Kugunakan kekuatanku untuk mencari siapa dalang dibalik bencana ini.
Dan ternyata....
Dark elf ?
Bagaimana bisa mereka kemari?
Kenapa mereka kemari ?
Apa jangan-jangan...
Aku menatap ke arah sosok gadis yang sedang memberontak ke penjaga yang hendak membawanya.
"Kana.." ucapku tanpa sadar.
"Seluruh prajurit, penjaga, pengawal cepat pergi ke arah sumber kekacauan ini berada !" Perintah ayah menggema.
Dia pasti mengeraskan suaranya menggunakan kekuatannya.
"Kalian " jarinya menunjuk kearah penjaga yang sedang membawa Kana bersama mereka.
"Cepat masukkan dia ke penjara bawah tanah !"
"Baik yang mulia !" segera mereka membawa pergi Kana.
Aku berlari kearah Kana. Tapi-
Tubuhku tidak dapat bergerak.
Ini pasti ulah ayah.
"Iya kau benar Rey" ayah tersenyum sinis.
Sial
"Kau tetaplah disini jangan kemana-mana !"
Pergerakanku kan sudah kau hentikan bodoh !!!, mana mungkin aku bisa pergi?
*ps : jangan kalian mengucapkan kata 'bodoh' kepada orang tua kalian. INGAT ITU DOSA !!.
cukup rey yg mengatakannya*
Sebuah tatapan tajam tertuju kerahku.
Dan siapa lagi pelakunya jika bukan ayah karena hanya kami berdua yang masih di ruangan ini.
Ayah berlalu lalang meninggalkanku sendiri.
Aku mencoba membebaskan diri tapi tidak bisa karena kekuatan ayah cukup besar.
Kemudian tiba-tiba datanglah sebuah cahaya dari balik pintu yang sudah tertutup.
Cahaya itu lama kelamaan menjadi sebuah sosok.
"Ra-ratu Cilia ?" ucapku tidak percaya dengan apa yang aku lihat.
Ratu cila menunjukku kemudian dengan mudahnya tubuhku bisa bergerak lagi.
"Apa yang membuat anda kemari ?"
"Aku kan sudah pernah bilang, saat kau didalam kesulitan karena membantu manusia itu, aku akan datang untuk membantu"
"Sekarang cepat pergilah ke penjara tempat manusia itu ditawan"
"Aku akan mengurusi dark elf itu"
"Baik" segera aku berlari menuju ketempat Kana berada.
Butuh waktu setidaknya 10 menit untuk menemukan Kana.
Kulihat kana sedang duduk di sudut ruangan balik jeruji besi dengan posisi kepala menunduk.
"Kana" panggilku.
Dia mendongakkan kepalanya dan
"Rey ! " ucapnya girang dan mendekat ke arah jeruji besi.
"Tolong keluarkan aku"
"Tunggulah sebentar"
Kana menanggapinya dengan anggukan antusias.
Mataku terpaku ke arah sebuah kunci digantungan.
Setelah aku mengambil kunci itu segera aku membuka sel ini
Krekk...
Pintu sel berhasil terbuka.
Dengan cepat Kana keluar dari ruang tahanan ini.
Aku tersentak kaget saat Kana tiba-tiba memelukku.
Degub jantungku tiba-tiba berpacu.
"Terima kasih Rey, terima kasih hiks hiks" ucapnya sambil menangis.
"I iya sama sama"
Sekitar sepuluh detik Kana belum juga melepaskan pelukannya.
Mungkin bagi orang yang tidak merasakannya itu sangatlah singkat tapi bagiku itu sangatlah lama.
Akhirnya aku berdehem pelan.
Kana langsung tersadar dan melepaskan pelukannya.
"Maaf" ucapnya tapi dengan senyum tanda kebahagiaan berhasil keluar tidak luntur.
"Hmm"
"Ayo cepat kita keluar dari sini !"
Kana menggangguk antusias.
Aku berlari dengan diikuti kana dibelakangku.
Saat keluar dari istana.
Kulihat...
Semua prajurit dan penyihir sedang mengerahkan tenaganya untuk melawan dark elf dan mereka tampak kewalahan termasuk ayahku.
Bagaimana tidak ?, tidak tanggung tanggung setidaknya kulihat ada 100 dark elf.
1 dark elf saja dapat dikalahkan dengan sedikitnya 7 orang prajurit 2 penyihir.
Tapi ini ?
Pasukan prajurit yang dikerahkan ayahku tidak cukup untuk melawan mereka semua.
"Rey !!! Tolong !!!" teriak kana membuyarkan lamunanku dan membuatku langsung menoleh ke sumber suara.
Kulihat satu dark elf sedang menarik tangan Kana dengan kasar, kuku tajamnya membuat lengan kana terluka, walau hanya luka kecil.
Segera aku menuju kearahnya. Kubuat pedang dari petir.
Kuhunuskan pedangku ke arah dark elf itu, tapi dengan lincahnya dark elf itu menghindarinya.
Ku ayunkan lagi lagi dan lagi pedangku kearahnya meskipun aku sudah tau, pasti tidak akan bisa.
Srettt....
Sebuah anak panah datang dari belakangku dan langsung mengenai dada bagian kiri dark elf itu, dalam sekejap dark elf itu sudah berubah menjadi asap yang berarti dia sudah lenyap.
Aku menoleh kearah panah itu berasal.
Kulihat Ratu Cilia yang sedang ikut bertarung jarak jauh, dia bersembunyi dibalik menara istana.
Kondisinya terlalu berbahaya untuk Kana.
Ya itu adalah telepati dari Ratu Cilia.
Aku menatap ke arah Kana sekilas.
Dia sedang ketakukan dan bersembunyi dibalik badanku.
Beri tau dia, cara agar dia dapat kembali kedunianya.
Tapi-
Tidak ada tapi-tapian cepat laksanakan perintahku !
Aku sudah mempunyai rencana lain saat kana sudah kembali kedunianya.
Baik
"Kana "
"Eh i iya" terdengar dengan jelas nada ketakutan diucapkannya.
"Sekarang saatnya aku menepati janjiku"
Dia menaikkan satu alisnya tanda tidak mengerti.
"Aku akan memberi tahumu cara agar kau dapat kembali ke duniamu"
Matanya kembali berbinar-binar.
--Kana pov--
"Aku akan memberi tahumu cara agar kau dapat kembali ke duniamu" ujar Rey mengejutkanku dan membuatku bahagia.
Tapi...
Seketika aku teringat akan apa yang sedang terjadi saat ini.
Perang. Itulah yang kupikirkan dan apakah jika aku kembali Rey akan selamat ? Mungkinkah aku dapat kembali kesini lagi ? Bagaimana jika rey tidak selamat dan aku tidak dapat kembali saat ini ?
"Aku akan baik-baik saja, saat ini keselamatanmu adalah prioritas utama"
Ucap Rey lagi lagi mengejutkanku.
"Aku membaca pikiranmu" mungkin dia sadar akan ekspresiku tadi dan menjawabnya duluan.
"Kau memang orang yang pelupa ya" ucapnya sambil tertawa kecil.
Sempatnya dia tertawa saat orang lain sedang menangis karena perang ini ?
"Anggap saja itu tadi adalah ucapan selamat tinggal"
Aku kembali murung mengingat apakah aku bisa kembali lagi kesini ?
"Kau pasti akan kembali lagi kesini, karena suatu saat nanti hanya kau yang dapat menyelamatkan dunia ini. Aku berjanji akan menjemputmu saat waktunya datang"
Aku mencoba tersenyum meski hatiku sedikit sakit setidaknya ini adalah senyum perpisahan yang bisa aku berikan ke Rey.
"Baiklah... Begini caranya"
Aku mulai menyimak.
"Kau datang kesini itu karena bola kristal yang ada padamu tidak sengaja terjatuh dan secara otomatis membawamu ke dunia ini"
Aku mengingat kejadian saat bola kristal itu bersinar dan saat kubuka mata aku sudah berada didunia ini.
"Cara yang sama seperti kau kesini yang akan mengembalikanmu"
"Tapi bola itu-"
"Tidak ada" ucapku panik.
"Kalungmu" dia menunjuk sesuatu yang ada dileherku menggunakan dahunya.
"Kalung ?"
Aku merabah leherku dan...
Ternyata benar ada kalung !
Kulihat bandul kalung tersebut yang sangat mirip dengan bola kristal yang membawaku ke dunia ini tapi dalam versi mini.
Kupegang bandul kalung itu.
"Jadi aku harus menjatuhkan kalung ini ?"
"Hmmm" rey menggangguk.
"Baiklah akan kucoba, tapi-" ucapanku menggantung, ada sesuatu yang sedang kupikirkan.
"Aku janji akan menjemputmu, karena bagaimana pun itu adalah tugas ku" senyumnya merekah, membuatku yakin akan keputusan yang kupilih.
"Baiklah..."
Kulepas kalung yang melingkar dileherku kemudian membantingnya ke tanah.
Tak butuh lama, cahaya berwarna biru tua keluar menyilaukan mata.
Kulihat setengah tubuh bagian bawahku sudah hilang tinggal menunggu bagian atas.
"Awww" aku mengucek mata ku yang perih.
Yang terakhir kulihat adalah asap jingga yang mengaburkan pandanganku.
Saat tubuhku sudah hilang kini tinggal bagian kepalaku, tiba-tiba aku mendengar suara.
"Kana" panggil seseorang pelan, suaranya sangat familiar tapi anehnya aku tidak ingat itu suara siapa.
🌜🌝🌛
Kegelapan
Itulah yang kurasakan.
Perlahan kubuka mataku.
Aku berada di kamar, tepatnya diatas termpat tidur dalam posisi setengah terbaring
"Awww"
Sebuah luka berada di lengan kiriku.
"Bagaimana aku bisa terluka ?"
Kuambil kotak p3k. Ku bersihkan luka itu dan menutupnya dengan plester.
Kemudian aku beralih menuju kamar mandi.
--setelah mandi--
Kuturuni tangga menuju dapur.
Tercium bau masakan dan kulihat ibu yang sedang memasak untuk kami.
Segera aku menuju ke meja makan dan mulai menyantap makanan yang sudah tersedia.
"Hati-hati makannya, nanti kau tersedak"
Kuacungkan jempolku tanda mengerti.
"Kana !, kana !" teriak Mela dari luar rumah.
"Sebentar !" sahutku. Segera kuselesaikan sarapanku.
"Bu, aku berangkat dulu" ucapku sambil mencium punggung tangan ibu.
"Iya, hati-hati yaa"
Krekk...
"Ayo gaes !, kita berangkat !" Aku, mela, dan tio kemudian berjalan menuju ke sekolah.
"Oh ya kemarin pr nya apa aja ?, aku belum ngerjain nih" kata mela.
"Seingetku kemarin gak ada pr" kata tio.
"Kana, seingetmu kemarin ada pr gak buat hari ini ?" tanya tio
"Seingetku juga sih, gak ada" ucapku.
"Ohh, syukurlah, ku kira hari ini ada pr" kata mela.
"Oh ya kana, tumben kemarin kamu tidur sore, biasanya aja kamu tidurnya malam banget" ucap mela menggantikan topik pembicaraan.
"Emang iya ?"
"Lo yang tidur, masa gak inget ?" ucap Tio
Kuingat-ingat kejadian kemarin.
Aku berangkat tapi sampai sekolah telat terus aku pulang, dijalan pulang aku ketemu nenek-nenek terus aku bantu nenek itu, habis bantu nenek itu aku pulang, ibu masak terus kami makan bareng, aku tiduran dikamar terus kebawah liat keadaan ibu, habis itu aku lanjut kekamar lagi.
Sudah. Ingatanku terhenti saat berada dikamar.
Setelah kupikir-pikir lagi mungkin aku kecapekan terus ketiduran.
Tapi apa yang membuatku sampe begitu capeknya terus tidur ?
"Hei" mela menepuk pundakku yang membuatku terkejut.
"Jangan kebanyakan melamun"
"Iyaa" ucapku malas.
Masa iya kemaren aku tidur sore ?
Sampai disekolah pelajaran dimulai dengan matematika dan tiba-tiba Bu Ani 'guru matematika' memberikan ulangan mendadak.
Eh sebenernya gak ndadak sih, cuman Kananya aja yang kemaren ga sempet belajar, jadi dia gopoh plus panik sendiri.
Pelajaran hari ini ditutup dengan Bahasa Indonesia, gara-gara aku tidak mencatat apa yang diterangkan bu niken 'guru bahasa Indonesia' akhirnya aku dihukum membersihkan kelas saat pelajaran sudah usai.
Padahal aku sudah bilang ke mela dan tio agar tidak menungguku, tapi yaa.. Kepala mereka itu sekeras batu, jadi mereka tetap menungguku sampai selesai.
Seusai aku menjalankan hukuman dari Bu Niken. Aku, mela, dan tio pulang bersama.
saat dijalan pulang.
"Sumpah hari ini nyebelin banget !" keluhku.
"Salah sendiri kaga nyatet, jadi di hukum kan" ucap Tio. Aku merasakan nada sindiran dikalimatnya.
"Aku kan sudah bilang, ga usah ditungguin tapi malah tetep ngotot mau nungguin" ujarku sambil melirik tajam ke arah Tio.
Tio mengalihkan pandangannya dariku.
"Lagian, ngapain kamu tadi ga nyatet ?" kini giliran mela.
"Bukannya gitu, tadi itu aku kepikiran soal kemarin. Kayaknya kemarin aku gak tidur sore deh"
"Lihat ini !" ujarku sambil menunjukkan lengan kiriku yang diplester.
"Jika kemarin aku tidur sore, kenapa aku bisa terluka ?. Aku kalo tidur biasanya anteng ko, kaga guling-guling sana sini, lagian kalo aku guling-guling masa tanganku sampe berdarah gara-gara cuman kejedok meja" kuluapkan seluruh kecurigaanku.
Hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai hai :)
Kuker ?
Hehehe, iya nih. Aku mau nyari topik buat dibahas diakhir cerita ini tapi ga nemu 😞
Wkwkwk, kaciann...
😤
Buat kalian para readers jangan lupa vote and comment nya ya 😊
Maafkan kalo ada typo dan alurnya yang absurd 😥
Si author bukan anak sastra, jadi tolong dimaklumi yaa...
Thank you 😘