Selepas dzuhur Riza pergi ke dalem. Dalem adalah istilah dari rumah para kiai di pesantren. Rumahnya nampak sepi, serasa tidak ada kehidupan di dalam, namun Riza menguatkan tekadnya untuk tetap menemui Kiai Hasyim dan menyampaikan randown acara dan teknis OSABAR.
"Assalamu'alaikum" dengan pelan ia mulai berucap salam, meski diliputi rasa takut, karena tak ada sautan dari dalam rumah, salam kedua pun ia ucapkan tapi tak kunjung ada yang menanggapi salam yang ia lontarkan.
"Assalamu'alaikum" dengan rasa was-was ia mulai ucapkan salam ke tiga, beberapa saat kemudian terdengar suara kaki yang mulai melangkah ke arahnya.
"Walaikumsalam" tanggap suara di dalam sembari membukakan pintu.
" Ada yang bisa saya bantu" tanyak sosok yang membuka pintu tadi. Yang ia ketahui adalah Gus Aqil, yang pernah ngajar kitab setiap pagi.
" Saya ingin menemui KH Hasyim Tirmidzi, apakah beliau sedang dirumah" tanyaknya pelan-pelan dan tetap menundukkan kepalanya.
" Abah lagi ke Surabaya mbak, ada acara pengajian, mungkin ada pesan yang ingin dititipkan, nantik kalau Abah sudah datang saya sampaikan" ungkap laki-laki dengan suara khasnya pada riza
Riza bingung dan menimang-nimang tapi ia memutuskan untuk kembali lagi besok " tidak ada Gus, besok saya akan kembali lagi" putusnya sembari berpamitan.
" Kalau begitu saya pamit dulu Gus, assalamu'alaikum" setelah berpamitan ia langsung berbalik ingin lekas pergi dari tempat itu, karena saat ini ia diliputi rasa canggung, gak enak, karena sebelumnya ia belum pernah berkomunikasi dengan para Gus di pondoknya ini.
" Waalaikum salam" ucap Gus Aqil menanggapi salam tadi, tapi tak lama kemudian Gus Aqil memanggilnya.
" mbak,,, mbak tunggu dulu, mbak namanya siapa ya" tanyak Gus Aqil yang mulai penasaran.
Riza menoleh lalu berkata " saya Riza Gus, saya mewakili ustadzah Fatimah ingin bertemu Kiai,tapi gara-gara tidak ada, lebih baik saya kembali besok, kalau begitu saya pamit dulu gus" Riza berkata sambil dredeg, setelah itu ia meneruskan jalannya dengan sedikit cepat ke kamar. Gus Aqil mulai menerka-nerka.
" perasaan aku pernah liat gadis itu deh, dan juga tak asing dengan namanya, tapi dimana ya" ia bermonolog sambil berfikir.
"Oo iya gadis itu adalah gadis yang aku mimpikan setiap malam" ujarnya meyakininya.
"Apakah ini yang namanya jodoh" ia berkata pada diri sendiri.
Tak lama kemudian ada yang mengagetkannya dari belakang.
" Hey, ngelamun aja kerjaannya, mentang-mentang sudah lulus" ucap neng Syifa kakak perempuan,diantara kedua saudaranya Gus Aqil cendrung lebih dekat dengan neng Syifa.
" Ahhh mbak ngagetin aja,ku kira siapa tadi" ujarnya sambil kesal karena di kagetin neng Syifa.
" Hayoo, kamu kenapa kok tadi bicara sendiri, mbak denger kamu lagi bicarain jodoh" tanyak menuntut neng Syifa pada adik tersayangnya.
" Gak kok mbak paling salah denger" elak Gus Aqil kepada mbaknya.
" Udah deh dek, kamu itu gak pandai berbohong sama mbak, mbak tau kamu lagi memikirkan sesuatu, cerita dong, toh biasanya cerita" ungkap neng Syifa ingin mendengar keluh kesah sang adik.
" Bang fahmi, sama Fatih kemana mbak, kok aku gak liat Abang, dan aku rindu sama ponakanku yang satu itu" alihnya agar neng Syifa tidak membicarakannya lagi.
"Abang Mu lagi di teras depan, nemenin Fatih main" tuturnya.
" Adek samperin mereka dulu ya mbak, adek kangen Fatih" Gus Aqil mulai berjalan ke depan dengan sedikit berlari, neng Syifa geleng-geleng dengan tingkah adiknya itu.
" Assalamu'alaikum bang, Fatih" sambil salaman pada Gus Fahmi, dan nyamperin ponakannya yang lagi asyik main mobil-mobilan.
" Lagi ngapain ponakan om yang ganteng ini" tanyak Gus Aqil pada Fatih yang sedang asyik bermain, karena tak kunjung mendapatkan respon Gus aqil, ngambil mobil-mobilan yang di mainkan ponakannya.
"Ihh om, angan ambil obil-obilan Facih" ungkap Fatih dengan logatnya yang lucu sambil menunjukkan kekesalan dan wajah cemberutnya.
" Habis kamu gak nyautin salam om sih" Gus Aqil terkekeh melihat ponakannya itu.
"Amiiii, om Aqil nakal amiii" Gus Fatih berlari kepada bundanya yang baru keluar dari rumah dan melaporan Gus aqil bundanya.
" Adek, jangan jaili ponakan mu ini, kalau sudah nangis umi dan abunya yang repot" ujar neng Syifa pada Gus aqil.
" Hehehehe iya mbak, maaf, Aqil cuma bercanda, habis gemes sihh" sambil mencubit pipi tembem yang mulai memerah.
" Ommmmm" teriak Gus Fatih dengan mata yang mulai berkaca-kaca, Gus Aqil mulai berlari menghindari jiwiran mbak tersayangnya.
" Adek, awas ya kamu" ia mulai mengejar adiknya dan Gus Fahmi mengendong Gus Fatih, masuk ke dalam rumah.
Mohon maaf jika banyak typo ataupun banyak frase yang salah
Para readers Yang Budiman, ayo dong komentar, vote dan kalau bisa sihh follow akunku, biar aku tambah semangat nulis dan update kelanjutan ceritanya. Maaf yakkk kalau ceritanya GJ. Wkwkwkkw