Duke Crown [VKOOK] [SLOWUPDAT...

By teko_panas17

236K 23.7K 758

---------------------- Bias cahaya lampu menerobos masuk kedalam retina mata seorang namja imut yang sudah te... More

Prolouge
day one
day two
day three
day four
day five
day six
day seven
day eight
day nine
Day ten
Day Eleven
Day Twelve
13
Day Thirteen
Day Fourteen
Day fifteen
Day sixteen
Day Seventeen
Day eighteen
Day Nineteen
Day Twenty
Day Twenty One
Day Twenty two
Day Twenty Three
Day Twenty Four
Day Twenty Five
Day Twenty Seven : Valley of Roses
NOT AN UPDATE, HIBURAN SELAMA MENUNGGU NEXT CHAPTER
Day Twenty Eight : The War 1
Day Twenty Eight : the War 2
Day Twenty Nine : the beginning
Day Thirty : A Mirror
Day Thirty One
Day Thirty Two: Closer

Day Twenty Six : Closer

4.2K 444 4
By teko_panas17


KIM TAEHYUNG
JEON JUNGKOOK
DUKE CROWN
M/T

---------------ENJOY----------------













































Cahaya bulan menyala terang bahkan mampu menembus tirai tipis yang tergantung indah pada Jendela besar kastil. Suasana hening menusuk tajam dan menyebar pada setiap celah sudut diantara perabot mahal. Seorang wanita cantik menatap kosong kearah tembok polos tanpa adanya pigura-pigura atau sebuah lukisan kuno. Beberapa benda terbuat dari bahan pecah belah kini berserakan dimana-mana, seolah badai baru saja menerjang mereka.

Jika bisa wanita cantik itu ingin sekali menangis keras, mengeluarkan seluruh beban yang bercokol dalam dada dan kepala nya. Ia adalah seorang ibu, dan bagaimana bisa ia merelakan salah satu anak nya untuk di korbankan hanya karena takdir telah menentukan, cuma ada satu posisi yang dapat dipertahankan.

Wanita itu meremat dress hitam nya sembari menutup kelopak mata. Bibir nya bergetar pelan, "ya,aku harus memilih salah satu nya malam ini" tutur nya lirih. Ia tak punya pilihan, seberapa besar usahanya melarikan diri dan membawa anak kembarnya pergi, ia tetap tidak akan lepas dari kewajiban tersebut. Wanita itu memantapkan hati, kemudian beranjak pergi untuk menemui sang Duke yang tak lain adalah pasangannya. Ia melangkah pelan seolah di kaki nya telah diberikan batu besar yang teramat berat.

Walau dengan kegelisahan dan beban berat yang seolah menimpa tubuh, wanita itu tetap memantapkan tekad nya untuk menemui sang Duke. Pintu besar dengan ukurian abstrak menjulang tinggi dihadapan nya, seolah berteriak datanglah padaku sekarang juga. Wanita itu berharap sebentar sembari menatap kaki nya yang tidak terbalut alas apapun. Goresan kaca telah mengering secepat hitungan Jam, tak terasa tadi ia sempat menginjak salah satu pecahan kaca di dalam kamar nya. Setelah itu ia kembali mendongak, menatap lekat-lekat pintu besar untuk menemui sang Duke. Kini ia tak bisa menyalahkan siapapun, bahkan sang mate tidak pantas untuk ia caci.

Gagang pintu tembaga itu ia tekan hingga terdengar engsel tua yang berderit menusuk telinga.  Pintu terbuka memperlihatkan pnampakan sebuah punggung luas yang bahkan dapat ia lihat ada beban yang sama beratnya dengan beban yang ia pikul.

Wanita itu tak perlu menyapa untuk membeberkan kedatangan nya kemari. Jarum jam sebentar lagi akan berhenti tepat pada garis utara yang artinya ia wajib menemui sang Duke dengan sebuah keputusan matang. Jari jemari nya ia pilin, langkah yang pertama akan ia ambil adalah meminta kepada sang Duke untuk berbicara pada 'tuan kegelapan' agar mempertimbangkan pengorbanan anak nya.

Namun, sang Duke lebih dahulu berbalik dengan wajah kosong dan pasrah, bisa wanita itu lihat senyum tipis dan kecut yang dibuat manis oleh nya. Rasa khawatir kalau permintaan nya akan ditolak tergambar jelas dimata sang wanita.

Sang Duke mendekat perlahan, terlihat anggun untuk ukuran seorang pria. Tapi itu memanglah sifat nya, mate nya yang selalu terlihat tenang dan berwibawa. "aku–

–aku tidak bisa mengabulkan nya Sora. Dia tidak pernah meberikan kesempatan pada siapapun. Aku tidak bisa melakukan apapun untuk ku pertimbangkan bersama nya" 

Pupus sudah harapan nya, tubuh wanita itu bergetar, raut pilu tak bisa disembunyikan dari wajah cantik itu. Jika bisa atau jika tahu akan seperti ini jadinya ia tak akan bersuka cita menunggu kelahiran anak kembarnya. Ia lah yang merasakan sulit nya mengandung dan membesarkan seorang bayi menjadi bocah kecil yang menggemaskan. Dan karena sebuah alasan membuatnya harus melepaskan salah satu nya, takdir yang telah ditentukan untuk putranya hanya ada satu lalu bagaimana dengan putranya yang lain?.

"Besok malam kita akan mempersiapkan altar nya, temuilah mereka Sora. Kau harus melihat mereka untuk terakhir kali, selamat malam"  sang Duke berlalu pergi meninggalkan wanita itu dengan kehancuran tak terelak. Wanita itu tersenyum miris sembari menunduk dalam, teriakan frustasi seolah tertahan diujung tenggorokan nya. Memasrahkan diri untuk melepas putra tercinta nya, lalu siapa diantara kedua nya yang akan ia selamatkan dari kekangan takdir menyakitkan?.

~

Jungkook berlari tak tentu arah, setiap ranting daun yang tumbuh rendah ia sibak tak perduli. Sesekali duri tajam mengenai wajah indah nya meninggalkan goresan luka panjang dengan darah segar. Nafas nya berhembus tak beraturan, semua pikiran negatif bercokol di dalam kepala nya dan membabat habis ketenangan. Menyisakan gelisah panjang yang tiada berujung, amanat untuk tenang sudah Jungkook lupakan.

Jelas saja, siapa yang tidak panik kalau sedang dikejar oleh makhluk aneh dan mengerikan. Belum lagi makhluk itu akan memakan jiwanya, bahkan Eomma nya memberitahu kalau makhluk itu sudah memburu dirinya sejak dalam kandungan sang Eomma.

Dengan kepanikan yang membumbung tinggi, dua dari delapan makhluk aneh itu mengejar di belakang. Sepasang mata Jungkook terbuka lebar untuk melihat jelas jalur hutan yang gelap gulita. Semakin Jungkook berlari masuk kedalam hutan, semakin cahaya tidak tertembus. Disini gelap dan benar-benar menghitam, Pemuda manis itu bahkan tidak sanggup melihat bayangan yang muncul dari pepohonan.

Merinding dan ketakutan, ia menciut saat mendengar suara tersebut seolah berada tepat dibelakang nya. Disela nafas nya yang tak beraturan, Jungkook berdoa dalam hati agar Tuhan mau menyelamatkan diri nya. Namun Jungkook seperti tersiram air es, meminta pada Tuhan saat status dirinya adalah mate dari seorang mahkluk yang sama hina nya dengan yang mengejarnya.

'Kookie pakai saja balok itu!, kita tidak punya pilihan lain'

Suara Eomma nya menggema di dalam kepala si manis. Jungkook sedikit merutuki diri karena melupakan benda kecil itu. Tangan Jungkook meraba-raba isi tas kecil nya, "sialan, dimana aku meletakkan nya" Jungkook mengumpat keras-keras. Ia sudah tak perduli lagi dengan manner baik, Jungkook dalam kesulitan jadi ia tidak terima protes, baik itu dari Eomma nya.

Kesal karena tidak bisa menggapai benda kecil tersebut mengharuskan Jungkook berhenti sejenak. Sementara mahkluk mengerikan itu mulai terlihat dari jarak lima meter. Sungguh, jika Jungkook lenyap di makan makhluk itu setidaknya biarkan ia membawa Taehyung kembali, melepaskan belenggu Eomma nya dan menguak misteri kehidupan nya. Ia tidak akan terbaring tenang jika tiga hal tersebut belum terpenuhi.

"Aku tidak bisa menemukan nya Eomma!" Jungkook terpekik panik membuat mahkluk itu berteriak nyaring. Sedangkan Jungkook tahu Eomma nya juga sedang panik, terbukti dari helaan nafas berat yang bisa ia dengar.

'Astaga Kook, coba cari dikantung celana mu!'

"Eoh, ya. maafkan aku, kookie lupa" lantas Jungkook merogoh saku celana, akhirnya menemukan balok kecil tersebut yang bersembunyi di saku kiri nya. Jungkook bergumam 'sialan', sadar dalam keadaan panik dia jadi bodoh. "Apa yang harus aku lakukan Eomma? Aku harus minta apa?"

'Yaampun nak, katakan saja kau ingin bertemu Taehyung. Kenapa dipersulit'

Jungkook menutup erat-erat kelopak matanya, ia berani bersumpah suara teriakan pilu dari mahkluk menjijikan itu seolah menusuk gendang telinga nya. Seperti mereka tengah berbisik tepat di telinga si Jeon. "Tolong bawa aku pada Taehyung!!" pinta Jungkook lirih, setelah itu ia menghilang bagai dihempas angin. Dua mahkluk aneh itu lagi-lagi berteriak nyaring namun lebih pilu karena buruan nya kabur tertelan hening. 
.
.
.
.

Suara ketukan pintu membuat pria tua tersebut tergesah membuka pintu kayu villa tua nya. Seseorang datang dengan jubah panjang berwarna hitam nyaris menutupi wajahnya. Pria tua tersebut mengernyit heran, ia tak pernah merasa berurusan dengan orang-orang penganut sekte. "Siapa?" tanya nya. Sedang si pelaku pengentukan masih enggan berbicara.

Namun, pria berjubah itu membuka tudung kepala nya sembari tersenyum tipis. Sang pria tua kehilangan kernyitan heran nya setelah tahu siapa yang sedang berkunjung ke villa tua milik nya. Ia tersenyum hangat, seolah baru saja menemui cucu yang telah lama tidak bertandang kerumah. "Astaga kenapa aku tidak mengenali mu?" ucapnya seraya melangkah maju dan memeluk tubuh pria berjubah. 

"Apa kabar kakek?" ia menyapa hangat, membalas usapan lembut tangan keriput itu pada punggung nya. Pria tua yang dipanggil kakek tergelak kecil, "aku baik nak, bagaimana denganmu?"

"Aku sangat baik, seperti apa yang kakek lihat" balas nya dengan seringai tipis yang nyaris tak terlihat. Namun, sang kakek tidaklah bodoh. Ia tahu niat pemuda yang pernah ia tampung dulu, tentu nya setelah mendengar penjelasan milik pemuda manis dengan mata bulat indah nya.

Tapi sang kakek tidak menampik ada rasa rindu dan bahagia yang terpancar dari pemuda berjubah hitam tersebut. Ia sadar, pemuda ini tidak lah sejahat yang ia kira. Firasat memberitahu bahwa pemuda yang masih berada dipelukan nya ini dituntut keadaan. Kenyataan menekan diri nya hingga jatuh ke sudut terdalam sebuah jurang yang kelam, gelap dan menyakitkan. Sebuah kekekahan ringan berasal dari pemuda tersebut membuat sang kakek lagi-lagi mengernyit.

"ada apa nak?" tukas nya heran.

"Kakek, sudah cukup membaca garis hidupku. Aku hanya ingin mengatakan selamat tinggal–





























–selamat tinggal untuk selama nya!"

Pemuda itu menusuk tepat jantung sang kakek menggunakan belati kaca yang di setiap garis tajam nya terdapat gerigi kecil seperti duri mawar dengan racun mematikan. Sang kakek terbelalak dengan darah yang menyembur dari mulut nya. "K-kkenapa? K-kkkau–"

"Selamat tinggal kakek, aku menyayangimu"
.
.
.
.

Seokjin meremat jari-jemari nya sesekali melirik pada pemuda pucat diseberang sofa tempat ia duduk. Namjoon belum juga datang menemui mereka, bahkan sudah setengah jam yang lalu suara ledakan itu terjadi. Sekarang ia dan Yoongi sedang menunggu Namjoon dan Jimin datang setelah tadi mencoba lari menuju kastil bagian sayap kiri kastil. Namun urung karena perkataan pemuda pucat di hadapan nya yang bilang bahwa bahaya tidak akan datang. Tapi Seokjin tidak setenang itu saat Namjoon belum juga datang untuk menemui mereka dan salju diluar seolah meronta-ronta akan ada pertumpahan darah yang mengotori mereka.

Sekali lagi Seokjin melirik pada Yoongi yang terlihat tenang seperti air. Yah, itu memanglah sifat nya, bawaan dari lahir mungkin. "Yoongi bisa kau tunggu aku?" celetuk Seokjin merebut atensi pemuda pucat yang tadinya memandangi perapian kosong tanpa kayu. Yoongi mengernyit bingung, "untuk apa? Kau mau kemana?" tanya nya sembari mendongak menatap Seokjin yang telah berdiri dari sofa. "Aku akan mencari Namjoon, kau tetaplah disini jangan pergi kemana-mana"

"Kenapa? Aku juga ingin mencari Jimin. Aku ingin melihat nya..."

Seokjin berkacak pinggang, mengusap kasar wajah tampan nya. Menggeleng pelan tanda penolakan, "tidak Yoon, kau harus tetap disini. Tunggulah Jimin aku akan memberitahu nya kalau kau ada disini–"

Pemuda pucat itu akan kembali membuka mulut untuk protes pada Seokjin. Namun urung saat dengan cepat Seokjin menyela,

"–tidak ada bantahan Yoongi tetap disini paham!"
.
.
.
.

Namjoon menyusuri tepian hutan yang membentang luas dihadapan kastil besar. Sepasang manik merah nya otomatis membesar saat melihat siluet bayangan sesorang dari balik pohon oak yang masih rimbun walau telah tertutup salju. Kecurigaan melanda dirinya bersama dengan suara halus yang dapat ia dengar. Namjoon melangkah mundur kemudian beregas pergi menuju ke dalam kastil. Mencari Seokjin yang eksistensi nya tak ia lihat sedari tadi.

Tiga meter lagi sampai Namjoon dapat menggapai gerbang belakang kastil, ia terhenti dengan tubuh yang terlempar tepat menabrak tembok pembatas. Tidak ada ringisan dan sakit punggung yang berarti, hanya terasa seperti pukulan kecil dari seorang wanita. Namjoon mendesis kesal, retina merah nya kembali membesar menembus hutan dengan jarak nyaris puluhan kilometer.

Sekelompok vampir berbaris rapih seolah tengah mempersiapkan kepungan mematikan untuk kastil nya. Tak perlu berjam-jam untuk tahu siapa yang datang dengan membawa kehancuran untuk Clan nya.

Namjoon segera bangkit dengan kedua tangan mengepal seolah memerintah tumpukan salju untuk melindungi nya. Ia perlahan-lahan mundur kembali menuju gerbang setinggi jejeran pohon hemlock yang tumbuh tepat dihadapan nya. Namjoon waspada serangan yang mungkin saja menuju ke arah nya. Dengan gesit ia buka gerbang hitam tersebut dan segera berlari cepat untuk mencari Jimin serta Seokjin.

----------------------------TBC-------------------------

Holla gaes syug update nya gk nyantai yaw, tunggu next chapter ya jgn lupa vote dan comment, ILY

Btw udh syug post ya gaes, yang kemaren minta sekuel silahkan cek akun :)))

Continue Reading

You'll Also Like

AZURA By Semesta

Fanfiction

263K 12.2K 24
Menceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendap...
100K 9.2K 40
Cerita fanfic ini akan fokus kepada kehidupan Hong Haein dan Baek Hyun Woo sebelum mereka menikah kembali, ketika menikah, dan setelah mereka menikah...
565K 59.9K 43
Bertransmigrasi menjadi ayah satu anak membuat Alga terkejut dengan takdirnya.
309K 28K 31
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...