Kenneth mengantarkan keenam anaknya ke kampus sebelum ia pergi kekantor, mereka turun dari dalam mobil dan menyalami tangan Kenneth.
"Ingat jangan buat onar, harus buat Mommy bangga sama kalian"
"Iya Daddy, yaudah kita masuk dulu yah Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, nanti Daddy jem-"
"14 : 30 lewat 15 detik" ucap mereka bersamaan ya Kenneth begitu posesiv dengan mereka, apalagi ia tau betul pergaulan anak-anak di negara ia yang melakukan sex bebas, mengonsumsi obat terlarang dan lain-lain.
"Bye Daddy"
Kenneth memastikan mereka masuk dulu baru Ia pergi setelah melihat mereka masuk kedalam area kampus.
****
Di kampus mereka berjalan menuju kelas mereka, setiap mata tertuju pada mereka karena paras cantik dan tampannya beruntung mereka yang memiliki orang tua yang tampan dan cantik.
"Kalo libur kuliah gua bakalan pulang pengen ziarah kemakam Buna" Affia si gadis kecil kini sudah menjadi gadis dewasa yang cantik ia memiliki kemiripan dengan Kirana Ibunya yang meninggal 15 tahun lalu.
"Sebentar lagi kan libur panjang, jadi kita bakalan kesana buat kemakam Mommy" ucap Kenan yang telat 20 detik dari Affia.
"Tadi juga gua bilang gitu kampret!" Affia memukul bahu Kenan dengan keras.
"Sakit tau!!"
"Lemah!!"
Affia jalan lebih dulu jalan menuju kelas, mereka kuliah mengambil jurusan kedokteran seperti Kirana dulu mereka ingin seperti Kirana, bahkan para gadis memiliki sifat Kirana yang tomboy kebelinger.
"Kira-kira Daddy ikut gak yah?" tanya Keysha pada liburan musim panas kemarin Kenneth tidak ikut pulang bersama mereka alasannya banyak pekerjaan.
"Kita paksa, kalo gak mau juga gua ada rencana bawa Daddy ke indonesia"
"Rencana apaan sih?"
"Nanti juga Kalian tau, mendingan kita masuk bentar lagi kelas di mulai"
Merekapun masuk kedalam kelas mereka karena kelas akan segera di mulai.
.
.
.
.
Cleo sedang berada di ruang kerja kakeknya bersama Akira Ibunya.
"Sekarang Mommy mau tanya sama kamu, apa kamu serius mau kuliah di Amerika?"
Akira memutari Cleo tingkahnya seperti detekif yang sedang mengintrogasi buronannya, Cleo hanya menundukkan kepalanya lalu mengangguk.
"Apa kamu bisa jamin kalo kamu disana gak bakal bikin onar?"
"Bisa Mom, kalo aku gak bener lagi aku siap nikah sama si surya seperti perintah kakek"
Ia menatap mata anaknya itu dalam-dalam dan menemukan kesungguhan disana, Ia memicingkan matanya masih merasa ragu.
"Ok lusa kita berangkat siap-siap aja, ingat jaminan kamu"
Raut wajah bahagia terpancar dari wajah Cleo ia langsung memeluk Akira erat karena senang permintaannya di turuti oleh Akira.
"Makasih Mommy, aku seneng banget"
Ia melepaskan pelukannya dan berlari keluar dari ruangan kerja untuk menyampaikan kabar bahagia ini pada orang seisi rumah.
"Dasar anak ini!!"
Ia keluar dari ruang kerja untuk menyusul putrinya yang sedang bahagia Karena akan kuliah di tempat yang dia inginkan.
.
.
.
.
Di kantor Kenneth berdiri memandangi Foto Kirana di ruangannya, Ia tidak akan melupakan istrinya itu Karena ia begitu mencintai gadisnya.
Air matanya jatuh, ia mengelus Foto Kirana yang tengah tertawa bahagia bersama anak-anak di tempat bermain.
"Aku kangen kamu Kirana, aku pengen ketemu kamu di mimpi aku! Aku mohon datang ke mimpi aku Kirana"
Kenneth masuk kedalam ruang privasinya, ia akan tidur untuk sebentar saja karena semalam ia tidak tidur. Disana banyak Foto Kirana yang ia pajang bahkan Foto saat kegiatan Kirana berada di URK dan yang lainnya.
"I LOVE YOU YOUR MAJESTY"
Setelah itu ia tertidur dan masuk kedalam alam mimpinya.
.
.
.
.
Cleo dan Alea sedang bermain dan Akira sedang bersama Papanya jalan-jalan sore.
"Pa kalo Cleo kuliah di Amerika otomatis aku juga harus disana temenin dia?"
"Iya, Alea juga ikut"
"Tapi sekolahnya gimana?"
"Tinggal pindah sekolah aja apa susahnya"
"Terus Papa?"
"Papa tetap disini, lagian ada Steven dia bakalan bantu di kantor"
"Papa ikut aja yah sama kita?"
"Akira Papa gpp disini!!"
"Gak Pa, Papa harus ikut"
"Akir-"
"Please aku pengen rawat papa disana!!"
Akira memohon di hadapan Papanya, ia ingin sekali merawatnya di Amerika nanti Karena ia hanya memiliki Papanya saja.
"Yaudah Papa bakalan ikut"
Senyuman terpancar dari wajah cantik Akira ketika permintaannya dituruti oleh Papanya.
"Mendingan Kita pulang aja yuk Pa udah sore"
"Iya"
Ia mendorong kursi roda Papanya untuk kembali kerumah karena hari mulai sore.
.
.
.
.
Kenneth terbangun dari tidurnya ia melihat jam tangannya dan menunjukan pukul 8 malam, sebelum pulang ia akan membasuh mukanya lebih dulu ia lupa menjemput anak-anak pasti mereka sudah pulang.
"Aku pulang dulu sayang"
Ia mengambil kunci mobilnya di atas nakas, dan pergi dari kantor yang sudah sepi dan gelap karena karyawannya sudah pulang.
Kenneth hanya melamun saja, ia mengingat awal pertemuannya dengan Kirana dulu.
"Ada apa ini sus?"
"Anak Ini mengeluh sakit dok"
"Bawa keruangan saya sekarang"
Mereka membawa anak itu kedalam ruangan Kirana pria itu mengikutinya beserta 2 babysister yang membawa 3 anak di troler.
"Baringkan dia, aku akan memeriksanya"
Kirana memasangkan stetoskop di telinganya Dan mulai memeriksanya dengan teliti, anak itu masih saja menangis.
"Mommy cakiittt!!"
Kirana celingukan siapa yang anak ini panggil Mommy? Namun dari tadi ia tak melihat perempuan selain dirinya dan 2 babysister itu.
"Dimana Ibunya?" tanya Kirana pada pria itu yanh pasti adalah Ayah dari anak kecil ini, Namun pria itu tak menjawab ia malah menenangkan anaknya yang kesakitan.
"Kamu Mommy Kenzoo!!"
Kirana menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan yang ia dengar tidaklah salah, hellow nak Kirana belum menikah apalagi melahirkan kamu itu rasanya mustahil.
Ia melakukan X-ray pada anak itu, dan sangat terkejut ketika melihat kondisi organ dalam tubuhnya.
"Apa yang dia makan?" tanya Kirana.
"Tuan muda hanya memakan kesukaannya spaghetti bolognes dok"
"Saya harus lakukan tindakan operasi"
"Lakukan yang terbaik dok, selamatkan anak saya"
"Baik, sus siapkan ruanh operasi"
Sebelum itu Kirana akan menjelaskan apa yang terjadi pada anak itu hingga ia harus mengambil tindakan operasi.
"Kenzo kenapa harus di operasi dok?"
"Anak anda mengalami infeksi usus Karena terlalu sering memgomsumsi makanan kurang sehat, jadi sebaiknya berikan makanan yang sehat dan bergizi Karena dia masih dalam masa pertumbuhan. Jadi biasakan berikan sayur dan buah-buahan perhatikan kandungan gizinya"
Setelah mengatakan itu Kinara masuk kedalam ruang operasi tapi langkahnya terhenti Karena orang itu memanggilnya.
"Maaf dok, apa saya boleh ikut untuk melihat kondisi anak saya?" tanya pria itu yang nampak sangat khawatir dengan keadaan putranya.
"Maaf tidak bisa tuan, ini ruangan operasi bukan ruang rawat" tolak Kirana dengan nada halus.
"Tapi saya ingin ada disisi anak saya yang sedang berada di dalam"
"Tapi tuan!"
Tiba-tiba Dokter cantik datang dan memberi hormat pada pria yang memohon itu.
"Biarkan tuan Kenneth ikut dia Ayah dari anaknya"
"Tapi Dokter Anastasya ini peraturan rumah sakit"
"Tapi dia pemilik rumah sakit ini dokter Kirana"
Kirana membulatkan matanya terkejut jadi pria yang memohon itu adalah pemilik rumah sakit ini, sungguh bodoh dirinya kenapa ia tidak menyadarinnya tapi bagaimanapun itu sudah peraturan rumah sakit jadi tidak bisa di langgar.
"Silahkan masuk tuan Kenneth, Kenzo pasti sangat membutuhkan anda"
Kirana berdecih melihat tingkah sok perhatian dokter Anastasya pada Kenneth, bahkan sempat-sempatnya Dokter itu mengatainya sebelum masuk kedalam ruang operasi.
"Dasarrr snake girl!!!"
Kirana masuk dengan pakaian operasi yang ia gunakan, sarung tangan, masker dan penutup kepala ia gunakan. Dokter Anastasya sudah mengambil pisau bedah namun Kirana berdeham.
"Hmmm..sebelum melakukan operasi ini alangkah baiknya kita berdoa lebih dulu agar semuanya lancar"
Mereka berdoa agar operasi berjalan lancar, Kenneth sang Ayah ia terus menciumi wajah putranya yang terbaring di meja operasi.
"Pisau bedah!" pinta Kirana pada suster.
Ia mulai membelah perut kecil itu dengan hati-hati dan pelan, Kenneth yang melihatnya tak tega bahkan ia sampai meneteskan air mata takut jika putranya merasakan sakit.
"Sebaiknya anda mundur saja Dokter Kirana untuk menjadi seorang profesor di rumah sakit ini, anda masih junior belum mengerti apa-apa!" ucap Dokter Anastasya sambil membersihkan infeksi di usus anak kecil itu, Kirana hanya memutar bola matanya jengah.
"Bovie!" ia meminta bovie pada suster untuk membersihkan kuman penyebab infeksi.
"Itu bukan keinginan saya untuk menjadi profesor tapi pak Morgan yang mengajukannya, gunting"
Kenneth mendengar perbincangan mereka, yang melakukan operasi sambil mengobrol sungguh aneh.