"Bunny?"
Sinb melirik pada Sowon, manatapnya dengan tatapan aneh sesaat setelah Sowon menyebut kata tersebut.
"Ah, Eunha? Ada apa kemari?" Sowon meralat ucapannya dengan cepat, pandanganya terarah pada Sinb.
Eunha masih berdiri dengan tatapan aneh dan juga heran pada dua orang didepannya, ia menaikan sebelah alisnya, seperti ingin meminta penjelasan tentang situasi yang terjadi saat ini.
Sowon kembali memfokuskan pandangannya pada Eunha, entah mengapa jantungnya jadi bekerja begitu cepat.
"Em.. Kalian ternyata cukup dekat ya?" Ucap Eunha kemudian, menatap lekat Sowon.
"A-aku ingin pergi dengan Sinb, aku mengantarnya ganti baju, tidak tidak, aku menunggunya ganti baju diruang tamu, iya iya itu.. K-kami memang sudah biasa seperti ini sejak semasa kuliah" Jawab Sowon, dalam hati ia mengutuk mengapa dirinya mengatakan semuanya secara detail dan menjadi gugup seperti ini.
Sinb dan Eunha menatapnya aneh, kenapa pria ini gugup, pikir mereka. Bertanya-tanya dengan pertanyaan yang berbeda dipikiran masing-masing.
"Hanya sebatas mengajari pelajaran ya? Tapi mengapa baru sekarang memberitahuku jika mereka sudah dekat seperti ini bahkan sejak kuliah?" batin Eunha.
"Bukankah ini sudah biasa? Jalan keluar bersamaku, mengapa harus dijelaskan pada dia?" Batin Sinb.
Pandangan Sowon terus berputar, mencari cara agar tak jatuh pada pandangan Sinb ataupun Eunha.
"Oke baiklah, karena kau teman dekat Sowon oppa, mari kita berkenalan lagi, karena aku ingin menjadi teman dekatmu juga" Ucap Eunha setelah sebelumnya menghembuskan nafas pelannya terlebih dahulu.
Sinb sedikit terkejut tapi ia mampu kembali mengontrol ekspresi dinginnya.
Mengapa harus berkenalan lagi, bahkan mereka sudah berkenalan sejak setahun yang lalu, meskipun hanya sebatas kenal dan tak ada interaksi apapun.
Sinb jadi teringat kembali saat pertama kali berkenalan dengan wanita bernama Jung Eunha ini, kejadiannya tak jauh berbeda seperti pertemuannya dengan Yuju, hanya saja saat itu Sinb tak sampai menangis didepan Sowon, ia hanya menunjukan kekecewaannya dan Sowon pun segera meminta maaf.
Tapi mengapa untuk kedua kalinya Sinb tak bisa menahannya, bahkan sampai saat ini ia tak tahu siapa gadis bernama Yuju itu, bahkan namanya.
Sementara itu, Sowon sedang menatap Eunha dengan was-was, entah mengapa perasaannya jadi tidak enak.
"Bolehkan oppa? Karena aku teman dekatmu juga, jadi aku ingin berteman dengan teman dekatmu yang lainnya?" Eunha tersenyum, menekan setiap kata teman dekat.
Sinb menatap heran, kata teman dekat membuatnya merasa aneh, ia berpikir dengan berbagai macam pertanyaan dikepalanya. Apakah Eunha sama dengannya, pikir Sinb.
Sowon membasahi bibirnya yang mengering. Sinb dan Eunha tentu berbeda dihidupnya, meskipun Eunha menganggap Sinb dan dia adalah sama, teman dekat Sowon.
Ia mengangguk pelan sebagai respon yang paling tepat atas situasi saat ini.
Tapi Sowon pikir mengapa ia harus gugup saat ini, saat Sinb dan Eunha bertemu, mungkin situasinya yang membuat ia gugup.
Sinb dan Eunha pernah berpapasan beberapa kali saat perawat mungil itu berkunjung kapartemen Sowon dan Sinb pun tahu sedekat apa Eunha dan Sowon, meskipun ia yakin tidak sedekat dirinya dengan Sowon oppanya itu.
Tapi satu hal yang membuat Sowon seperti ini adalah karena selama ini ia hanya mengatakan jika ia hanya mengajari Sinb belajar tak lebih dan sekarang ia baru saja mengatakan akan keluar bersama Sinb, tak mungkin ia mengelak dan mengatakan jika keluar untuk belajar karena ada Sinb disampingnya sekarang.
Ia menyesal tak memberi tahu sejak awal, entahlah ia takut memberi tahu Eunha jika dirinya dan Sinb dekat seperti mereka. Tentu ada beberapa hal yang ia tak akan beri tahu pada Eunha bahkan pada siapapun.
Ia takut Eunha marah setelah ini, karena beberapa alasan Eunha adalah wanita yang ia hormati dan hargai setelah Sinb, ia tak mau hubungan pertemanan mereka berakhir karena kesalahpahaman atas kurangnya komunikasi yang bahkan bisa disebut sebagai kebohongan Sowon terhadap Eunha. Sowon tak bisa menyepelekan hal ini.
"Baiklah, perkenalkan aku kembali, Jung Eunha. Semoga setelah ini kita semakin dekat ya.." Ucap Eunha, mengulurkan tanganya pada Sinb.
Sinb tersenyum kecil, membalas uluran tangan Eunha.
"Hwang Sinb" Jawabnya singkat, biar bagaimanapun perawat mungil ini adalah salah satu wanita yang Sinb kurang suka dalam hidupnya, tentu dengan Sowon sebagai alasan kuat dibalik kekurang sukaannya itu.
Mereka saling berjabat tangan, Sinb dengan wajah datarnya dan Eunha dengan senyum misteriusnya.
Sowon mengikuti arah pandangan Eunha, dan beberapa saat kemudian ia mengumpat.
"Ah sial!" Batin Sowon.
Dengan cepat Sowon melingkarkan satu tangannya dileher Sinb dan satu tangannya mengenggam tangan Eunha.
Mereka sudah terlanjur kenal dan tahu satu sama lain tentang posisinya dihidup Sowon, membuat mereka lebih akrab itu lebih baik, pikir Sowon.
"Kami ingin kesupermarket, mau ikut?" Tanya Sowon dan mendapat anggukan kecil dari Eunha.
Tidak mungkin Sowon meninggalkan Eunha ataupun membatalkan janjinya dengan Sinb, karena Eunha kemari pasti ingin bertemu dengannya.
Sinb dan Eunha menatap Sowon dengan tatapan anehnya, mereka pasrah ditarik oleh Sowon seperti ini.
•
•
•
•
•
"Yah!! Apa-apan kau? Mau korupsi? Aku kan sudah memberikan kupon diskonnya!!"
"Maaf nona, tapi diskon ini sudah tidak berlaku, karena sudah melampaui batas yang ditentukan, maka dari itu masa berlakunya habis lebih cepat"
Yuju menatap malas pegawai supermarket itu, ia bersikeras agar kupon diskonnya terpakai dan tidak terbuang sia-sia. Kertas kecil ini sangat berharga bagi anak magang seperti dirinya.
"Tidak! Ini tidak adil! Pokoknya ini harus bisa digunakan! Mengapa harus mencetak kupon lebih dari jumlah diskon yang tentukan! Ini salah toko kalian dan aku minta pertanggung jawabannya!"
Dua orang pegawai tersebut meringis, gadis ini memang cantik, tapi suara lantangnya saat marah seperti ini membuatnya jadi terlihat menyeramkan.
Saat salah seorang pegawai ingin memanggil petugas keamanan karena sudah tak mampu menghadapi gadis satu ini, datang seorang pria menghentikannya, ia pun kemudian menghampiri sumber keributan itu.
"Maaf, bukan bermaksud ikut campur, tapi sepertinya ini sudah menjadi keributan yang cukup membuat risih pelanggang lain, apakah ada yang bisa kubantu untuk menyelesaikannya?" Tanya pria tersebut.
Yuju menatap malas pada pria asing itu. Ia menunjuk pegawai toko dengan dagunya.
"Sebaiknya kau tanyakan pada dia" Jawab Yuju malas.
Salah satu pegawai supermartket itu pun mulai menjelaskan apa yang terjadi dan pria tersebut mengangguk paham.
Gadis ini tidak salah, hanya saja ia kurang tepat menggunakan kupon diskonnya dan pihak supermarket pun kurang memberi informasi terkait kupon tersebut, pikir pria itu.
"Yasudah, tidak usah diperpanjang, ini hanya kurangnya komunikasi antara pelayanan supermarket ini dengan pelanggan. Belanjaan nona ini biar aku yang bayar"
Yuju terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan pria asing ini. Yang benar saja, ia mau membayarkan belanjaan orang yang bahkan tak dikenalnya.
"Ah tidak usah, aku batalkan saja belanjaannya. Tidak usah repot-repot" Tolak Yuju alus.
Pria tersebut menggeleng pelan seraya mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya, lalu menyodorkannya pada pegawai toko tersebut.
Yuju menahan tangannya "Tidak usah. Aku serius" Ucapnya.
Pria itu tersenyum dan menghiraukan Yuju, lalu ia memberikan belanjaan Yuju yang sudah dibungkus oleh plastik.
"Ini ambil, tidak usah dipikirkan, aku tulus membantumu" Ucap pria itu.
Yuju tertegun, pria ini tampan dan juga baik hati.
"Terima kasih..." Ucap Yuju pelan.
"Sama-sama..."
Pria tersebut pun berlalu meninggalkan Yuju dan dengan cepat Yuju langsung mengejarnya.
"Hei tunggu! Siapa namamu?"
•
•
•
•
•
"Kalian tidak mau turun?"
Sowon menoleh pada Sinb dan Eunha yang duduk dibangku belakang, saling menolehkan kepalanya berlawanan kearah kaca mobil, duduk dengan jarak yang jauh dan tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
Sowon mendengus, mengapa ia sekarang terlihat seperti seorang sopir. Ia bahkan sekarang turun dan berniat membukakan pintu untuk mereka berdua.
"Sudah sampai, ayo turun.." Ucap Sowon seraya membukakan pintu untuk Eunha.
Eunha sedikit terkejut, membuat Sowon tersenyum sambil mengusap pucuk kepala bunnynya itu.
"Silahkan.." Sowon menarik tangan Eunha pelan.
Diperlakukan seperti putri kerajaan membuat wajah datar Eunha kembali mengembangkan senyum manisnya.
"Apa disini ada toilet umum?" Tanya Eunha kemudian merusak suasana romantis yang baru saja terjadi.
Sowon melongo "Oppa... ada tidak?" rengek Eunha, membuat Sowon tersadar kembali.
"Ah, ada. Supermarket ini menyediakan toilet umum, ada dibelakang" Jawab Sowon.
Eunha pun langsung berlari.
"Mau aku an-" Ucapan Sowon terpotong kala Eunha sudah berlari kencang dan menghilang dari pandangannya.
Ia menghembuskan nafasnya.
Sesaat kemudian ia menepuk keningnya kencang.
Bahkan ia melupakan jika masih ada Sinb didalam mobilnya, ia pun langsung berlari menuju sisi pintu mobil sebelahnya.
"Sinb.. Tidak mau turun?" Sowon membuka pintu mobil dan mendapati Sinb yang tengah menyandarkan kepalanya pada kursi mobil dengan telinga tersumpal earphone, gadis itu memejamkan matanya.
Sowon tersenyum tipis, ia kembali menutup pintu mobilnya dengan sangat pelan, lalu berlari menuju pintu sisi sebelahnya dan masuk, kemudian duduk disamping Sinb, tidak lupa ia kembali menutup pintu mobilnya.
Ia memandangi wajah Sinb yang kini tengah hanyut dalam alunan musik, begitu datar dan damai.
"Wajahnya itu benar-benar dingin.." Gumam Sowon pelan.
Sowon mendekatkan wajahnya perlahan dan bibirnya mendarat tepat dipipi Sinb, ia menempelkannya lama.
Sinb tak bergeming, sepertinya ia tak menyadari bibir lembab Sowon yang menempel dipipinya.
Tidak mendapatkan respon Sowon kembali melepaskan kecupannya, ia tersenyum sambil menggeleng, lalu ia kembali mendekatkan wajahnya.
"Emphh..." Sinb terkejut, kala bibir lembab nan hangat dengan tiba-tiba membungkam bibirnya.
Bibir itu mengunci bibirnya, bahkan sekarang ada tangan yang tengah menekan tengkuknya.
Ia membuka bola matanya dan mendapati pria tinggi yang amat dikenalnya tengah menciumnya dengan mata terbuka menatap lekat kedua bola matanya.
Sowon tersenyum disela-sela ciumannya, ia pun menggerakan bibirnya dan mulai melumat bibir mungil menggoda milik Sinb.
"Emhphhh..." Sinb membrontak, berusaha melepaskan tautan bibirnya, namun sayang, Sowon sudah mengunci tengkuk bahkan pinggangnya.
Sowon dengan rakusnya menghisap dan melumat bibir mungil Sinb, membuat suara decakan yang memenuhi seisi mobil, saliva mereka bersatu kala Sinb pasrah dan mulai membalas lumatan Sowon.
Sinb memejamkan matanya. Bibir Sowon memang yang terbaik dan ciumannya adalah yang terhebat, mampu menghanyutkan Sinb dalam manisnya ciuman yang memabukan ini.
Tangannya mengalung indah dileher Sowon, sesekali meremas ujung rambut Sowon saat pria jangkung itu menghisap kencang bibir atas dan bawahnya bergantian, menciptakan suara-suara persatuan bibir yang erotis.
"Emphhh.... Oppahh..."
"Sinbkuhh... Mmhh..." Racau Sowon, meloloskan lidahnya kedalam mulut Sinb, mengaikatkan pada lidah Sinb dan mengajaknya menari dengan saliva yang saling menyatu.
Telapak tangang besarnya sudah meremas-remas payudara kiri Sinb dengan tempo yang tak beraturan, kencang, pelan dan cepat. Membuat Sinb duduk dengan resah dan menggelinjang nikmat.
"Ahh... Emhh..."
Nafas Sinb memburu, tangannya tak bisa diam, meremas rambut Sowon berulang kali.
Sowon menurunkan bibirnya, menuju leher Sinb dengan perlahan.
Ia mengecup-ngecup pelan permukaan leher Sinb.
"Shhh..."
Lidah hangat Sowon terjulur membasahi leher Sinb dan bersiap meghisapnya.
"H-hentikan oppahh..."
Sinb mendorong keras kepala Sowon dengan tiba-tiba, membuat pria tinggi itu menghentikan aksinya.
Sowon terperanjat kaget dan langsung melebarkan matanya.
"A-ada Eunha unnie..." Ucap Sinb pelan dengan nafas memburunya.
Sowon langsung memejamkan matanya, ia bahkan lupa sedang dimana dan bersama siapa ia sekarang.
Ia lalu menghembuskan nafasnya kasar. Bagaimana bisa permainannya harus berhenti sampai sini dua kali dalam satu hari ini.
Sejujurnya ia bisa saja menidurkan Sinb dimanapun ketika ia sedang bergairah seperti ini namun itu jika ia sedang hanya berdua dengan Sinb, mengingat sekarang ada Eunha bersamanya.
Katakanlah ia pria mesum, tapi apakah pria mesum hanya bergairah sangat kuat dengan seorang wanita saja. Sinb memang kelemahan terbesar Sowon.
Sowon bangkit dan menjauh, lalu mengusap keringat disekitar pelipisnya seraya merapihkan rambutnya.
"Maaf..." Ucap Sowon pelan, mengusap keringat disekitar wajah Sinb, ia merapihkan rambut gadis itu dengan lembut.
Sinb mengangguk pelan, masih mengontrol nafasnya yang terengah.
"Ayo oppa kita keluar"
"Tunggu dulu!" Sowon menahan tangan Sinb.
Tangan satunya terulur mengambil syal yang ada dikursi samping pengemudi, ia sudah menyiapkannya bahkan sejak berangkat menuju supermarket ini. Untunglah ia selalu menyimpanya dibagasi mobilnya
"Pakai ini"
Sinb terlihat bingung kala Sowon menyodorkan syal berwarna abu-abu itu ketangannya.
"Pakai, ada tandaku disini" Sowon menunjuk leher Sinb.
Sinb pun langsung terkejut dibuatnya.
Sowon mengangguk pelan, mengerti apa yang sedang dipikirkan Sinb sekarang.
"Sini biar aku pakaikan"
Sowon memakaikam syal tersebut pada leher Sinb, sementara Sinb masih terlihat panik dalam diamnya.
"Tenang saja. Ada aku.." Ucap Sowon pelan, mengusap pipi Sinb lembut.
"Ayo. percayakan pada oppa.."
Sinb mengangguk pelan.
Mereka pun keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam supermarket dan berniat menyusul Eunha.
Saat akan sampai didepan pintu masuk, mereka melihat Eunha yang sudah berdiri disana.
Sowon langsung melepaskan gengamannya ditangan Sinb dan langsung berlari menghampiri Eunha.
"Sudah lama?" Tanya Sowon.
"Kenapa lama sekali?" Tanya Eunha balik.
"Ah itu, Sinb lambat sekali"
Eunha memicingkan matanya pada Sowon. Apakah sampai harus selama itu, pikirnya.
"Sinb cepat, kau lambat sekali" Teriak Sowon pada Sinb yang masih berjalan dengan santai.
Sinb memutar bola matanya malas.
"Kenapa dia pakai syal?" Tanya Eunha, memperhatikan Sinb yang tengah berjalan pelan menuju mereka berdua.
Sowon menghembuskan nafasnya lega. Untunglah Eunha tidak menanyakan sedang apa ia dan Sinb dimobil sampai lama seperti ini.
Ia menarik nafasnya pelan, sejujurnya ia tak tega melakukan ini pada Eunha, tapi Sinb juga lebih membutuhkannya saat ini dan ini kesalahannya juga.
"Ah itu, Sinb sedang alergi terhadap udara berdebu seperti ini, kulitnya akan memerah, maka dari itu aku memakaikannya syal agar tidak memerah semakin parah" Alibi Sowon.
Eunha hanya diam, tak menanggapi jawaban Sowon. Ia memperhatikan Sinb yang sudah hampir sampai, gadis itu memang mengenakan pakaian tertutup, tapi mengapa tak menggunakan masker, mungkin ia hanya alergi pada kulitnya tidak pernafasannya, pikir Eunha.
Sesaat kemudian ia pun menangguk pelan dan itu membuat Sowon menghembuskan nafasnya lega sambil tersenyum lebar.
"Nah ayo kita jalan, kita tinggalkan saja si Sinb lambat itu" Sowon merangkul bahu Eunha dan mengajaknya memasuki supermarket, tapi Eunha menahannya.
Sowon menoleh, menatap heran Eunha.
"Maaf oppa, tapi sepertinya aku tidak jadi ikut, aku lupa kalau aku ada acara keluarga dirumahku" Jawab Eunha.
Sowon terlihat kecewa, baru sebentar ia bertemu Eunha tapi perawat mungil itu sudah ingin meninggalkannya. Karena hari ini Sowon bahkan tak bertemu Eunha dirumah sakit dan itu membuatnya sedikit merindukan bunnynya itu.
"Ah baiklah..." Jawab Sowon pelan.
Eunha yang mengerti Sowon sedang kecewa padanya, menarik telapak tangan kanan Sowon, lalu diusapnya perlahan.
Mereka bahkan tak menyadari kehadiran Sinb yang kini tengah berdiri dibelakang mereka.
"Aku antar ya?"
Eunha menggeleng "Tidak usah oppa, aku sudah memesan taksi" Jawabnya tersenyum.
"Baiklah... Jika sudah sampai hubungi aku.."
Eunha menangguk pelan.
Sowon menatap Eunha lama, lalu ia mendekatkan wajahnya dan mencium kilat bibir Eunha.
"Oppa..." Ucap Eunha pelan, kedua pipinya sudah memerah sekarang, Sowon dengan lancangnya menciumnya ditempat umum dan itu membuat Eunha malu.
Sowon hanya tersenyum menatap Eunha yang jauh lebih pendek darinya, ia mengusap rambut Eunha lembut.
Sementara Eunha hanya diam dalam rasa malunya, ia melirik sekeliling, untunglah sepi bahkan Sinb sudah menghilang dari sana.
"Yasudah sana nanti terlambat, hati-hati dijalan"
Eunha menangguk pelan, ia pun berjalan menjauh dari Sowon sambil melambaikan tangannya.
Sowon ikut melambaikan tangannya, memperhatikan kepergian Eunha sampai ia benar-benar menghilang dari pandangannya.
Sowon pun hendak kembali masuk kedalam supermaket, lalu sesaat kemudian ia berhenti.
"Yatuhan, aku melupakan gadis dingin itu" Gumam Sowon.
"Aishh... Sepertinya umurku semakin menua, mengapa aku jadi mudah sekali lupa" Sowon berjalan masuk dengan cepat lalu mulai mencari keberadaan Sinb.
Ia pun mengelilingi seisi supermaket, tapi nihil, Sinb bahkan tak ada dimana pun.
"Aishh.. Dimana dia? Apakah dia pulang? ah tidak mungkin, pulang naik apa dia"
Sowon pun memutuskan untuk mencarinya lagi, memastikan apakah Sinb memang benar-benar sudah tidak ada disini.
Ia terus menjelajahi rak-rak tinggi itu seperti orang linglung, berharap menemukan Sinb disana.
"Sinb?" Panggil Sowon kemudian pada seseorang yang tengah berjalan dikoridor rak, tapi tunggu mengapa ia bersama seorang pria.
Mereka pun menoleh dan Sowon terkejut mendapati siapa pria itu.
Sudah beberapa bulan terakhir Sowon tidak bertatap wajah dengan pria itu, pria yang beberapa bulan terakhir ini juga selalu Sowon hindari, entahlah Sowon jadi merasa tidak nyaman atas kehadirannya semenjak Sinbnya jatuh ditangan pria itu.
"Sowon hyung?" Ucap Yerin, pria yang sedang bersama Sinb.
Ia tersenyum, lalu membungkuk hormat pada Sowon.
Sowon membalasnya dengan senyum kakunya. Mereka bahkan cukup dekat sebagai senior dan junior, tapi mengapa saat ini Sowon merasa canggung pada pria manis itu.
"Ah Yerin, apa kabar?" Tanya Sowon, sekedar mencari topik agar suasannya tak semakin canggung, meskipun itu hanya Sowon yang merasakannya.
"Baik. Sowon hyung bagaimana? Aku dengar karirmu semakin hebat ya hyung, selamat.."
"Ah tidak, itu biasa saja kok ha ha" Sowon tertawa hambar, tatapannya terus tertuju pada Sinb yang kini juga tengah menatapnya, tapi mengapa tatapannya dingin sekali, pikir Sowon.
"Kau rendah hati sekali hyung.." Yerin ikut terkekeh pelan, lalu ia menoleh pada Sinb.
"Sinb, kamu tidak mau menyapa Sowon hyung?" Tanya Yerin.
Sinb terperanjat, ia pun mengangguk pelan dan melambaikan tangannya pada Sowon.
"Hai Sowon oppa" Ucapnya singkat.
Pria ini bahkan tak tahu jika gadisnya datang kemari bersama Sowon. Melihat Sinb yang pura-pura baru bertemu dengannya hari ini membuat Sowon ikut dalam drama yang dibuat Sinb, ia mengangguk pelan sambil melambaikan tanganya pada gadis yang masih memakai syalnya itu.
"Sowon hyung sejujurnya aku ingin sekali mengobrol banyak, sudah lama aku tidak bertemu denganmu, tapi sepertinya tidak disini, aku ingin mengajak gadisku pergi dulu"
Yerin tersenyum, seakan menyatakan bahwa ia telah berhasil meluluhkan hati Sinb, gadis yang dulu selalu ia curhatkan pada Sowon dan Sowon pun sudah tahu sejak awal, karena yerin memberitahunya melalui pesan jika mereka telah resmi berpacaran.
Sowon mengangguk paham "Tentu, aku tunggu Yerin. Baiklah nikmati hari kalian, aku juga ingin pergi lagi" Sowon tersenyum lalu berjalan menjauh dari keduanya.
Sowon tak benar-benar pergi, ia berdiri dibelakang rak, memperhatikan kepergian Sinb dan Yerin, mereka begandengan tangan seperti pasangan yang sangat serasi, membuat Sowon tersenyum kecut.
"Ha ha, mengapa aku harus mengintip seperti ini?" Gumam Sowon tertawa hambar.
"Tidak penting" Ucapnya lalu berjalan meninggalkan supermarket itu.
Bertatap muka kembali setelah berbulan-bulan lamanya, bahkan hampir genap setahun ia tak bertemu dengan Yerin, membuat kenangannya dengan Yerin kembali terbuka.
Yerin dekat dengannya tak lama setelah Sowon dekat dengan Sinb, kedua juniornya itu satu angkatan dan bahkan sekelas, mereka juga menjadi teman dekat sejak pertengahan masuk kuliah, tapi mereka tidak tahu jika mereka berteman dekat dengan senior yang sama yaitu Sowon, tidak, dalam hal ini hanya Yerin yang tidak tahu, Sinb sudah tahu sejak masa kuliah jika Sowon dan Yerin berteman dekat.
Meskipun sekarang Yerin sudah tahu jika Sowon dan Sinb saling kenal, walaupun ia hanya tahu jika mereka berdua cukup dekat sebagai seorang senior dan junior seperti dirinya, bahkan Yerin tak tahu jika tempat tinggal mereka sekarang bersebelahan.
Sowon pun tahu jika Yerin mencintai Sinb bahkan semenjak awal pria itu dekat dengan Sinb, dia selalu bercerita dan meminta pendapat Sowon dan Sowon pun tahu Sinb selalu menyangkal perasaan Yerin meskipun tidak dengan cara yang kasar, Sowon tahu Sinb sangat keras terhadap perasaan Yerin bahkan pria-pria yang mendekatinya dan sampai sekarang ia tidak tahu apa yang membuat Sinb menjadi dingin seperti itu dengan pria lain.
Beruntung dirinya menjadi satu-satunya pria yang tidak diperlakukan seperti itu, meskipun ia masih sempat merasakan kedingingan dari seorang Hwang Sinb.
Tapi mengapa mengetahui fakta bahwa sekarang Sinb sudah luluh pada Yerin dan jatuh kepelukan pria itu, membuat Sowon merasa tak rela, entahlah ia hanya tak ingin ada Sowon kedua bagi Sinb, ia tak rela.
Bertemu lagi dengan Yerin, ia jadi kembali mengingat masa kuliahnya. Masa-masa kuliahnya bersama Sinb.
Saat itu seisi kampus tidak ada yang tahu tentang kedekatan Sinb dan Sowon karena mereka tidak menunjukan dan membeberkannya pada siapapun, kecuali Umji. Padahal saat masa kuliah Sowon adalah pria populer sejagat kampus dan Sinb pun adalah gadis populer sejagat kampus bahkan sampai sekarang.
Meskipun Sowon dan Sinb berinteraksi secara sembunyi-sembunyi dikampus, menjadi bebas ketika diluar area kampus dan hanya mereka yang tahu, itu adalah masa-masa terindah bagi Sowon dan itulah satu-satunya alasan yang membuat Sowon merindukan masa kuliahnya.
Tapi ia tak menyesal, karena sekarang Sinb bahkan menjadi tetangganya, adik kecilnya yang membuatnya tahu arti dari sebuah kenyamanan.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
TBC
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•