Nothing to say... 😁
Enjoy reading😘....
Setelah beristirahat sejenak dan makan siang . Saint mengajak Aon menemui keluarga Aim, menemui kakek Aon. Ayah Aim tampak terdiam melihat kedatangan Saint. Ton, kakak Aim yang baru keluar kamar juga terdiam melihat Saint juga ada Perth.
"Apa kabar Ayah mertua.. " Saint memberi wai "Apa kabar phi Ton.. "
Ton membuang muka, Ton tertarik melihat gadis kecil yang memeluk kaki Saint dan menyembunyikan separuh wajahnya.
"Aon.. " Saint melepas pelukan Aon dan berlutut dengan satu kaki dan kaki satunya menekuk. "Aon anak baik.. Bukankah Aon selalu ingin punya kakek?! "
Aon mengeleng, Aon merasa asing dengan tatapan dingin Ton.
"Aon.. Orang itu ayah mama Aim.. Jadi itu kakek Aon..."
"Namanya Aon?! " Ayah Aim akhirnya bersuara dan mendekati Aon.
Aon memeluk tangan Saint erat saat merasakan tangan asing membelai kepalanya.
"Paapii.. " Aon mencegkram kemeja Saint
"Tidak apa apa.. Ini kakek Aon.. " bisik Saint menenagkan Aon.
"Ia mirip sekali dengan Aim.. " air mata ayah Aim mengalir melihat betapa miripnya Aon dan Aim kecil. Aon melihat orang yang dibilang kakeknya itu menagis membuat Aon iba dan menghapus air mata itu dengan tissue yang ada disaku bajunya.
"Sudah Tua menangis.. " kekeh Aon melihat wajah ayah Aim jadi lucu kalo menangis.
"Aon.. Tidak boleh bilang seperti itu.. " tegas Saint.
"Tidak apa apa.. Aim juga begitu, ceplas ceplos.. "
"Tidak boleh Ayah, Aon harus tau aturan saat berbicara. " Tegas Saint.
"Maaf Papi.. Maaf.. Kek. .. " Aon tersenyum tipis dan melepas tangan Saint lalu memeluk Ayah Aim. " Maaf kakek.. "
Ayah Aim merasa putrinya yang telah meninggal 6 tahun lalu kembali. Beliau memeluk Aon dan menangis.
Ton yang melihat bagaimana Ayahnya menangis dan mengakui anak kecil itu sebagai cucunya hanya bisa menahan air mata. Ton harus mengakui Aon sangat mirip Aim. Dan melihat betapa Saint menyayangi Aon membuat Ton kagum. Saint mau merawat anak dari wanita yang sangat membencinya bahkan menjebak dalam pernikahan.
Saint merasa Ton memperhatikannya dan benar, saat Saint menatap Ton mata mereka bertemu. Ton segera membuang pandangan kearah lain. Saint tersenyum melihat ada titik air mata disudut mata Ton.
"Aon.. Yang itu Lung Ton.. " bisik Saint "Ayo sapa lung Ton. "
"Tuk ka lung Ton, di chan cheu Aon ka.. "
Ton menatap Aon yang menatapnya setengah mendongak. Ton bagai melihat Aim memandangnya dan tersenyum.
"Aim !! " Ton memeluk Aon cepat mengagetkan Aon dan juga Saint. Perth bergerak cepat menarik Aon dari pelukan kasar Ton dan mengendong Aon yang sedikit terkejut. Ton hendak mengapai Aon tapi Perth melarang dengan sebelah tangannya mendorong Ton agar tidak mendekat.
Saint mengambil Aon dari gendongan Perth.
"Tidak apa apa sayang ?! "usap Saint menenangkan Aon yang terkejut dipeluk sekasar itu.
"Ton !! " tegur Ayah Aim. "Dia bukan Aim, jangan kasar pada Aon. Mungkin terlihat seperti Aim tapi hatinya seperti Saint.."
Saint terkejut mendengar perkataan Ayah Aim.
"Hati yang lembut.. " Ayah Aim mengelus kepala Saint. "Softness Saint.. "
"Ayah.. " Saint merasakan ketulusan dari ucapan Ayah Aim dan tanpa Saint sadari air matanya menetes.
"Papi.. " Aon mengusap air mata Saint dengan jari jari kecilnya.
"Maaf Saint.. " Ton tertunduk malu.. "Aku salah menilaimu.. Bahkan menyalahkanmu atas.. "
"Cukup phi Ton, jangan membahas masa lalu... !!" " Tegas Saint. " Aon tidak perlu tau masa lalu yang tidak mendukung masa depannya. "
"Baiklah.. Maaf Saint.. " Ton mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
"Aku tidak pernah menyalahkan phi Ton.. Tidak ada yang perlu dimaafkan " Saint tersenyum tulus dan mengendongakan Aon pada Ton dengan hati hati.
"Tidak apa apa.. Papi dan Papa disini.. " bisik Saint agar Aon tidak takut pada Ton.
Ton mengendong dan memeluk perlahan tubuh mungil Aon dan menitikkan air mata untuk kesekian kalinya.
Perth mengusap air mata Saint dengan ibu jarinya dan membawa Saint mendekat padanya agar Saint bisa menyandarkan kepalanya dibahu Perth kalo Ia ingin. Tapi Saint tidak ingin umbar keromantisan didepan keluarga Aim. Perth sedikit kecewa karena Saint tidak menyandarkan kepalanya dibahu Perth tapi Perth berusaha mengerti.
Suasana sudah mencair dikeluarga Aim, Aon sudah bermain dengan anak anak Ton dan juga mau berinteraksi dengan Ayah Aim juga Ton. Ayah Aim duduk dikursi seberang Saint dan Perth duduk.
"Kamu tidak kerumah orang tuamu ?! "
"Kami akan kesana Ayah.. Apa bisa Aku menitipkan Aon disini sebentar?! "
"Bicara apa kamu Saint.. Ini rumah mamanya Aon. Tentu Aon boleh disini selama dia mau. " Ton ikut duduk disalah satu kursi.
Perth menatap Ton tajam, rasa kesal pada Ton masih ada dihati Perth.
"Lagi pula Sepertinya kalian saling suka, Aon bisa jadi penghalang buat kalian. Tinggalkan saja Aon disini. "
"Ton..!! " tegas Ayah Aim "Aon anak sah Saint, jaga bicaramu "
"Aku tidak akan pernah memberikan Aon pada siapa pun phi.. Ya kami saling suka, tapi Aon bukan penghalang phi.."
"Kalian apa memikirkan perasaan Aon mengetaui hubungan kalian saat Dia besar nanti?! "
Perth ingin membantah omong kosong Ton tapi Saint menahan emosi Perth dengan mengengam lengan Perth yang ada disamping Saint.
"Aku memikirkanya phi Ton, tapi aku yakin bila saat itu tiba, Aon bisa mengerti karena aku mendidiknya dengan cinta dan Ia bisa melihat cinta diantara kami. "
"Chiih.. Kalian naif sekali.. Anda juga khun Perth.. Apa yang anda pikirkan sampai berganti haluan..? "
"Apa Sp 1 belum cukup untuk kelancangan mulut anda khun Ton?! " Perth menatap tajam Ton.
"Ton..cukup.. " tegur Ayah Aim.
"Ya, Ya.. " Ton memilih bermain bersama anak anaknya dan Aon.
"Maaf nak Saint.. " Ayah Aim sungguh jauh berubah. Wajahnya tak sekeras dulu dan tatapannya tak setajam dahulu. Entah karena usia atau karena mengetaui kebenaran Saint dihari kematian Aim. Tapi karena ego dan benci lebih besar sehingga perlu waktu 6 tahun menerima kebenaran Saint tidak menghamili Aim dan menerima Saint seorang gay yang tidak merusak hubungan percintaan Aim dengan Mark.
"Pergilah kerumah orang tuamu, Aon aman disini bersama susternya. "
"Terima kasih Ayah.. " Saint bangkit diikuti Perth. " Kami pergi dahulu Ayah.. " Saint memberi wai juga Perth.
"Oh iya.. " Ayah Aim menahan mereka didepan pintu "Tunggu nak Saint, Ayah sudah menceritakan semua yang Aim katakan dirumah sakit waktu itu pada orang Tuamu.. "
"Ayah melakukan itu?! " Saint tak percaya, Ayah Aim yang harga dirinya tinggi menceritakan keburukan anaknya pada orang lain.
"Iya.. Karena permintaan seseorang.. " Ayah Aim melirik kearah Perth yang memberi tanda agar Ayah Aim tidak mengatakan apa apa. Saint melihat siapa yang dilirik oleh Ayah Aim, Perth pura pura tak melihat kearah mereka. Saint tau kalo Perth yang meminta Ayah Saint melakukan itu.
"Ya.. Sudahlah.. Semoga orang tuamu bisa menerima dirimu.. " Ayah Aim menepuk pundak Saint lalu kembali kedalam rumah.
Perth membukan pintu mobil untuk Saint, selalu. Saint pin masuk. Mereka menuju rumah Saint yang kira kira 15 menit perjalanan.
"kita kekiri apa kekanan?! " Perth berpura pura tak tau jalan .
"Entah, aku tidak yakin. Sudah banyak berubah jalanan disini.. " Saint pura pura bodoh juga.
Perth mengambil jalan kekanan karena Perth memang tau jalannya. Saint diam saja selama perjalanan 15 menit itu. Mereka sampai dirumah Saint. Rumah yang merangkap warung makan yang terlihat tak seberapa ramai seperti waktu Saint dan Sammy yang membantu.
"Ayo turun.. " Perth membukakan pintu tapi Saint tak juga turun.
"Aku ragu Perth.. "
"Kenapa?! aku ada disampingmu.. " Perth meraih tangan Saint dan mengajaknya untuk turun. Saint mengengam erat tangan Perth.
Saint memasuki bagian dalam rumah setelah melewati bagian warung. Semua masih sama seperti Saint tinggalkan dulu. Sepi, tak ada seorang pun.
Graak..
Seorang masuk membawa bantal duduk berbentuk bulat pipih. Orang itu adalah pembantu ayahnya yang setia.
"Lung khio.. " Saint menghampiri pria parobaya itu "Apa kabar ?!"
"Nak Saint.. " khio melihat bantal duduk yang diletakkannya didepan altar sembayangan lalu melihat Saint. Khio membungkuk memberi hormat lalu pergi. Saint semula binggung tapi melihat di altar sembayang ada rotan pipih berlapis dua dan bantal duduk didepan altar sembayang Saint mengerti... Saint menelan ludahnya kasar membayangkan apa yang akan diterimanya.
"Ada apa ?! " Perth menghampiri Saint yang mematung depan altar sembayang.
"Perth.. Tolong tunggu dimobil saja. " Saint menarik tangan Perth agar keluar.
"Kenapa ?! " Perth mengikuti Saint tapi baru sampai bagian warung sebuah suara yang berat menghentikan langkah Saint.
" Sekali kakimu keluar dari pintu warung jangan pernah kembali lagi kemari !! "
"Papa.. " Saint memejamkan mata, tangannya gemetar.
" Biar Aku yang bicara pada Papamu. " Perth melepaskan tangan Saint dan hendak masuk tapi Saint melarangnya.
" Perth duduk saja disini.. " pintah Saint
"Kenapa ?! "
"Kumohon.." pintah Saint dengan sangat.
"Baiklah.. " Perth menurut dan duduk
Sementara Saint kembali kedalam dan juga menutup pintu geser kertas itu (pintu model jepang tuh yaa..).
Saint melangkah dengan gontai menemui Papanya yang berdiri membelakangi Saint. Beliau mengahadap altar sembayangan.
Saint berlutut diatas bantalan pipih itu. Perlahan melepas kemejanya. Kini Saint telanjang dada menghadap altar lalu mengambil posisi menyembah.
"Saint siap Papa.. " ucap Saint pelan lalu mengigit kain kecil yang disediakan dialtar. Saint mengigitnya kuat kuat saat Papa Saint mengayunkan rotan pipih lapis dua itu kepunggung mulus Saint.
PTARRR...
PTRARR.....
Pukulan demi pukulan Saint terima. Saint menahannya hingga air matanya mengalir. Saint teringat 6 tahun lalu Ia mendapat pukulan yang sama sebelum meninggalkan kampung ini. Waktu itu Saint menerima pukulan karena membuat malu menjadi seorang gay. Walau itu bukan keinginan Saint menjadi gay.
Kini ia datang setelah 6 tahun dan mendapat pukulan yang sama. Teriakan Saint teredam oleh kain yang Ia gigit air mata mengalir deras merasakan panas pada punggungnya. Bekas memerah membentuk garis memenuhi punggung mulus Saint yang kini tak lagi putih.. Tapi merah membiru..
"Kamu anak tidak tau diuntung !! " maki Papa Saint " pembuat malu, aib bagi keluarga, jangan hanya diam kau anak sial !!! "
Teriakan keras Papa Saint membuat Perth penasaran. Apa mereka adu mulut ?! Kenapa tidak ada suara Saint ?! Pasti Saint hanya diam dimaki orang tuanya. Perth penasaran melihat ekspresi Saint kalo dimaki orang tuanya. Walau disuruh duduk tapi Perth berdiri dan perlahan mendekati pintu kertas yang ditutup oleh Saint.
"Kenapa kamu diam 6 tahun lalu !! " pukulan itu makin keras menghantam punggung Saint. Beberap bekas pukulan itu mengeluarkan darah segar.
" kamu punya mulut, bicara !!! " nafas Papa Saint mulai tersengal sengal karena kelelahan diusianya yang tak lagi muda.
" 6 tahun kami menaggung malu atas tuduan Aim betapa bejat kamu merayu pacar Aim juga menghamili Aim. !!!! "
Saint hanya bisa menangis dan berteriak setiap pukulan itu bagai timah panas membakar kulitnya. Kain yang Saint gigit meredam teriakan kesakitan Saint. Air mata Saint mengalir deras merasakan sakit yang menyayat punggungnya.
"HENTIKAN.... !!! " teriak Perth membuka pintu geser itu dengan kasar dan berlari menghampiri Saint.
Saint menoleh menatap Perth dan melarang Perth mendekat dengan isyarat tangannya.
Perth terperanjat melihat punggung Saint yang hancur oleh pukulan. Punggung mulus yang selalu dibelainya..
"kamu.. CEO dari Bkk..?! " Papa Saint terkejut melihat kehadiran Perth.
"Khun Suppa.. Tolong hentikan..!!"
"Perth !! Jangan ikut campur !! " Saint melepas kain yang digigitnya.
"Kalian saling kenal ?? Yang datang bersamamu CEO ini !?" Papa Saint menatap Perth lalu menatap Saint "Kalian.. Berpacaran ?? "
"Aku bukan pacar Saint !! " tegas Perth " Tapi aku calon suami Saint..!! "
"Su.. Suami..!!?? " mama Saint yang memaksakan diri keluar dari kamarnya untuk menolong Saint terkejut dan menjatuhkan vas bunga didekatnya. Mengejutkan Saint dan Papa Saint.
"Mama.. " Saint bergerak ingin menghampiri mamanya tapi pukulan lagi yang Saint dapat.
"Jangan bergerak !! "
"AAARRGG... !!! " teriakan Saint mengema keseluruh ruangan karena sumpalan kainnya terlepas.
"Hentikan Khun Suppa !!! " Perth menerjang maju sambil melepas jaketnya untuk menutupi tubuh Saint. "Hentikan atau anda saya laporkan penganiayaan !! " tuding Perth.
"Dia anakku.. Jangan ikut campur !!" Papa Saint megayunkan rotan itu hendak memukul Perth tapi Saint memeluk Perth siap menerima pukulan untuk Perth tapi tak terjadi.. Saint membuka matanya yang tadi tertutup membayangkan pukulan yang akan diterimanya. Ternyata Perth menangkap rotan itu lalu menariknya dari tangan Suppapong dan mencampakkanya.
" Maaf khun Suppa, Aku Perth Thanapon calon suami Saint, Aku tidak mengijinkan Anda menyakitinya lagi..!! "
Perth mengendong Saint bagai mengendong anak kecil agar tidak membebani punggung Saint, kalo digendong ala pengantin baru itu menekan punggung Saint yang luka parah.
" Kalo kalian tidak bisa menerima Saint seutuhnya, Aku akan membawanya pergi !! "
"Perth.. " isak Saint mempererat pelukannya dipunggung Perth . "Aku belum dimaafkan Perth.. Hikz.." tangis Saint. Saat Perth membawanya meninggalkan ruang tenga. Saint melihat Papanya yang mematung dan Mamanya yang menangis menguncang lengan Papanya. Semua buram oleh air mata Saint. Saint tidak bisa mendengar teriakan Mamanya yang mengejarnya. Semua buram dan gelap.. Sunyi...
"Saint ?!! " Perth merasa pelukan Saint mengendur dan badan Saint melemas. " Saint !!" Perth menurunkan Saint keatas meja. Saint pingsan.
"Saaintt...!!! "
BSG.. 😭
Sabar menanti yaa.. Lagi perbaikan hati.... 😑😑
Mencari imajinasi yang kabur...
Thx buat yang koment Di Ig kalo aku pembenci Perth dan bla bla bla...
Sakit aku...bacanya... 😑😑...
But OK lah....
Jangan lupa vote yaaa...
Makasih... 😘😘😘
24/5/19 💔