The Chance • [SuRene]✔️

By ayassia_1818

154K 11.1K 1K

Irene adalah wanita pertama yang berhasil Suho sakiti. Juga wanita pertama yang berhasil membubuhkan bekas me... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Epilog
Bonus Chapter🥳

Chapter 13

2.5K 264 31
By ayassia_1818




T    H    E            C     H     A    N    C    E


-





"Kenapa cinta ini selalu membuat kita menangis?
Aku mencintaimu, dan cinta ini terus saja membunuhku."

"Sama sepertimu, kamu pun juga mencintaiku.
Dan cintamu selalu membuatmu terus berjuang.
Walau rasa yang kita miliki adalah sama."












Irama jantungnya semakin terasa cepat. Suho terus berlari menuju arah pantai itu. Kini ia telah sampai. Namun, matanya membulat sempurna saat para sahabatnya berada disana.

Mereka menoleh ke arah Suho dengan wajah yang tampak menahan amarah. Rupa mereka sudah sangat berantakan. Bahkan pakaian mereka basah kuyub.

Perlahan Xiumin menghampiri Suho pelan. Ia mendaratkan satu pukulan keras ke arah wajahnya.

"KAU SUDAH TERLAMBAT SUHO!! APA KAU PUAS!?"

Suho langsung terdiam kehilangan kata-kata.

Ia tidak pernah melihat Xiumin semarah ini sebelumnya. Sebagai yang tertua, Xiumin selalu terlihat tenang apalagi terhadap dirinya. Namun apa yang terjadi sekarang?

Xiumin menarik kerah Suho dengan kuat, mendekat ke arah wajah nya yang memerah menahan amarah. Chanyeol mencoba menahannya agar Xiumin tidak terus meluapkan emosinya kepada Suho.

"Apa kau seorang laki-laki Suho? Bagaimana kau bisa sekejam itu terhadap seseorang yang kau cintai?" Teriak Xiumin dengan Chanyeol yang masih menahan tangannya agar tidak kembali menghajar Suho.

"Aku tidak mencintainya." Ucap Suho terbata bata. Bukan hal itu yang ada di dalam hatinya saat ini. Namun, Suho akan melakukan apapun demi gadis yang dicintainya itu.

Satu pukulan lagi dari Xiumin kembali mendarat di wajah Suho. Suho hanya bisa terdiam setelah pukulan itu berhasil menyisakan rasa perih di pipinya. Ia masih berusaha memasang ekspresi datar di depan sahabatnya itu.

"Kau...sangat bodoh." Tegas Xiumin. Dengan penekanan di setiap kata nya.

Namun, tubuh Suho seolah lemas saat melihat Kai yang tiba-tiba muncul dari permukaan air pantai yang gelap bersama Irene yang ia bopong dengan kedua tangannya.

Suho mencoba melangkah menghampirinya. Namun Kyungsoo mencengkram lengannya kuat dan mengahampaskannya begitu saja sehingga tubuhnya hampir kehilangan keseimbangan.

"Apa lagi yang akan kamu lakukan Suho? Benar seperti dugaanku. Kau sangat brengsek."

Kyungsoo menatap Suho dengan tatapan muak nya yang tidak pernah sekalipun ia tunjukkan kepadanya.

Tangan Suho tergenggam dengan sangat kuat saat ia melihat wajah pucat Irene yang tidak berdaya lagi. Ia meneguk ludahnya kasar.

Dengan sangat hati-hati, Kai menidurkan Irene di atas pasir pantai yang halus itu. Lalu, ia mencoba untuk memberikan pertolongan pertama kepada Irene.

"Irene. Bangunlah!" Pekik Kai terdenger panik setelah ia memberikan nafas buatan dan menekan dada Irene terus menerus.

Wajah Kai telah berurai air mata. Ia terus menyebut nama Irene dan berharap agar gadis itu membuka kedua bola matanya.

Suho hanya bisa berdoa di dalam hatinya. Ia mengusap wajahnya kasar. Ia mencintai gadis itu, namun mengapa ia merasa seperti tidak berhak mendekatinya.

"Irene, kau baik-baik saja?"

Perlahan Kai melihat kelopak mata Irene yang sedikit terbuka. Suho bernafas lega saat melihatnya. Namun, itu tidak bertahan lama. Baru dua detik Irene membuka bola matanya, ia kembali tidak sadarkan diri.

"Kita harus membawanya pergi dari sini," usul Chen yang disertai anggukan setuju dari Lay dan Baekhyun.

Kai segera membopong tubuh Irene kembali. Dan dengan langkah yang cepat mereka pergi dari hamparan pasir yang luas itu meninggalkan Suho yang terdiam.

Kepala Suho tertunduk. Mata nya sudah berubah memerah. Ia sudah menahannya sejak tadi dan sekarang hatinya sungguh terasa sangat perih.

Namun saat ingin pergi, Sehun kembali menoleh sekilas ke arah Suho di belakangnya yang baru ia tinggal beberapa langkah.

"Sebentar." Ucap Sehun kepada Baekhyun di sampingnya dan berbalik arah dengan berlari menghampiri Suho di belakangnya.

Sehun menghampiri Suho yang sudah sangat terlihat hancur sekarang. Netranya memandang sahabatnya itu sambil tersenyum perlahan. Senyumnya sungguh menyayat hati Suho lagi dan lagi.

"Kau ingin menghajarku? Silahkan saja." Pasrah Suho dan menyerah dengan situasinya saat ini.

Sehun menggeleng.

"Aku tahu kamu mencintainya. Jangan bodoh. Kamu akan menyesal pernah melakukan ini nantinya. Karena sedetik saja waktu untuk Irene sangatlah berharga. Untukmu—dan hidupnya."

Setetes air yang sudah ia tahan sejak tadi, lolos dari pelupuk mata Suho. Ia tidak akan selemah ini jika bukan bersangkutan dengan wanita itu yang ia cintai selama ini.

Sehun kembali pergi dari hadapan Suho setelah kalimat panjang itu menusuk hati Suho sampai ke bagian yang paling dalam.

Punggung Sehun perlahan hilang dari penglihatan Suho. Suho membuang nafas kasar dan menjambak rambutnya sambil berbalik arah meninggalkan pantai yang sudah sepi itu.

Tanpa Suho sadari, Rose melihatnya dari kejauhan. Rose mengusap air mata yang sejak tadi membasahi pipinya lagi dan lagi. Rasa bersalah terus menyelimutinya sejak ia melihat semua kejadian di depan matanya barusan.

"Irene, maafkan aku. Aku baru menyadari betapa kejamnya aku yang terus menjadi batu penghalang diantara cinta kalian. Mianhee..." isak Rose yang terus meremas rok yang ia pakai.

Ia berbalik arah untuk memutuskan kembali ke villa nya. Namun, saat ingin jalan ke arah kamarnya, ia melihat sebuah pintu yang terbuka.

Ia berjalan ke arah pintu tersebut. Ia melihat Suho yang telah tertidur di lantai yang ada di samping jendela yang terbuka dengan kakinya yang tertekuk. Rose melihat wajah Suho yang masih basah karena air matanya. Rose kembali menangis karena hal itu.

Rose mengambil selimut, lalu menyelimuti tubuh Suho yang sedang hancur itu. Rose mengelap wajah Suho yang masih basah itu perlahan dengan tisu di genggamannya.

"Maaf Suho...aku tahu, cintaku lah yang salah." Isak Rose sambil masih menatap wajah Suho yang terpejam. Tidurnya tampak tidak damai seperti yang pernah Rose lihat.

"Aku berjanji, aku akan Melepasmu Suho...karena aku tahu kamu mencintainya. Namun, aku menunggu waktu yang tepat, demi dirimu dan juga dirinya. Aku berjanji." Ucap Rose dengan suaranya yang tercekat.

Ia mengecup punggung tangan Suho penuh rasa sesak. Dan meninggalkannya sambil mengusap air matanya yang terus mengalir deras. Rose tahu itu cinta pertamanya, namun ia juga harus bisa merelakannya.

***

"Jadi Irene sakit keras selama ini?? Bodoh! Mengapa kalian berdua rahasiakan hal ini dari kita semua. Apakah akan menguntungkan untuk Irene?" Seru Xiumin dengan nada tinggi sambil melirik Kai dan Sehun setelah ia mendengar pernyataan itu baru saja.

Semua yang ada di ruangan rawat UGD itu kecuali Sehun dan Kai tentu saja terkejut bukan main dengan hal itu. Tidak ada yang menduga akan terjadi hal buruk seperti itu kepada Irene.

"Irene yang meminta kami untuk merahasiakannya. Ia yang menginginkannya." Sanggah Sehun cepat. Kai hanya tertunduk sambil duduk di samping ranjang Irene yang masih juga belum sadarkan diri.

"Tentang hal ini, cukup kamu rahasiakan kepada Suho saja. Tidak kepada kami, karena kami akan membantu Irene apapun yang terjadi." Tegas Chen sambil mendekat ke arah Kai dan menepuk bahunya pelan.

"Mengapa semua hal buruk terjadi pada Irene?Apa kesalahannya?" Ujar Chanyeol lesu sambil masih menggenggam kuat tangan Kyungsoo di sampingnya.

Tiba-tiba dokter datang membuka tirai pembatas ruangan. Mereka langsung menoleh secara bersamaan.

"Jika kalian ingin membawa Pasien Irene pulang ke Korea, Silahkan saja. Tidak ada yang begitu serius saat ini." Ujar dokter tersebut setelah melepaskan suatu alat berupa selang yang sejak tadi terpasang di bawah hidung Irene.

"Dok, bagaimana kondisi tentang penyakitnya saat ini?" Tanya Baekhyun langsung ditengah keheningan.

Dokter itu terdiam sejenak dan memasukkan senter berbentuk bolpoin ke dalam sakunya kembali setelah mengecek kondisi Irene.

"Walau sekarang masih terbilang aman, Kanker otak yang ia derita semakin lama akan semakin bertambah parah, pasien harus bisa memutuskan jalan apa yang akan ia ambil untuk mengobati penyakitnya ini. Bisa saja dengan operasi yaitu mengangkat sel tumor ganas di kepalanya atau secara perlahan dengan kemoterapi."

Tidak ada diantara mereka yang bisa mencerna ucapan dokter itu sekaligus. Mereka semua hanya berpengalaman di dunia bisnis, tidak di dunia kesehatan seperti ini.

"Maaf dok?" Sehun mengernyit heran karena bingung dengan ucapan dokter tersebut.

"Memang sulit untuk dipahami...Tumor otak pada umumnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu tumor jinak dan ganas. Tumor ganas inilah yang disebut kanker otak, yang kini diderita pasien Irene." Kai mengangguk paham.

"Kalau boleh tahu, apa resiko dari masing-masing pengobatan tersebut dok?" Chen menatap dokter tersebut dengan keingin tahuannya yang dalam.

"Kemoterapi—akan sangat menyakiti pasien tersebut dan berlangsung amat sangat lama. Sementara, operasi pengangkatan—memiliki risiko yang sangat besar."

"Seperti apa risiko nya. Bisa anda jelaskan?" Tanya Xiumin.

"Operasi pengangkatan tumor ganas seperti itu tidak bisa dikerjakan oleh sembarang ahli bedah. Karena bisa saja menyebabkan sel sel otak bertambah rusak dan bahkan, mengancam nyawanya. Kemungkinan berhasil biasanya juga sangat rendah"

"Jika nanti, pasien ingin menjalani operasi ataupun pengobatan, aku sarankan untuk melakukannya di Jerman. Dulu, aku pernah bekerja di salah satu rumah sakit kanker yang ada disana. Para dokter ahli bedah terbaik dunia terdapat disana. Saya Permisi." Tambah dokter tersebut lalu meninggalkan ruangan itu.

Keheningan menyelimuti ruangan tersebut setelah dokter itu pergi. Semua terdiam setelah kenyataan sulit itu diucapkan dokter tersebut.

"Aku tidak akan menjalani pengobatan." Lirih Irene tiba-tiba dengan suara seraknya ditengah ruangan yang hening. Semua mendekat ke arah ranjangnya panik.

"Kamu sudah sadar? Bagaimana perasaanmu sekarang? Kamu sudah merasa baikan?" Tanya Kai panjang lebar sambil mengusap lembut kepala Irene. Yang Irene balas dengan anggukan pelan.

"Irene, kamu harus tetap menjalani pengobatannya. Aku yakin kamu bisa lepas dari penyakit ini." Ujar Lay yakin.

Irene menghela nafas pelan.

"Aku akan tetap menjalani kehidupanku sebagai seorang selebriti. Itu adalah mimpiku dan aku tidak bisa melepasnya. Bahkan jika suatu hari nanti kondisiku semakin buruk karena penyakit ini, aku lebih memilih melakukan operasi itu. Sekalipun mengancam nyawaku."

"Tidak Irene! Itu sangat beresiko." Tegas Kai yang menggeleng tidak percaya.

"Aku yakin, Tuhan memberikan jalan yang terbaik bagiku selama ini. Aku mempercayainya. Semua keputusan ada di tangannya termasuk Nyawaku."

Semua hanya bisa terdiam. Baekhyun dan Chanyeol menghela nafas gusar.

"Kami akan menghormati keputusanmu Irene. Kapanpun kau mau melakukan pengobatan, kami akan membantumu. Dan Jika kamu mau menjalani operasi pengangkatan, kami yang akan memfasilitasinya, bahkan di rumah sakit yang terbaik. Sekalipun sejauh Jerman."

Kata-kata Sehun barusan mampu membuat Irene menangis haru. Benar seperti kata bayang-bayang orang tuanya semalam. Banyak orang yang menyayanginya. Dia tidak boleh menyerah begitu saja. Ia akan terus hidup mengikuti kemana arus takdir akan membawanya.

"Terimakasih semuanya." Irene kembali tersenyum tipis menatap mereka. Yang telah banyak membantunya sejak ia masih hidup dengan ibunya yang bekerja sebagai pelayan di mansion keluarga Suho dahulu.

***

Satu bulan kemudian...

📍Seoul, South Korea.

"Ini dia Landwich Motors Global Ambasador. Soloist andalan Korea Selatan yang sangat mendunia, Bae Irene."

Irene melangkahkan kakinya yang ia pakaikan sebuah heels berwarna nude dari rancangan desainer dunia.

Sinar blizt dari puluhan kamera di depannya kembali menghujani tubuhnya.

Ia segera menyesuaikan posisi di samping mobil mewah yang dipajang oleh Landwich Motors dan segera berpose. Tentu saja, karena ia seorang brand ambassador nya.

Setelah beberapa pertanyaan dari media, Irene menjawabnya dengan jelas dan sopan. Senyuman tidak pernah pudar dari bibir manis nya.

"Acara aniversary nya akan segera mulai. Mari kita menuju balroom nya sekarang." Bisik salah seorang staff dan Irene mengangguk pelan.

Irene memasuki balroom megah itu. Jutaan mata memandangnya kagum. Tidak sedikit yang berusaha menyapanya.

Gadis itu duduk di salah satu barisan kursi paling depan bersamaan dengan petinggi perusahaan dan tamu terhormat lainnya. Ia tidak dapat dengan bebas bergerak atau menengok kesana kemari.

Banyak kamera yang selalu mengintai setiap gerakannya. Dan ia harus berhati-hati karena rumor buruk bisa saja muncul.

Sampai suara keramaian mulai terdengar di telinganya. Ia sedikit melirik ke arah deretan kursi kosong disampingnya. Beberapa orang berjas hitam yang tampak terhormat mulai mengisi kursi itu.

Irene pov:

Aku melihat beberapa pria mulai mengisi kursi kosong di sampingku. Ada beberapa yang juga di dampingi istrinya.

Namun, aku melihat seseorang pria yang tidak asing. Ia tampak sangat dihormati ketika berjalan ke arah kursi deretan depan ini. Banyak yang menunduk hormat saat ia datang.

Dan ya Tuhan, aku melihat wanita yang sangat tidak asing disampingnya.

Bukankah itu—Seulgi. Dan benar saja. Di samping Seulgi ada pria yang tidak asing lagi bagiku. Ya, pria itu merupakan Suho. Detak jantungku mulai berirama. Aku tetap berusaha tenang dan tersenyum.

Suho duduk di deretan kursi ini yang jaraknya tidak terlalu jauh dariku. Aku harap dia tidak melihatku sekarang.

Bodoh! aku tahu itu tidak mungkin.

Ketika aku melihat sekelilingku, wajah ku terpampang di gambar-gambar yang besar. Bahkan di layar LCD samping panggung, iklan ku diputar disana. Tapi Aku mencoba mengabaikannya.

Sampai acara pun dimulai. Aku mulai merasa bosan. Lebih tepatnya aku ingin acara ini selesai dan segera pergi dari pria menyebalkan itu.

"Ini dia sambutan dari pelanggan spesial dari dari Landwich motors Dan tahun ini merupakan tahunan kesepuluhnya menjadi pelanggan spesial dan saya yakin hadirin semua mengetahuinya. Siapa lagi jika bukan Kim Suho."

Suara pembawa acara itu sangat melengking. Aku melihat Suho naik ke atas panggung. Ia berdiri di depan mimbar dari kaca itu dan mulai memberi sambutan.

Aku masih sakit hati melihatnya. Aku membencinya. Walau sebulan ini aku berusaha melupakannya.

Namun aku tidak bisa mengelak. Suho sangat tampan. Apa ini karena sudah sebulan aku tidak melihatnya? Rambut hitamnya dan badannya yang gagah sangat pas dengan jas abu-abunya.

Aku hanya terfokus pada dirinya bukan dengan sambutan yang ia katakan. Sampai aku sadari. Bola matanya menatap ke arahku. Tapi aku harus tetap profesional. Aku mencoba bertingkah layaknya seorang selebriti.

"Bagi direktur Landwich motors, beserta brand ambasador diharapkan naik ke panggung menyerahkan penghargaan kehormatan untuk Mr. Suho." Aku kaget bukan main. Aku belum siap bertemunya.

Suho POV:

Shit! Aku melihat Irene disana. Bodohnya aku tidak menyadari bahwa sejak tadi wajah nya terpampang disekelilingku. Apa ini karena sudah sebulan lebih aku merindukannya?

Aku hampir gila sebulan tanpa kabarnya. Aku mencoba memperpadat schedule ku. Namun tetap saja itu tidak berguna apa apa.

Gadis itu mengusik pikiranku setiap malam. Bahkan seminggu pertama tidurku sangat terganggu karenanya. Dan sial, dia mulai naik ke atas panggung untuk ikut menyerahkan penghargaan.

Aku tidak tahan lagi. Dia sangat cantik. Aku rindu suaranya, aku rindu sentuhannya, aku merindukan segalanya tentang dia.

Penghargaan itu sudah diserahkan oleh pelimik perusahaan ini. Dan sekarang giliran tangan gadis itu yang ia uluran kepadaku untuk memberi selamat. Jantungku berdetak cepat saat tanganku bertautan dengannya.

Mungkin karena itu juga tanganku tidak melepaskan tangan Irene selama beberapa detik dan gadis itu mulai bingung.

"Maaf," keluh nya pelan. Aku tersadar dan segera menyingkirkan tanganku.

Sampai sesi foto, ia berdiri di sampingku. Aku benar-benar bisa merasakannya. Apa yang salah dengan jantungku sekarang, mengapa berdetak begitu cepat? Untuk sekian kalinya. Ia benar-benar cantik.

Saat selesai ia memandangku sekilas. Aku melihat dari bola mata indahnya. Namun, tidak ada senyum sedikitpun dari bibirnya saat menatapku. Aku banyak khawatir sebulan ini. Aku khawatir ia membenciku.

Dan apa saat ini Irene juga masih mencintaiku? Apa selama sebulan ini diriku sama sekali tidak pernah terlintas di pikirannya, seperti diriku memikirkannya setiap malam? Aku tidak tahu.

Setelah selesai aku melangkah ke arah lounge yang VVIP di gedung itu untuk sesi makan malam. Sejak tadi banyak sekali orang yang mencoba akrab dengan diriku.

Mereka pikir hatiku se lunak itu sehingga bisa jatuh ke dalam modus ke akrabkan mereka agar perusahaan mereka dapat mudah bekerja sama dengan perusahaanku? Aku tidak bodoh. Skor IQ yang aku miliki mencapai 180. Tentu saja aku jenius.

Namun, aku sadar aku bisa bodoh seketika dengan orang yang sangat aku cintai. Dia adalah gadis itu. Aku melihatnya melangkah seorang diri menuju lorong sepi di ujung lounge ini.

Kaki ku tanpa aku sadari berjalan mengikuti kemana dirinya beranjak. Saat aku sampai ke lorong itu, aku melihat dirinya yang sedang di cengkram seorang pria yang tampak memegang segelas wiski.

Pria itu membelai dagu Irene dengan wajahnya yang tampak mencoba menggodanya. Aku menggeram emosi.

"Lepas!" Irene mencoba memberontak, namun pria itu masih tetap mencoba memegang dagu Irene dan mencoba—Shit ia mencoba mencium bibirnya.

Entah mengapa aku langsung berjalan untuk menarik keras kerah pria itu dan menghempaskannya kasar. Pria itu langsung terhuyung. Benar, pria gila itu sedang mabuk.

"Hey siapa kamu? Dia wanitaku. Benarkan sayang?" Pria itu lagi-lagi mencoba menarik pinggang Irene.

Aku tidak tahan lagi dan segera memberikan tinjuan berkali kali sampai ia terjatuh ke lantai. Gelas wiski yang ia pegang pun pecah.




Author POV

"Te-terima kasih." Ucap Irene dengan bergetar karena masih shok dengan kejadian barusan. Ia menatap Suho yang memandangnya khawatir. Irene mencoba membuang pandangannya.

"Terimakasih telah membantuku. Aku permisi." Tambah Irene lalu mencoba pergi begitu saja. Ini bukan seperti Irene yang pernah Suho kenal. Irene yang sekarang begitu dingin dan membuat Suho menyesal,

"Tunggu." Irene kembali menoleh saat Suho menahan tangannya.

"Ada apa? Apa ada hal yang ingin kau sampaikan?" Ucap Irene datar. Suho tertunduk menghela nafas kasar. Ia tidak dapat memikirkan sepatah kata pun. Padahal gadis itu selalu datang di mimpinya selama ini.

"Baiklah. Bagaimana jika aku yang bertanya, bagaimana kabarmu? Dan juga kabar tunangan yang sangat kau cintai itu?" Tambah Irene yang membuat Suho terdiam. Pria itu mengusap wajahnya kasar.

"Maaf."

Irene hanya tersenyum miring.

"Aku bisa gila tanpamu Irene." Pasrah Suho.

Suho menatap manik Irene yang tidak lagi memandangnya dengan berkaca-kaca seperti di pantai saat itu. Tatapannya sangat tajam saat ini, gadis itu seperti telah membuang jauh-jauh Suho dari hatinya.

"Tenanglah aku tidak akan percaya lagi dengan semua kata-kata bodoh itu." Kini Suho tahu betapa menyakitkannya kata-kata itu. Sebuah kata yang pernah Suho ucapkan kepada Irene saat itu.

"Aku tidak pernah dendam kepadamu Suho. Jika kamu bertanya kepadaku, aku juga bahagia saat ini. Sama sepertimu bukan?"

Suho hanya meneguk ludah kasar. Ia tidak pernah bahagia sedikitpun

"Aku permisi Suho, Kai sudah menjemputku."

Irene berbalik. Ia meninggalkan Suho yang masih terdiam tanpa kata di belakangnya.

"Aku mencintaimu Irene. Maaf telah berbohong di Hawai saat itu. Aku hanya mencoba untuk melindungimu."

Langkah Irene terhenti.

Gadis itu hanya memejamkan matanya. Hatinya teriris karena perkataan melankolis itu.

"Kau tahu Suho? aku juga mencintaimu. Namun aku rasa, cinta ini...Baik cintaku dan cintamu adalah rasa cinta yang salah." Batin Irene di dalam hatinya.

"Aku tidak akan Melepaskanmu Irene. Tidak akan pernah.Walau nanti kau akan terus mengabaikanku, namun cintaku ini sangat besar dan aku tidak akan pernah menahannya lagi." Ucap Suho tegas.

"Cobalah, aku akan lihat sejauh apa kamu bisa bertahan memperjuangkan cintamu Suho." Ucap Irene dengan suara yang tampak menantang.

Tekat Suho sangat kuat saat ini. Walau ia tahu ia bodoh jika bersangkutan dengan Irene, namun rasa cinta yang ia miliki membunuhnya terus menerus. Ia tahu apa yang akan ia hadapi kedepannya. Dan Suho, telah siap akan hal itu.





———————

Continue Reading

You'll Also Like

110K 8.9K 34
() ✔ Memiliki istri yang dingin dan cuek bukanlah kemauan Suho. Tetapi jika kenyataannya seperti itu, maka apa yang harus ia lakukan? Tentu saja ia h...
511K 51.2K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
3.6K 508 10
Tentang Joonhwi dan Sol A yang masih nggak nyadar dengan perasaan sendiri dan kasus lain yang membuat mereka semakin dekat. Yang awalnya berurusan de...
18.2K 1.7K 28
Kisah si cewek introvert yang naksir sama The Bully Queen di sekolahnya.