"tuhan menciptakan mulut yang letaknya di depan. Tapi mengapa kebanyakan orang masi saja bicara di belakang? "
Risi reflek melepaskan pelukannya
"gila kali lo. Bisa jantungan gue"
"yang penting nyampe dengan selamat udah"
"tai, nih jaket lo"
"ris gen"
Panggilan itu terdengar dari arah belakang. Ternyata erza
Mereka berjalan beriringan
Risi mendahului karna kelasnya berbeda arah dengan ke 2 cowok di blakangnya itu
Gentral yang melihat gelagat erza yang sepertinya tak menuju kelas pun tau. Karna erza maju dan berjalan lagi beriringan dengan risi
Merasa tak terima ia pun juga mensejajarkan dengan risi dan erza
Mereka terus ber iringan sampai di perbelokan yang membedakan kelas pun tetap ber iringin
Risi yang heran pun bertanya
"Ngapain? "Alis risi terangkat
"kan gue ngater lu sampe kelas"
"udah si suka suka"
Ucapan berbeda namun bersamaan membuat risi mengkerutkan dahinya
"aneh"
"enak ya kak risi di kelilingin cogan"
"gue pengen jadi kak risi"
"omg kak risi makin cantik sumpah"
"kak risi aku tau aku jelek tapi jangan giniin aku. Kamu jahat"
"gila lo yo, kak risi itu calon gue"
"ih. Enak bat dah tuh risi"
"cabe muharan"
Kata kata terakhir itu membuat ke2 remaja yang ber iringan berhenti kecuali risi.
"siapa yang berani beraninya bilang kata barusan itu" tatapan tajam gentral menusuk satu satu orang yang sedang berada di koridor itu
"coba sini ulangin lagi yang brani ngomong gitu. " ujar erza tajam
Sekitika koridor hening
Se marah marahnya erza jika ia berada dengan sahabatnya ia tak pernah sampai begini
Erza orangnya humoris dan pecicilan tidak gampang marah
Namun sekarang? Masalah kecil seolah olah itu sangat mengusiknya
"GUE BILANG SIAPA YANG UDA BILANG KATA KATA TADI SINI NGOMONG DI DEPAN. JANGAN BRANI DI BLAKANG"
Bentakan itu membuat mati kutu orang yang sudah mengucapkan kata yang mengusik ke tiga remaja yang hendak lewat tersebut
"gen, za. Udah lah. Ini hampir bel"ujar risi untuk mencegah keributan
"gak gak bisa" ucapan yang sama dari dua orang yang berbeda
"oke gue lanjut" ujar risi tanpa ekspresi dan berlalu pergi
Erza dan gentral yang merasa jika di lanjutkan bukanlah hal yang menyenangkan pun menyusul risi agar jalan beriringan kembali
Erza langsung merangkul risi
Risi biasa aja. Karna emang ia menganggap erza hanya sahabat
Saat sampai di kelas 11 ipa 1 sudah banyak orang yang datang karna hampir bel
"belajar yang bener. Gue balik kelas" sebelum erza dan gentral meninggalkan risi,erza mengacak acak rambut risi
"apa lo za yang slama ini gue cari. Tapi kalo lo. Kenapa lo seolah baru kenal gue. Tapi kalo bukan, kenapa seolah olah lo ngejaga gue dengan segitunya" batin risi
Tanpa mereka sadari ada tatapan dari salah satu remaja yang ada di dalam kelas 11 ipa 1 menatap pemandangan tersebut dengan sorot terluka
"seharusnya gue yang ada di posisi itu" batin gentral kesal
*
"ini ada apaan lagi sih" batin risi kesal Karna tak habis habisnya bu felly menyuruhnya agar semakin dekat dengan gentral dan sekarang ia harus menemui guru itu di ruangannya bersama gentral
"duduk dulu"
"ada apa ya bu? " ujar risi to the poin
"ibu sudah menentukan drama yang akan kalian bawa yaitu aladin" ucapan penuh penekanan itu seolah tak menginginkan adanya protes dari ke 2 muridnya ini
"bu itu kan buat bocil" protes gentral
"aladin! karna yang saat ini ngetrend ya aladin"
"disney anjir. Yang bener aja " gumam risi
"udah pokoknya mulai besok kalian harus latian bareng yang lain. Kalo kalian punya waktu senggang kalian bisa latian ber2"
*
"kak celo becok kakak hayus kesini agi ya. Ici cendili kalo gaada kak celo(kak celo besok kakak harus kesini lagi ya. Ici sendiri kalo gaada kak celo)"ucap seorang balita umur 3 taun kepada orang di sebelahnya yang berumur 4 th
"ici gaucah hawatiy ya. celo kecini agi kok(ici gausah hawatir ya. Celo kesini lagi kok) "
"ka celo beso kecini api angan awa celi. Ici atut ama celi(ka celo besok kesini tapi jangan bawa celi. Ici takut sama celi)"
"iya ici. Celo kecini cendili(iya ici. Celo kesini sendiri)"
"dek dek. Bangun dek. Pindah gih ke kamar" irza yang melihat risi tidur di sofa dengan keringat dingin di dahinya mencoba membangunkan risi
Risi bangun dengan linglung
Ia. Tak pernah memimpikan barusan yang ada di mimpinya itu
Namun seakan mimpi itu kejadian yang benar benar nyata
Tapi ia sangat yakin bahwa mimpi itu tak pernah di alaminya
"siapa celo? " batinnya bertanya tanya
"eh bang dari mana? Mama juga mana? "
"biasa lah. Abis nongkrong. Oiya ini tadi mama wa gue katanya ke butiknya mau liat perkembangannya"
"oh gitu. "
Risi kembali merentangkan dirinya ke sofa yang ada di ruang keluarga.
Irza menyetel tv dan duduk di sofa sebelah sofa panjang dan lebar yang risi tempati
"aduhhh gabut gueeee" ujar risi sambil mengacak ngacak rambutnya
Irza mengubah ubah canelnya karna acara saat sore hari tidak ada yang menyenangkan
"huft. Yauda keluar yuk dek" irza menghela nafas berat
"mau kemana tapii"
"mall? "
"gak"
"time zone? "
"bosen"
"toko buku? "
"barusan beli di anter gentral"
"kemana dong " irza menjadi frustasi sendiri
"gatau lah"
"mending tidur dah" ujar irza sambil beranjak dari sofa yang di tempatinya
Risi berlari mengejarnya dan mengeret bajunya
"jangan ihh. Gue udah. Jalan jalan ayokk"
"ASTAGAAA" irza tak menyadari bahwa ia telah membentak risi
Risi perlahan melepaskan tangannya dari baju irza
Irza yang merasa bajunya tak di tarik lagi pun baru sadar
Ia memusatkan pandangannya pada adiknya
Risi menunduk
"dek. Hei. Maafin abang" irza menarik risi ke dalam dekapannya
Risi menggengkan kepalanya yang masi di dada bidang abangnya itu
"abang ga maksud" ia mengelus lembut seraya mengecup puncak kepala risi
risi menggeleng. Ia mencoba mendorong dada bidang irza agar terlepas dari pelukannya
Irza semakin mengeratkan pelukannya pada risi
"dek. Abang ga maksud. Maafin abang dong"
"GAMAU"
irza tetap memeluknya dan mengusap pucuk kepala risi
"maaf dong"
"GAMAU. SANA TIDUR"
"gajadi ngantuk nih. Soalnya gak tenang princes nya ngambek"
"BODO AMAT"
Irza terkekeh meskipun marah risi tetap menjawabnya
"maafin dong "
"GAMAU IH SANA DEH "
"yaudah abang traktir es grim nih lima"
"sepuluh"
"tujuh deh"
"sepuluh"
"iya iya sepuluh "
"yeye sayang abangg" risi membalas pelukan irza dengan erat lalu melepaskannya
"buset dah bisa kangker nih ntar (kantong kering) untung sayang " batin irza melihat risi yang loncat loncat
Saat sampai di kedai es krim pinggiran jalan risi langsung memeasan es krim apa yang dia mau
.
.
.
..
..