Tanpa menggubris perkataan Dika, Fika kemudian pergi meninggalkan Dika dengan rasa kesalnya.
"Kalau gue emang beneran suka, emang salah?"
Deg!
Langkahan kaki Fika kemudian terhenti seketika saat mendengar teriakan Dika seperti itu, disusul dengan jantung berdebar kencang yang membuatnya bingung harus berbuat apa.
"Setiap orang itu punya hak kalau soal mencintai orang lain, sama saja dengan gue, gue juga berhak suka sama lo."
Dika kemudian menghampiri Fika yang masih berdiri tegang dari tadi.
Ya ampun! Apa maksudnya ini!
Belum saja jantung Fika kembali normal, sudah disusul dengan debaran yang lebih kencang lagi sehingga membuat Fika enggan untuk melakukan sesuatu.
"Yuk!"
Kemudian tangan Dika menarik Fika berniat untuk mengajaknya pulang.
Sementara Fika tetap berada di posisi sebelumnya sambil melirik sinis ke arah Dika.
"Ish, jangan ngimpi kalau gue bakalan suka sama lo! Karena lo itu salah satunya cowok yang paling gue benci di dunia ini!"
"Hah, lama-lama lo akan nurut dengan kata hati lo!"
Dika menjawabnya dengan terkekeh.
"Kati hati gue? emang bener kalau lo gak bakal sama gue!"
Fika menjawabnya masih dengan tatapan yang sama.
"Emang lo tau kalau takdir gue gak bakal sama lo?"
Masih dengan ekspresi yang sama, Dika menjawabnya dengan terkekeh.
"Udah, yuk!"
Dika segera menarik tangan Fika. Sementara itu Fika cuma memutar bola matanya kesal.
Saat diperjalanan, tidak ada hal yang mereka bicarakan, Fika yang masih canggung dengan Dika saat dia mengungkapkan perasaannya tadi.
Setelah sampai didepan rumah Fika, Kak Yo pun datang menemui mereka.
"Eh, baru pulang?"
Tanya Kak Yo kepada mereka.
"Hehehe, iya kak."
Ucap Dika terkekeh.
"Iya gak papa kok. Yaudah mau masuk dulu atau sekalian pulang?"
"Ee, pulang aja kak, lagian udah mulai sore."
Kemudian Dika mulai menyalakan mesin motornya dan berpamitan pulang kepada Kak Yo dan Fika.
Setelah Dika terlihat sudah kejauhan, Fika segera menanyakan sesuatu kepada kakaknya yang akhir-akhir ini menjengkelkan itu.
"Kak, kenapa sih kakak suruh Dika buat jemput aku?"
Tanya Fika kesal.
"Hm, esok kamu akan mengerti!"
Jawab Kak Yo sambil mengelus rambut adiknya yang manis itu.
"Hm, kenapa ya? Akhir-akhir ini sikap Kak Yo jadi beda gini!"
Fikir Fika kepada kakaknya yang sudah pergi.
16.00
Sore hari, sehabis mandi biasannya Fika segera melaksanakan sholatnya dan kemudian berniat untuk membuka ponselnya itu.
"Hm, gue butuh temen curhat nih!"
Ucap Fika didalam benaknya sambil mencari nomor Deva.
Devaa♡
Hallo Dev?
Hmm
Apa Fika?
Dev, gue mau
curhat nih!
Tentang?
Ee, gue
mau bicara ke lo
tapi masih ragu
Yaudah,
besok aja
pas disekolah
bisakan?
Oh, yaudah
deh Dev
Okayyy
Byee
Byee Devaa
Dimatikan.
Fika masih kepikiran tentang apa yang dibilang Dika tadi. Dia berniat keluar untuk merenungkan tentang perasaanya.
Fika terduduk manis ditaman lantai atas sebelah kamarnya.
"Kalau gue emang beneran suka, emang salah?"
Perkataan Dika yang satu ini masih membuat Fika merasa gelisah. Entah kenapa Dika suka padanya, padahal dulunya Dika menganggap Fika sebagai musuhnya sendiri.
"Hm, adik gue udah jam segini masih merenung aja!"
Ucap Kak Yo yang tiba-tiba berada di sebelahnya.
"Ya ampun, Kak Yo! Ngagetin aja sih!"
"Ada apa sih? Ada masalah ya?"
Tanya Kak Yo lembut kepada adiknya itu.
"Hm..."
Sementara Fika cuma menundukkan kepalanya bertanda bahwa ada masalah di fikirannya.
"Udah cerita aja, mungkin kakak bisa bantu!"
Ucap Kak Yo dengan senang hati.
"Emang bener ya kak kalau kita benci banget sama seseorang malah menjadi suka?"
Tanya Fika lemas kepada kakaknya.
"Hm, sebenarnya itu cuma keyakinan orang-orang saja. Ada kok, sebagian orang menganggap itu benar, ada juga takdir mengatakan kalau itu salah. Jadi, sebaiknya kita nurut aja sama kata hati kita. Yang penting kita senantiasa berdoa dan berusaha semaksimal mungkin, itu akan menjadikan kita lebih baik."
Jawab Kak Yo panjang lebar kepada adiknya itu, dan Fika cuma melongo sambil meresapi kata-kata yang diucapkan kakaknya itu.
"Kalau takdir kita sama orang yang tidak kita cintai gimana, kak?"
Tanya Fika sekali lagi.
"Bahwasanya kita percaya saja bahwa takdir akan berakhir dengan baik. Mungkin, kalau kita benci banget sama seseorang, terus takdir mengatakan bahwa kita bersamannya, tuhan akan mengubah perasaan benci kita menjadi kasih sayang."
Jawab Kak Yo dengan senyuman yang berarti.
Fika merasa kagum dengan kakaknya itu, bisa dibilang bijak kalau soal menasihati orang lain.
"Yaudah, yuk! Sholat magrib dulu!"
Ajak Kak Yo yang sudah nendengar azan magrib di daerah sekitar perumahaannya.
"Siap, kak!"
Ucap Fika dengan senyuman semangat.
Hehehehehe ♥♥♥
Vote dan coment nya yaa...
(26)