"Kalian sudah begitu cocok bersama." Mama Chaeyoung menatap sedih ketika Chaeyoung merapihkan pakaiannya di kamar. "Sebegitu tegakah kau menyakiti Yeri lagi?"
"Aku harus kembali, mama."
"Jangan." Mamanya bergumam sedih, "Jangan Chaeyoung, mama mohon. Seandainya kau tahu betapa kalutnya perasaan mama. Mama malu dengan orang tua Yeri, mereka telah menerimamu dengan baik waktu itu, tahu bahwa kau sakit, tahu bahwa puterinya menghabiskan waktunya merawatmu meskipun tidak jelas apakah kau akan bertahan hidup atau tidak. Mereka tetap menerimamu dengan lapang dada dan menganggap kau sebagai anak kandung mereka. Begitupun mama, menganggap Yeri sudah seperti anak mama sendiri." Mata mamanya mulai berkaca-kaca, "Perasaan mereka, mama tahu persis. Merasakan anak mereka disakitin begitu saja karena alasan yang tidak logis. Mama juga merasakan sakit karena sudah menganggap Yeri anak mama sendiri, dan mama tambah sakit karena anak kandung mamalah yang bersikap kejam seperti ini."
"Mama." Chaeyoung mengernyit, "Jangan berkata seperti itu."
"Apakah hatimu tidak terketuk sedikitpun melihat kondisi Yeri seperti itu? dia sampai jatuh sakit karena memikirkanmu" Sang mama mulai terisak, "Jantung itu benar-benar mengubahmu menjadi orang yang berbeda,"
"Semua orang menyalahkan jantung ini." Chaeyoung menggertakkan giginya, "Mungkin kalian semua berharap bahwa lebih baik aku mati saja dengan jantung yang rusak daripada hidup dengan jantung ini"
"Chaeyoung! bukan begitu maksud mama."
"Ya! Maksud mama begitu." Chaeyoung mendesis, mencoba menahan emosinya, "Mama tidak bisa menerima kondisi Chaeyoung yang sekarang, mama menginginkan Chaeyoung yang dulu dengan jantungnya yang rusak. Itu sama saja mama menginginkan Chaeyoung mati daripada mendapatkan jantung ini."
"Bukan begitu." sang mama berurai air mata, kehabisan kata-kata.
"Chaeyoung sudah merasa bersalah ma, dan dengan kejamnya mama membebani Chaeyoung dengan rasa bersalah lagi, lagi dan lagi seolah tak pernah puas. Apa yang mama inginkan? Agar Chaeyoung mengorbankan hati dan kebahagiaan Chaeyoung demi persahabatan mama, demi moral, demi semua norma sosial dan perihal balas budi? Kalau mama melakukannya, sama saja mama sudah membunuhku." Mata Chaeyoung menyala, "Chaeyoung tidak mencintai Yeri, kalau mama memaksaku menerimanya dan menikah dengannya, sama saja mama sudah membunuh Chaeyoung dengan tangan mama sendiri!"
Sang mama tertegun kaget menerima kemarahan anaknya. Dia tidak menyangka Chaeyoung begitu serius seperti ini. Dia berpikir bahwa mungkin Chaeyoung cuma terbawa perasaan setelah operasi sehingga mengejar perempuan bernama Jennie itu. Tetapi sepertinya Chaeyoung sungguh-sungguh dengan perasaannya, walaupun tidak dapat dijelaskan dengan logika, Chaeyoung benar-benar sungguh-sungguh.
Dia masih membeku ketika Chaeyoung melewatinya sambil membawa tas berisi pakaian yang sudah di packingnya, sambil mengucapkan selamat tinggal dengan kaku.
***
Sebelum pergi, Chaeyoung menemui Yeri, bertekad untuk memberikan ketegasan kepada perempuan itu. Dia sudah mencoba membalas budi, dia sudah mencoba melembutkan hati ketika merawat Yeri dua minggu lamanya, tetapi perasaannya tidak berubah. Hatinya tetap memanggil-manggil dan merindukan Jennie.
Debaran jantungnya hanya untuk Jennie, begitupun cintanya yang sekarang bertumbuh makin dalam kepada perempuan itu
Ketika dia memasuki kamar Yeri, perempuan itu sedang duduk dan melamun, kesedihan langsung muncul di matanya ketika Chaeyoung masuk dan membawa tas pakaiannya.
"Kau tetap pergi?" Yeri tampak seperti hampir menangis, tetapi Chaeyoung menguatkan hati.
"Kau setega itu?" Yeri menatapnya tak percaya, tampak rapuh lagi dengan baju rumah sakit dan infus yang ada di tangannya.
Chaeyoung menghela napas panjang, "Kau tahu aku tidak bisa di sini terus."
"Kau bisa, kenapa kau tidak mencoba?" Yeri mulai menangis lagi.
Chaeyoung memalingkan mukanya, "Kau tahu aku sudah mencoba."
"Waktunya terlalu singkat, mungkin kita bisa mencoba lebih lama, mengunjungi tempat-tempat kenangan kita, mencoba menelusuri masa lalu kita yang indah."
Chaeyoung menggeleng, wajahnya mengeras, berusaha menegarkan hati menghadapi kesedihan Yeri
"Selamat tinggal Yeri."
"Tidak! Chaeng! Park Chaeyoung! Jangan pergi. Chaeyoung!"
Yeri berteriak berusaha u mencegah Chaeyoung. Tapi keputusan Chaeyoung sudah bulat, dia membalikkan badannya, meninggalkan kamar itu, menulikan telinganya dari teriakan-teriakan Yeri yang memilukan, memanggil-manggil namanya dengan putus asa.
🐿
Kuliah siang sudah selesai, Jennie keluar bersama Seulgi yang mengamatinya hati-hati. Hujan kembali turun deras di luar, mereka menyusuri lorong kampus sambil menyiapkan payung.
"Beberapa hari ini kau tampak murung Jen, kenapa?"
Jennie menghela napas, "Aku sudah cerita tentang telepon aneh yang mengaku sebagai mama Chaeyoung bukan?" Jennie menatap Seulgi, lalu yang ditanya mengangguk, "Dan sampai sekarang Chaeyoung menghilang, tidak bisa dihubungi.”
"Kau berpikir bahwa informasi di telepon itu benar? bahwa Chaeyoung pulang untuk menemui tunangannya yang sakit?
Jantung Jennie terasa diremas, menyakitkan. "Aku.. entahlah... mungkin informasi itu memang benar. Buktinya kebetulan sekali setelah telepon itu dia menghilang."
Seulgi mengamati Jennie dengan seksama, "Apakah kau pada akhirnya mencintai Chaeyoung, Jennie?"
Jennie merenung lama, lalu menghela napas panjang, "Kurasa aku memang mencintainya." gumamnya pelan.
"Dan kau tidak menganggapnya sebagai pengganti Lisa? kau tahu dulu kau pernah bercerita bahwa kau merasakan Chaeyoung mirip seperti Lisa, meskipun bukan secara fisik....."
"Bukan." Jennie menggeleng, "Lisa selalu punya tempat di dalam hatiku. Jauh tersimpan di dalam sini." Jennie menyentuh jantungnya lembut. "Tapi Chaeyoung berbeda, dia tidak berusaha mengusir Lisa dan menggantikan tempatnya, Chaeyoung datang dan berusaha menemukan tempatnya sendiri dan ketika aku menyadarinya, dia sudah ada di dalam sana."
Seulgi menghela napas panjang. "Kalau begitu kau bisa menemui Chaeyoung, kau harus memastikan tentang informasi itu. Apa Chaeyoung sudah bertunangan atau belum. Apa memang mamanya yang meneleponmu waktu itu...." Seulgi menatap Jennie hati-hati, "Kau tidak mau melangkah di awal yang salah kan?"
Jennie mengangguk. "Aku akan menanyakannya."
Itu kalau dia bisa menemui Chaeyoung sekarang. Dia bahkan tidak tahu di mana Chaeyoung berada...
***
Jennie sampai di dekat gerbang kampus dan mengembangkan payungnya. Seulgi berjalan di sebelahnya dan menawarkan.
"Kau yakin tidak mau ikut aku pulang naik motorku?"
Jennie menggeleng, "Tidak, aku mau ke kedai kopi itu." Dan terus berharap Chaeyoung akan datang, seperti ketika dia menunggu dan menunggu di hari-hari sebelumnya sampai kedai tutup, pulang dengan kecewa karena dirinya tidak muncul.
Ketika Jennie melangkah keluar dari gerbang kampusnya, hujan deras menerpanya, angin kencang langsung menghembusnya sehingga dia harus memegang payungnya erat-erat. Dia baru berjalan selangkah menembus hujan dan terpana.
Chaeyoung ada di sana, memarkir mobil orange cerahnya di depan kampus dan berdiri di dekat mobilnya. Sosoknya berteduh di bawah pohon besar yang membuatnya sedikit terlindungi, meskipun percikan air yang kencang masih membasahi rambut dan pakaiannya. Senyumnya langsung mengembang ketika melihat Jennie,
Seulgi yang berada di samping Jennie langsung tersenyum penuh arti, "Well sepertinya itu tandanya aku harus pergi. Ingat kata-kataku Jennie, tanyakan dulu kepadanya sebelum kau memutuskan melangkah maju."
Jennie menganggukkan kepalanya, melambai ke arah Seulgi yang bergegas pergi ke arah parkiran motor di luar gerbang kampus.
Kemudian Jennie menatap Chaeyoung lagi. Senyumnya mengembang lebar dan orang itu membuka kedua tangannya.
Di dorong oleh perasaannya, Jennie menghambur ke dalam pelukan Chaeyoung yang langsung menangkapnya. Payungnya jatuh mengembang berguling di tanah, tetapi dia tidak peduli.
Chaeyoung memeluknya kuat-kuat setengah mengangkatnya, menenggelamkan tubuh Jennie dekat, menghirup aroma wangi yang sangat dirindukannya, meresapi kenikmatan ketika jantungnya berdebar penuh cinta karena bisa memeluk seseorang yang dikasihinya.
Lama mereka berpelukan di bawah hujan, dan hampir basah kuyup namun mereka tidak peduli, Chaeyoung tersenyum, senang dengan sikap impulsif Jennie yang menghambur ke pelukannya, Jennie selalu menahan diri di dekatnya, inilah saat ketika dia tampak lepas di depan Chaeyoung. Mungkin perpisahan selama dua minggu itu ada manfaatnya juga.
"Sepertinya kau sangat merindukanku." Chaeyoung tersenyum menggoda, menatap Jennie dengan sayang.
Pipi Jennie merona, tetapi dia tidak mundur, "Aku sangat merindukanmu, Chaeng." Perasaannya meluap-luap, penantiannya selama dua minggu ini tanpa kepastian membuatnya menyadari berapa dia membutuhkan Chaeyoung ada di sampingnya. Dan sekarang dia ada di dalam pelukan Chaeyoung, semuanya jadi terlupakan. Segala kesakitannya, keraguannya, kebingungannya, semuanya musnah. Yang ada di benaknya kini hanya Chaeyoung seorang.
Chaeyoung mengusap air yang membasahi rambut Jennie ke mukanya,"Kita basah kuyup, sebaiknya kita segera masuk ke mobil sebelum masuk angin." Chaeyoung tertawa, tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
🐿
Yeri merapikan pakaiannya. Dia sudah boleh pulang dari rumah sakit hari ini dan bergegas merapikan baju-bajunya.
"Kau yakin nak?" mamanya duduk di pinggiran ranjang, menatapnya dengan hati-hati.
"Sangat yakin."
"Tapi kau belum sembuh benar, dan mama mencemaskanmu di sana."
Yeri tersenyum lembut, "Mama, aku kan tinggal di rumah nenek di sana, nenek pasti akan mengurusku. Mama jangan cemas ya, aku bisa menjaga diri.”
Sang mama terdiam, masih menatap anaknya dengan kecemasan yang tidak bisa disembunyikannya, tetapi tidak punya daya upaya untuk mencegah niat bulat Yeri
Sementara itu Yeri sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia akan menyusul ke Busan, dia akan berkenalan dengan Jennie, tentu saja tanpa sepengetahuan Chaeyoung, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya dilihat Chaeyoung dari Jennie yang tidak dia miliki Jennie. Yeri merapal nama itu dalam hati. Well, Jennie harus tahu, kalau Yeri tidak akan menyerahkan Chaeyoung semudah itu. Dia akan memperjuangkan cintanya sekuat tenaga....
.
.
.
TBC
Ayo dong jgn males buat vote sama comment, hal kecil kaya gitu aja udah bikin seneng loh hehehe.
#seeyou