jadi lo mau ke London nanti tanggal 22 April?" Tanya Nana yang lagi memotong makanan yang dia pesan untuk makan siang.
"Iya. Berat sih." Gue menatap gelas yang ada didepan gue kosong.
Makan siang kali ini gue hanya berdua sama Nana. Temen Nana yang tadinya mau ikut nggak jadi, karena dia ada urusan mendadak. Jadi cuma ada gue dan Nana deh.
"Lo gak pernah balik kesana lagi semenjak kejadian itu ya?" Nana kembali bertanya, kali ini tatapannya ke gue, bukan ke makanan yang ada di hadapannya.
"Iya. Gak bisa gue balik kesana lagi, Na. Tapi sebagai brand ambassador UNICEF, gue harus hadir. Gak bisa apa ya tempatnya dipindahin? Dimana aja deh asal jangan di London." Kata gue ngaco, soalnya ya masa gue mau request tempat pelaksanaan acaranya dipindahin?
"Lo bikin organisasi non pemerintah aja sendiri, Lan."
"Organisasi pemberantas orang-orang yang suka nyakitin hati orang lain."
"Nah itu, nanti lo jadiin gue brand ambassador-nya, gimana?"
"Hahahahaha bisa diatur-atur lah itu." Kata gue ke Nana sambil bercanda dan memutarkan bola mata gue.
"Tapi serius Lana. Kenangan-kenangan yang lo buat bersama Jaehyun akan selamanya tetap disana. Lo gak bisa ngehindar terus-terusan juga. Ikhlasin aja ya, gue tau lo pasti bisa kok! Dia kan udah jadi masa lalu lo." Kali ini Nana menepuk pundak gue pelan, memberikan gue semangat.
"Thanks. Semoga gue bisa ikhlas."
———————————————————————
Author's Note
Waaah udah masuk chapter gak flashback lagi niiiih hoho :'D semoga suka dengan chapter ini & jangan lupa vote dan komen yaaa 💚