Itsumo Matte Iru Jikan โœ…

By Aychan20

98.7K 10.8K 1.9K

[COMPLETED] Sasuhina fanfiction Kisah tentang kembali ke masa lalu, perjalanan waktu ke masa depan, bertukar... More

Prolog
๐Ÿ’1
๐Ÿ’2
๐Ÿ’3
๐Ÿ’4
๐Ÿ’5
๐Ÿ’6
๐Ÿ’7
๐Ÿ’8
Roleplay Visual
๐Ÿ’9
Intermezzo - Trailer
๐Ÿ’10
๐Ÿ’11
๐Ÿ’12
๐Ÿ’13
๐Ÿ’14
๐Ÿ’15
๐Ÿ’17
๐Ÿ’18
๐Ÿ’19
๐Ÿ’20
๐Ÿ’21
๐Ÿ’22
๐Ÿ’23
๐Ÿ’24
๐Ÿ’25
๐Ÿ’26
๐Ÿ’End
๐Ÿ’Next? - Special Chapter
๐Ÿ’Dhitya - Special Chapter

๐Ÿ’16

2.4K 317 42
By Aychan20

Disclaimer : Naruto punya Om Masashi Kishimoto

Warning : Bahasa tidak baku, EYD tidak sempurna, karakter OOC, AU.


Song : Orange by 7!!


'''


BRAAKKK...

Terdengar suara tabrakan yang cukup keras saat Hinata sedang memakan es krim vanila di sebuah kedai sepulang dari sekolah.

Sore itu Hinata sedang menunggu Ko, sang pengasuh yang menjemputnya. Seragam sailor yang dipakainya sedikit terkena noda es krim karena dirinya terlalu terkejut dengan suara keras tadi. Karena terlalu penasaran, Hinata beranjak keluar dari kedai dan mengintip dari balik tubuh-tubuh orang yang sama penasarannya dengan suara itu.

"Terima kasih, anak muda!" ucap seorang nenek yang dibantu untuk berdiri oleh seorang anak laki-laki berambut pirang yang seumuran dengan Hinata .

"Tidak apa-apa! Apa nenek terluka? Kita bisa ke rumah sakit sekarang." Bocah laki-laki itu tersenyum lebar, mengabaikan lengan dan juga kakinya yang lecet.

"Hei bocah... kenapa kau melompat di depan mobilku?" bentak seorang pria paruh baya keluar dari mobil yang sudah menabrak pohon di pinggir jalan. Wajah pria itu memerah.

"Apa anda buta? Anda hampir saja menabrak nenek ini!" Bocah laki-laki itu balik melotot pada pria itu.

Pria itu tidak terima. "Mobilku hancur. Apa kau bisa bertanggung jawab?"

Bocah pirang itu mendengus. "Saya akan mengganti kerugian mobil anda. Atau mungkin mengganti mobil ronsokan itu sekalian."

"Bocah... Kau..." Pria itu geram. Hampir saja pria itu menampar bocah pirang itu, tapi segera diurungkan setelah mendengar kata-kata bocah itu selanjutnya.

"Saya bisa menuntut anda, karena anda mengendarai mobil setengah mabuk dan ini masih sore hari. Dan lagi banyak saksi sekarang."

Pria paruh baya itu tergagap dan memandang ke sekelilingnya. Dia tidak sadar jika sedari tadi mereka telah menjadi tontonan banyak orang. Pada akhirnya pria itu lebih memilih kabur dari pada berurusan dengan pihak kepolisian.

Melihat pria itu yang sudah pergi, bocah pirang itu menyerigai.

"Namikaze Naruto?" gumam Hinata setelah mengenali bocah pirang berkulit tan itu.

Sejak saat itu Hinata selalu bersemu merah jika bertemu dengan Naruto. Teman satu sekolahnya saat itu. Bahkan ketika kelulusan, Hinata juga mengikuti pemuda itu bersekolah di Horikoshi gakuen.

Dari dulu Hinata sangat ingin menjadi seseorang yang pemberani seperti Naruto. Hangat dan juga bersinar. Terang seperti matahari. Hinata menyadari hidupnya terlalu suram. Meskipun embel-embel Hyuuga mengikuti namanya, tapi hidup menjadi Hyuuga pun sangat berat.

Kehidupannya tak seindah bayangan orang-orang. Hidup dalam sangkar emas dengan sayap yang dipatahkan, mungkin seperti itu kehidupannya.

~~~

Hinata baru mengetahui tentang kisah cinta segitiga itu, ketika dia menginjak tahun kedua bersekolah di Horikoshi Gakuen. Kisah cinta antara Naruto, Sakura dan juga seorang pemuda dingin beraura gelap. Seseorang yang sangat bertolak belakang dengan Naruto.

Awalnya semua baik-baik saja bagi Hinata. Di tahun pertama dia mencoba berteman dengan bocah pirang itu. Hinata perlahan mendekati Naruto sebagai teman sekelas. Mereka bertukar sapa, belajar dalam satu kelompok, hingga Hinata yang selalu datang ketika Naruto sedang latihan sepak bola, basket, atau pun saat kelas musik. Hinata sedikit bangga dengan kepribadiannya yang sedikit berubah menjadi lebih terbuka dan berani sekarang. Dia sangat senang bisa lebih dekat dengan pemuda yang disukainya itu.

Tapi...

Semua terasa berbeda semenjak Hinata memberi Naruto sebuah syal di hari ulang tahun pemuda itu. Naruto terlihat sedikit menghindarinya. Naruto jadi semakin lebih memprioritaskan Sakura, meskipun Hinata sudah tahu tentang perasaan pemuda itu ke sahabat pinknya. Tapi tetap saja, Hinata merasa dadanya sangat sakit.

"Maaf Hinata... mungkin lain kali kita belajar bersamanya. Aku harus mengantar sakura membeli es krim!"

Di lain waktu Naruto akan menolak ajakan belajar bersama karena Sakura akan pergi dengan Sasuke membeli es krim. Dan menurutnya mengantar Sakura jauh lebih penting daripada tugas kelompok yang harus dikumpulkan keesokan harinya. Mau tidak mau Hinata mengerjakan bagian Naruto juga.

Di kesempatan yang lain, Naruto hanya akan menemuinya dan tersenyum kecil sambil meminta maaf.

"Hinata... mungkin kau bisa mengambil kotak bentomu di mejanya teme."

Mungkin seperti saat ini.

Naruto menghampiri Hinata saat mereka tanpa sengaja berpapasan di sebuah koridor.

"Teme?" Kening Hinata berkerut. Mencoba mengingat siapa seseorang yang bernama Teme.

"Iya... dia mendapatkan bekal makan siang dari Sakura. Jadi aku menukarnya. Walaupun begitu, aku tetap suka masakanmu!"

Seketika itu Hinata merasa dadanya terkoyak sakit. Berdarah dan tidak berbentuk lagi. Jika ada pepatah yang mengatakan jika cinta itu buta, mungkin Hinata adalah contoh nyatanya.

Ketika Naruto dan beberapa temannya di keroyok oleh genk sekolah lain, Hinata maju untuk membela. Meskipun dia terluka, tapi melihat Naruto baik-baik saja itu membuatnya lega.

"Hinata... mengapa kau menolongku? Kau jadi terluka karena aku. Apa kau tahu? Aku takut ketika melihatmu datang di tengah para genk Sunaogakuen."

Naruto menjenguk dirinya setelah 10 jam tidak sadarkan diri karena tertusuk saat menolong pemuda yang disukainya itu.

"Cukup Naruto-kun tidak terluka, aku sudah merasa lega." Hinata tersenyum lembut.

Naruto pun tersenyum tulus. Pemuda itu mengelus puncak kepala Hinata lembut. "Kau harus segera sembuh ya, Hinata!"

Pipi Hinata bersemu melihat senyuman mentari Naruto.

"Hinata... maaf aku tidak bisa berlama-lama, aku juga harus menjenguk Sakura. Dia pingsan karena mendengar Sasuke penuh dengan luka."

Senyuman di bibir Hinata perlahan memudar. Dia merasa luka tusuk di pinggangnya tidak seberapa sakit dibandingkan dengan dadanya yang berdenyut nyeri sekarang ini.

Selalu seperti itu.

Ketika sekolah mengadakan piknik ke Nara, Hinata mendapat kursi di samping Sasuke sedangkan Naruto dan Sakura duduk di depan mereka. Awalnya Hinata ingin protes tapi melihat Sasuke biasa saja bahkan terkesan cuek, Hinata pun tidak jadi untuk protes. Sedangkan kursi di depannya, Sakura selalu berdebat ingin duduk di samping Sasuke, sedangkan Naruto selalu tersenyum sepanjang perjalanan. Jujur saja, Hinata merasa iri pada Sakura. Gadis itu bisa sangat dekat dengan Naruto meskipun sudah bersikap kasar.

Tiba-tiba Sasuke mengajaknya bicara.

"Apa benar kau tak mengenalku?" tanya Sasuke pelan sambil melirik Hinata dari ujung matanya.

"Y-ya?" Hinata menatap pemuda di sampingnya ini antara bingung bercampur takut.

Seseorang yang tidak pernah mengajakmu berbicara tiba-tiba bertanya padamu tanpa melihatmu. Jangan lupakan aura gelap yang selalu mengelilingi orang itu. Jujur saja, Hinata rasanya ingin segera menjauh dari pemuda itu.

"Apa kau tahu siapa aku?" tanya Sasuke lagi-lagi hanya melirik Hinata.

"K-kau temannya... Naruto?" jawab Hinata tidak terlalu yakin.

"Siapa namaku?"

Hinata hanya menggeleng. Sesaat Hinata berpikir, apa pemuda ini sedang hilang ingatan mendadak? Pemuda ini baru saja menanyakan namanya sendiri.

Sasuke mendengus pelan melihat reaksi Hinata. "Aku benci semua Hyuuga!"

Jadi benar semua ejekan dari kakaknya itu! Batin Sasuke mengingat ejekan kakaknya beberapa waktu lalu.

Ya Tuhan... memangnya pergi kemana gadis itu selama ini? Gadis itu tidak mengetahui tentang dirinya yang bahkan mempunyai fans club sendiri di sekolah. Bahkan siswi-siswi  beda sekolah rela berdiri di depan gerbang saat jam pulang sekolah hanya untuk melihat dirinya. Karena dia akui... dirinya adalah yang tertampan di Horikoshi.

Sasuke hanya menggerutu dalam hati.

"Memangnya ketampananku menurun ya? Ini pasti karena Aniki!" batin Sasuke.

Sesampainya di Nara, mereka hanya diberi waktu 2 jam untuk beristirahat di penginapan. Setelah makan malam, mereka dikumpulkan di sebuah tanah lapang dekat dengan hutan pinus.

Guru membagi tugas berpasangan. Dan entah bagaimana Hinata dan Sasuke menjadi pasangan, lagi. Naruto dengan Ino. Lee dengan Sakura. Shino dengan Karin. Kiba dengan Tenten. Dan semua dibuat berpasangan dengan sebuah undian nama.

Pihak sekolah memberi mereka sebuah challange untuk menemukan sebuah gelang bermodalkan sebuah peta dan beberapa clue. Mereka harus melakukan kerja sama tim dan berpikir seperti seorang detective.

Hinata hanya mendesah pelan sambil melirik seseorang yang menjadi pasangan di sampingnya ini. Gadis itu sangat berharap bisa berpasangan dengan Naruto, tapi apa boleh buat. Undian nama ini diambil secara acak.

"Hyuuga!" panggil Sasuke merasakan Hinata yang sedari tadi menatapnya.

"Apa dia berubah pikiran ya?" batin Sasuke sedikit besar kepala, tapi tetap mempertahankan wajah stoicnya.

"Y-ya?" sahut Hinata ketakutan karena panggilan pemuda itu.

"Apa aku sudah membuat kesalahan?" batin Hinata.

Sasuke menatap ke depan, melihat arahan dari Anko sensei tentang challange. "Menurutmu, apa aku tampan?"

"Ha?" Hinaa hanya melongo mendengar pertanyaan Sasuke. Apa katanya tadi?

Sasuke menggeleng. "Lebih tampan aku atau Naruto?"

Dengan wajah memerah Hinata menjawab tanpa berpikir lebih dulu. "Na-naruto-kun!"

Sasuke memberengut kesal. Apa gadis ini buta atau ada kelainan penglihatan? Dari mananya yang lebih tampan Naruto dari pada dirinya? Sasuke yakin jika diadakan voting suara, hanya gadis ini yang memilih Naruto.

Sasuke terus menggerutu dalam hati. Walau ini bukan sifatnya tapi dia tidak terima.

"Apa kau terbiasa melihat orang tampan?" tanya Sasuke lagi dengan wajah kelewat masam.

Hinata mengangguk jujur, membuat wajah Sasuke yang sudah masam bertambah masam.

"Siapa?" Sasuke menaikan sebelah alisnya. Memangnya setampan apa pria-pria itu?

"Neji nii-san, Uchiha sensei dan juga Naruto-kun!" Hinata menjawab dengan pipi yang masih bersemu merah.

Dada Sasuke panas. Harga dirinya seperti dijatuhkan oleh gadis ini. Meskipun harus diakuinya, Neji dan juga kakaknya termasuk golongan tampan tapi kalau Naruto...

Gadis ini pasti sakit mata!! Batin Sasuke.

Melangkah mendahului Hinata, Sasuke berucap pelan. "Kuharap kau tidak akan menyusahkanku!"

Mereka pun memasuki sebuah hutan, dan hanya bermodalkan sebuah senter.

"Uchiha-san!" panggil Hinata sedikit ketakutan karena pemuda di depannya ini berjalan cukup cepat. Hinata harus berjalan dengan sama cepatnya untuk mengimbangi langkah pemuda itu.

"Hn!" sahut Sasuke sambil mendelik pada Hinata.

Karena takut melihat tatapan pemuda itu, Hinata mengurungkan niatnya. "T-tidak jadi!"

Mereka berdua pun terus terdiam. Hinata merasa Sasuke sedang marah padanya. Pemuda itu terus mendelik jika dia memanggilnya.

Meskipun Hinata ketakutan karena teringat dengan banyak cerita yang berasal dari hutan di daerah ini. Tentang hantu tanpa kepala, hewan buas dan juga banyak roh jahat di tempat ini. Jangan lupakan banyak orang terbunuh dulu di tempat ini. Hinata mengingat itu menjadi bergidik sendiri.

Krusuk... Krasak...

Mendengar suara semak-semak yang bergerak membuat Hinata berjingkat kaget lalu reflek berlari dan memeluk punggung Sasuke.

"A-ada yang bergerak, U-uchiha-san!" Hinata memeluk Sasuke sangat erat. Bahkan Sasuke merasakan sesuatu sensasi asing yang menempel di punggungnya.

Hello... tidakkah gadis itu sadar jika posisinya ini tidak cukup aman untuk Sasuke?







Up cepet... ketik kilat saat mau berangkat kerja. Maafkan keterlambatan ini. 🙏🙏🙏🙏

Jangan lupa untuk tetap tinggalkan jejak.😉😉😉

Selamat berimajinasi.

Happy reading. 😘😘😘

Mucha Azalea.

Republish : 15 Juli 2020 💜💜💜

Continue Reading

You'll Also Like

111K 7.4K 17
Kau tidak pernah tahu, bahwa ikatan yang kita miliki bukanlah sekedar ikatan biasa. Melainkan sebuah ikatan yang terlalu sempurna untuk di gambarkan...
306K 41.6K 35
[ ๐’๐š๐ฌ๐ฎ๐ก๐ข๐ง๐š ] Hinata mendapati seluruh anggota klan-nya dibantai tepat di depan matanya. Tak ada yang tersisa selain para wanita, semuanya ter...