Terimakasih telah menenangkan pikiranku yang sedang ramai ini.
***
Getaran ponsel dari saku seragam membuat mereka tersentak. Rere reflek menjauhkan diri, menggerutu kecil mengecek ponselnya sedangkan Nadh yang masih sesenggukkan kecil menghapus sisa-sisa air mata diwajahnya.
"Ck napa lo galaunya pas gue lagi sibuk gini dah Nadhiraaa." Rere berkata sebal, ingin mencairkan suasana.
Nadh terkekeh pelan, "yaudah lo sana, gue mau beresan dulu." Katanya tenang, beranjak menuju toilet didalam UKS diikuti Rere.
"Nggak apa-apa ya gue duluan?" Tanya Rere memastikan, masih agak khawatir.
Nadh mengangguk saja, kini sibuk membasuh wajahnya.
"Ck gue tungguin aja deh."
"Nggak usah, bentar lagi kan lo tampil. Anak-anak pasti nyariin."
"Nggak apa-apa?"
"Nggak apa-apa Re."
Rere menghela nafas, menatap cewek itu sebentar sebelum berbalik keluar UKS. Rere tau Nadh kuat tapi bagaimana Nadh bisa kuat kalau kali ini orang yang selalu menguatkannya membuat ia hancur?
Nadh terdiam, sebenarnya berbohong bilang kalau ia tidak apa-apa. Ia sangat ingin ditemani sekarang, ditenangkan, dikuatkan. Tanpa sadar air matanya kembali jatuh, ia kembali terisak dengan tubuh melemas kali ini berjongkok didinding toilet dengan kedua tangan menutupi wajahnya, mengeluarkan segala sesak didadanya.
Masih dengan isakan kecil Nadh kembali berdiri dan membasuh wajahnya, ingin menghilangkan sisa-sisa air mata. Ia harus segera kelapangan, kelasnya akan segera tampil dan teman-temannya pasti sedang menunggunya.
Saat hendak menyampirkan tas, ada panggilan masuk diponselnya membuat ia kembali duduk namun sedikit terkejut melihat nama pemanggil.
"Lo dimana?" Kata orang itu sedikit menyentak membuat Nadh menjauhkan ponsel dari telinga, "kurang dari dua jam lagi kita tampil, lo jangan aneh aneh deh." Lanjutnya dengan suara tinggi membuat Nadh mengerucutkan bibir sebal.
"Aneh aneh apasih, orang gue tidur diUKS." Jawab Nadh sewot, tak terima dibentak begitu saja.
"Nggak kenapa-kenapa kan?"
Nadh melebarkan mata, agak kaget ditanya seperti itu oleh Aksa, "enggak."
"Ck gue kesana."
"Nggak usah elah gue juga dah mau turun."
"Pokoknya gue kesan--
Nadh mengernyit saat tak ada suara lagi, mencoba memanggil cowok itu tapi semakin mengernyit saat panggilan dimatikan begitu saja. Mengedikkan bahu tak mau memikirkan itu, Nadh kembali merebahkan tubuh di tempat tidur menunggu cowok itu datang.
Sementara ditempatnya Aksa yang tanpa sadar sudah mematikan panggilan seketika menghentikkan langkah saat melihat interaksi mengejutkan dua orang didepan UKS.
Rere dan Dio.
Tak mau menghampiri, Aksa hanya diam memerhatikan mereka. Dio yang memaksa masuk kedalam UKS dan Rere yang dengan marah menahannya.
"Yo nggak sekarang, gue nggak bakal ngebiarin lo ketemu sama Nadhira sekarang. Terserah lo bilang mau jelasin apapun pokoknya jangan sekarang. Nadh masih kaget banget dan gue nggak mau dia kenapa kenapa. Jadi gue minta tolong sama lo, jauhin Nadh untuk sekarang seenggaknya sampe besok pagi pas dia udah tenang. Ini gue ngomong sebagai temen Nadh sama Nathan ya yo! Mending sekarang lo urusin video lo itu."
Rere berkata panjang sambil menatap cowok itu tajam. Dio yang awalnya ingin memaki langsung terdiam begitu saja, menelan kembali umpatan kasar yang sudah hampir muncul, kemudian beranjak cepat. Tak lama, Rere ikut melangkah walau sempat melirik kecil ke arah pintu UKS.
Aksa terdiam sebentar sempat terpikirkan perkataan Rere namun segera mendekat dan membuka pintu UKS.
"Lama amat." Gerutu Nadh pelan saat melihat Aksa mendekat.
Aksa hanya mencibir, menjatuhkan tubuh disalah satu tempat tidur dan memejamkan mata.
"Kok palah tiduran he, ayuk keluar."
Nadh mendengus tak peduli banyak ingin melangkah keluar namun baru hendak membuka pintu, suara Aksa mengejutkannya.
"Nathan siapa?"
Nadh terdiam perlahan menoleh kearah Aksa yang saat ini sudah duduk tegak, menatap Nadh menunggu jawaban. Mereka sempat berpandangan namun Nadh berusaha mengendurkan wajahnya, bersikap biasa saja.
"Adek gue." Jawab Nadh datar tanpa intonasi kemudian mulai melangkah keluar UKS meninggalkan Aksa yang semakin terdiam ditempatnya merutuki dirinya sendiri, berani bertanya urusan pribadi cewek itu.
Tak lama ia bangkit menyusul Nadh yang sudah mendekat kearah panggung dilapangan.
"Eh kelas lo?"
Nadh hanya menggumam mengiyakan, matanya fokus memandang Rere yang sedang membaca puisi diatas panggung juga teman-teman lainnya dengan peran masing-masing.
Musikalisasi puisi.
Aksa sendiri memandang wajah Nadh dengan mata berbinar dan senyum samar, tak memedulikan keributan para murid penonton pensi saat itu.
Suara tepuk tangan meriah mengejutkan Aksa membuat ia reflek mengikutinya.
"Gue mau kesana bentar ya, abis ini kita latihan sekali lagi. Dikelas lo aja. Dadah." Kata Nadh kemudian segera beranjak tanpa menunggu jawaban Aksa.
Nadh berlari kecil menuju kelas, dimana teman-temannya yang baru selesai tampil berada. Ia melebarkan senyum langsung bertepuk tangan keras saat masuk membuat kelas yang tadinya berisik menjadi hening.
"He kok diem?" Kata Nadh mengernyit pelan namun tak lama berlari kecil ke arah Rere, "lo keren banget sih tadi, uluh uluh." Lanjutnya sambil menepuk-nepuk pelan pipi Rere.
Tatapan Nadh beralih, "he Dim lo sejak kapan bisa petik petik gitar sok keren gitu tadi padahal gue dah was was pas lo maju takutnya tuh gitar mau lo pukul kayak gendang kan eh malah keren njir mana senyum mulu, ah modus ke adek kelas kan lo. Gaya betul hih."
Dimas mencibir saja, sudah menduga akan seperti ini sedangkan teman-teman yang lain sudah tertawa-tawa.
"Huhuhu gue kok terharu gini sih, makasih loh ya. Eh gue berasa bangga gitu loh sebagai ketua kelas, gue merasa berhasil gitu memimpin dan mengayomi kalian tuh, nggak malu-maluin tadi pas tampil." Kata Nadh dengan haru.
"Halah." Sahut Angga melengos pelan, tersinggung sebagai wakil.
"Lo nggak usah sok gitu Ga, lo kan nggak ngapa-ngapain selama ini. Cih suruh ngangkat buku tugas aja ogah. Huu." Kata Nadh sewot.
Seisi kelas hanya tertawa, mereka tau Nadh yang sekarang banyak bicara hanya sedang berusaha menutupi rasa kecewanya.
"Mau bayarin minum tapi gue harus ketemu Aksa."
"Cih alesan lo."
"Ga lo kan wakil, bayarin."
"Dih gue?"
"IYALAHHHH!"
Masih dengan sisa-sisa tawanya, Nadh berlari keluar kelas dan segera menaiki tangga menuju kelas Aksa. Namun mengingat Aksa ada dikelas yang sama dengan Dio membuat cewek itu seketika menghentikan langkah, wajahnya berubah menyendu.
"Nadhira."
Nadh tersentak, "eh?"
"Sini buruan, bentar lagi nih waktunya." Kata Aksa membuat Nadh berlari menghampiri.
Mereka mengulang semua lagu, meyakinkan sekali lagi bahwa kali ini mereka benar-benar siap.
"Nadh?" Panggil Aksa saat Nadh hendak beranjak.
"Hm?"
"Gue nggak mau tanya lo kenapa atau apa yang udah terjadi sama lo, tapi buat sekarang tolong buang semua pikiran-pikiran negatif lo. Fokus sama penampilan kita nanti. Walaupun ini bukan event yang besar tapi ini sama-sama penampilan pertama kita. Gue udah yakin banget, jadi tolong fokus. Gue nggak mau ya nanti lo begong tiba-tiba disana." Kata Aksa mengingatkan kemudian berdiri melangkah keluar kelas.
Nadh berusaha menahan senyum lebarnya, berlari kecil menyusul Aksa yang sudah akan menuruni tangga.
"Santai aja elah, gue nggak apa-apa. Dan gue nggak bakal malu-maluin lo nanti. Percaya sama gue." Kata Nadh dengan yakin.
"Gue percaya sama lo." Jawab Aksa mengalungkan lengan bahu Nadh. Merangkulnya.
Mereka berjalan beriringan menuju panggung. Aksa melangkah dengan percaya diri tanpa mengetahui bahwa cewek disampingnya tengah tersenyum lebar dengan hati yang meringan.
Entah kenapa, perlakuan Aksa sedikit menenangkan hati dan pikirannya. Membuatnya melupakan sebentar hal yang membuatnya kecewa.
***
Vote dan komen ya 😊