"fa,kamu ga masuk kelas lagi?"suara lembut ebie dari ujung sambungan video itu
rifa mengeleng
ebie dan ebie sedang melakukan free call dengan mengunakan aplikasi video, ebie yang masih mengurus kepindahan dari sekolahnya di jakarta harus di rumahkan beberapa hari.
"kenapa?" tanya ebie
"kan udah ada eli,sigit dan febi" tambah ebie
"gaada kamu, ngapain aku di kelas" jawab rifa
"gaada aku bukan berarti kamu sendiri, kamu udah punya eli,sigit dan febi sekarang" ucap ebie
"pulang ke kelas gih, kelas kosong ga ada guru ko. seenganya disana kamu bisa ngobrol sama eli atau sigit atau febi" ucap ebie
rifa masih diam
"rifaa..." ucap ebie lembut
"aku gamau bie, gaada kamu disana" ucap rifa.
"fa, kamu pilih pulang ke kelas atau pilih aku marah nih?" tanya ebie
"emang berani marah sama aku?" tanya rifa
"berani kok, ngapain takut?" tanya ebie
"masa sih?" tanya rifa
"serius nih aku tanya sekali lagi. rifa, kamu mau balik ke kelas atau aku marah?" tanya ebie
rifa masih diam.
"oh, ga gerak berarti milih aku marah ya?" tanya ebie.
"okey." jawab ebie
dan
"tut..tut...tut..." sambungan videocall itu terputus
"lah... di matiin" ucap rifa lalu kembali mencoba menghubungi kembali.
"ish ga di angkat." ucap rifa geram karna sambungan terputus
sudah keempat kalinya rifa menghubungi kembali ebie tapi tidak di angkat lalu rifa mencoba mengirim febi pesan
"seriusan marah nih?" isi pesan rifa
tapi setelah menunggu beberapa lama pesan itu tak di balas oleh ebie hanya menyisakan tanda read di sana
"ish di read aja" rifa kembali mengirim pesan.
dan hanya menyisakan kembali tanda read
"bieee..." rifa kembali mengirim pesan
lama rifa menunggu balasan namun tak kunjung di balas oleh ebie, dan rifa mulai tersadar ebie benar-benar marah.
"okey, aku balik ke kelas ini, gausah marah-marah. bales chat aku" rifa kembali mengirim pesan pada ebie dan turun ke area kelas
di kelas dengan wajah sedikit cemberut rifa kembali duduk dan merebahkan kepala menatap tembok, eli yang menyadari ada raut wajah berbeda dari rifa segera berbalik badan dan melihat rifa
"kenapa?" tanya eli pada febi yang duduk di samping rifa
"gak tau tuh, balik balik manyun mukanya" ucap febi
rifa tetap tak mengubris pertanyaan eli, dirinya masih menatap roomchat yang hanya terlihat tanda read dari ebie.
ting
sebuah pesan masuk ke room chat yang masih di tatap rifa
"bohong" isi pesan ebie
mendapat belasan singkat dan ketidak percayaan ebie, rifa segera duduk di bangkunya dengan benar lalu menghempaskan smartphonenya. membuat eli sigit dan febi menatap aneh rifa
"adik elo jahat banget" ucap rifa pada febi.
febi yang awalnya menatap aneh rifa segera menatap rifa dan tertawa terbahak-bahak
"baru sadar lo? haha, diapain sama ebie lo?" tanya febi
"dia marah, ga percaya gue dah balik ke kelas" ucap rifa
"elu sih, lagian males banget di dalem kelas jadikan ebie ga percaya" ucap eli
"elu mah bukan hibur gue" ucap rifa
"haha, hibur gimana? gue bukan badut" ucap eli.
"udah tuh mending lu suruh si febi bilang ke ebie lu beneran balik biar percaya" ucap sigit
"lah, iya ya bener juga" ucap eli
"pc ebie biar percaya" ucap rifa menatap febi memohon
febi terdiam sejenak manis sekali rifa jika sedang berada di mode seperti ini seolah kejudesan, kegalakan dan kearoganan miliknya hilang begitu saja.
"pake tolong dong" ucap eli
rifa menatap malas eli
"harus banget ya?" tanya rifa
"harus biar febi mau, cepet mau ga?" tanya sigit
rifa terdiam bibir bawahnya maju namun merasa membutuhkan bantuan febi rifa segera menatap mata febi dan berucap
"bii... tolong" ucap rifa sambil mengoyang goyang tangan febi
febi yang diberlakukan seperti itu oleh rifa hanya bisa diam karna menurut febi rifa begitu manis sekarang, pantas saja adiknya begitu mengebu gebu menceritakan kelucuan rifa kemarin dan ternyata itu memang benar adanya.
"bii, itu rifa" ucap sigit membuat febi tersadar
"eh apa?" tanya febi
"tolong pc ebie bilang gue dah balik ke kelas biar dia percaya bii" ucap rifa
"okey... okey... wait" ucap febi mengeluarkan smartphonenya lalu membuka aplikasi chat dengan sang adik.
febi mengetik beberapa kata lalu mengirimnya.
"dah tuh" ucap febi
rifa membaca isi pesan febi
"bie, rifa udah di kelas. bales pesannya jangan diemin dia kakak di ganguin nii" isi pesan itu
"dih, di ganguin apanya?" komen rifa
"itu lo ganguin gue" ucap febi
"guekan dah minta tolong" ucap rifa
"iya tapi gangu gue tau" ucap febi
eli dan sigit hanya diam melihat pertengkaran kedua orang itu
ditengah pertengkaran mereka sebuah balasan masuk ke roomchat febi
ting
"okey..." balasan singkat ebie membuat febi begitu tertawa renyah
"hahaha, sukurin di okey in doang" ucap febi memberi lihat room chatnya
"iih jahat banget sumpah auah kesel"ucap rifa lalu merebahkan diri kembali menatap tembok
febi eli dan sigit hanya bisa tertawa mesam baru kali ini mereka melihat sisi lucu rifa. tangan eli terulur lalu mengusap pucuk kepala rifa.
"ishh, pundungan" ucap eli
"bodo amat" jawab rifa di balik rebahannya.
di ujung sana di rumah dua lantai ebie hanya bisa tertawa pelan membayangkan reaksi rifa kala itu, jahat memang rasanya tapi itu yang terbaik untuk rifa setidaknya rifa mulai bisa membuka diri dengan kehadiran ke 3 temannya yang lain. ebie berharap ketiadaan ebie dikelas tidak membuat rifa merasa sendirian dan ebie mencoba membukakan hati rifa untuk menerima ke 3 temannya yang lain.
"anak bunda ko ketawa-ketawa sendiri aja?" tanya shani yang baru saja berjalan melangkah di belakang sofa santai yang ebie duduki.
"hehe, iya bunda. ebie lagi chatingan ini" ucap ebie
"sama siapa? uuh anak bunda punya temen chat sampe segitunya?" tanya shani yang kini duduk di samping ebie
"temen bunda, bunda baru beres masak ya?" tanya ebie mencoba mengalihkan pembicaraan
"iya nih, masih harum masakan ya? niatnya bunda mau mandi, tapi liat kamu senyum-senyum sendiri bunda jadi penasaran" ucap shani
"siapa sik temennya?" tanya shani mengintip smartphone ebie yang berada di tangganya
"iih bunda kepoo" ucap ebie mencoba menjauhkan smartphone miliknya dari tatapan sang bunda
"temen ko bunda... itu temen ebie..." ucap ebie
"iya deh temen ebie, bunda percaya... kapan kapan ajak temennya ke rumah, jangan diem di mobil kaya kemarin ga baik di liat tetangga" ucap bunda
ebie hanya terdiam ternyata bundanya melihat hal kemarin.
"bunda mau mandi dulu, kamu disini aja ya nonton tv." ucap shani setelah mengecup pucuk kepala ebie lalu beranjak pergi
"iya bunda" jawab ebie singkat.
"oh iya" shani berucap lalu menghentikan langkah
"sayang..." ucap shani
"iya bunda?" tanya ebie
"sekarang ayah kamu lagi urus kepindahan dari sekolah kamu di jakarta, lusa atau senin depan kamu baru bisa sekolah ya" ucap shani
"iya bunda, tapi... ebie sekolah dimana bunda?" tanya ebie
"ebie nanti tau sendiri, masih rahasia biar kejutan hehe" ucap shani sambil masuk ke dalam kamar utama di rumah itu
"ihh bunda... ko main rahasia rahasiaan si sama ebie?" tanya ebie beranjak dari duduknya dan mengejar sang bunda masuk ke dalam kamar utama
"kan biar jadi kejutan sayang" ucap shani
"tapi kan bunda, ebie penasaran" ucap ebie duduk di tempat tidur sang bunda dan menatap sang bunda yang sedang sibuk memilih baju di dalam lemari.
"ayah dan bunda tau ko apa yang kamu inginkan dan butuhkan bie, jadi jangan khawatir pasti gaakan mengecewakan" ucap shani berdiri di hadapan ebie lalu mengecup pucuk kepala sang gadis
"iya bunda..." ucap ebie menatap sang bunda
"euuh, anak bunda cantik banget sii, kenapa begitu mirip sama ayah? sampai bunda serasa jatuh cinta ke dua kalinya hmmm?" tanya shani mengusap pipi ebie
"kan bunda yang bikin ebie mana paham bunda" ucap ebie polos
shani terkekeh.
"anak bunda mulai dewasa ya hmm? mulai paham sama yang gituan?" tanya shani
"ebie kan udah besar bunda" ucap ebie
"iya sayang bunda tau, tapi mulai hari ini ceritakan semua ya jangan ada jarak di antara kita, bunda gamau anak gadis bunda satu-satunya ini kenapa kenapa" ucap shani
"tenang bunda... anak gadis bunda ini udah punya bodyguard pribadi bunda..." ucap ebie berbangga diri
"siapa?" tanya bunda
"kak febi dan ayah vino dong siapa lagi?" tanya ebie
shani terkekeh pelan lalu mengeleng
"iya sayang..." ucap shani mengusap pipi ebie
"bunda mau mandi, ebie masih mau disini?" tanya shani
"mau bunda... ebie mau minjam buku punya ayah, ebie bosen" ucap ebie beranjak dari duduknya dan berjalan ke area rak buku milik sang ayah
"yaudah ambil aja yang mau ebie baca, bunda mandi ya sayang" ucap shani berjalan ke arah kamar mandi.
"iya bundaa..." jawab ebie.