Yuta memarkirkan motocross miliknya diarea parkir kampus. Sebelum masuk, ia membelokan spion motor honda beat disebelahnya untuk berkaca dikarenakan motornya tidak memiliki spion dan ia berdalih yakali motor cakep,gagah, nyeremin dipakein spion
Yaudah terserah situ aja -_-
Ia merapikan rambut merah nya, lalu meninggalkan area parkir dan tidak mengembalikan spion ke posisi semula.
Dasar bocah laknat!
Sebagian orang yang dilewatinya selalu menyapa yuta, gini-gini Yuta termasuk mahasiswa yang cukup populer mengingat dia adalah sang penakluk alias ketua perhimpunan mahasiswa pecinta alam atau yg disebut palawa.
anak unpad pasti hafal😁
Dikit-dikit nanjak gunung. Gunungnya Ansara juga sering ditanjakin tiap malem yHAAAA.
"Pagi kak yuta." Sapa salah satu adik tingkatnya.
"Kak Yuta ajakin aku mendaki dong."
"Mendaki hatinya Kak Yuta juga boleh."
Bisa aja ini bibit lontew. Yang disapa cuman cengar-cengir doang.
Setibanya diruang palawa, Yuta mengambil map berwarna kuning yang isinya daftar nama-nama mahasiswa baru yang ikut kegiatan pecinta alam, maklum sekarang kan tahun ajaran baru.
"Gila, banyak yang join nih bro." Celetuk Ten yang lagi duduk sambil sarapan nasi kuning.
"Oh iya atuh, pesona ketua kita gak ada yang nyaingin, liat tuh yang join anak cewek semua kebanyakan, mana cakep-cakep boa edann."
"Bisa aja lo pada, eh nanti simkasi udah pada dibikin kan? akhir bulan kita mau berangkat ke semeru." Yuta membolak-balikan kertas yang ia pegang.
"Udah gue siapin noh." Jaehyun meraih map berwarna biru di laci meja.
"Nanti tolong data siapa yang mau ikut." Titah Yuta.
"Iya kalem, eh punteun lur ini apa nih." Jaehyun memicingkan matanya, mempertegas penlihatannya ke leher Yuta.
"Wah inimah cupangan." Teriak Jaehyun hingga Ten yang lagi anteng makan langsung tersedak.
"Gandeng sia anying." Yuta mengibaskan tangan Jaehyun yang menyentuh lehernya.
"Masih sama Ansara?" Tanya Ten.
Yuta mendadak bego. "Masih apanya?"
"Pacaran lah." Potong Jaehyun.
"Di bilang gue cuman temenan sama dia." Jawab Yuta dengan nada pelan.
"Temen tapi nganu, udah stres lo berdua."
"Ya gimana, suka sama suka sih, kalo gue dikasih begitu ya gak bakal nolak lah, dia nya juga gak protes."
"Emang yuta mah gak pernah baleg pikirannya, pacarin bego! jangan cuman mau wik wik nya doang, tapi gak ada status." Ten melempar sendok plastik bekas sarapannya.
"Ya gue sih maunya gitu, cuman kan—"
"Cuman apa?" Jawab Ten juga Jaehyun dengan kompak.
"Bentar ada chat." Yuta membuka ponselnya yang sedari tadi bunyi notifikasi.
"Paling dari 'temennya'." Tegas Jaehyun menekankan kata temen.
"Iya dah si paling temen." Ujar Ten meledek Yuta.
Yuta tersenyum kecil, ia merasa bangga kalo sampe sekarang Ansara masih ketergantungan sama dia, ya walaupun cuman temen, tapi seenggaknya cewek itu selalu ada buat yuta disaat susah maupun seneng.
Padahal Yuta tuh ngarepnya Ansara mau jadi pacarnya, tapi ya gimana mending dipendem aja takutnya kalo Yuta jujur sama perasaannya yang ada Ansara malah ngejauh, mending dianggap temen tapi dia selalu didekatnya, pikirnya.
kesian prenjon :(
Toh selama ini, hubungan pertemanan dia sama Ansara adem ayem aja, paling cekcok masalah ganti posisi, rebutan sarimi dokdokder kalo enggak, berantem masalah cupangan doang.
"Jadi kangen gue." Desis Yuta.
"Kangen siapa lo?" Tanya Jaehyun yang mendengar.
"Eh? maksudnya kangen mamak gue yang di Jepang."
padahal mah boong.
"Gue kira kangen sama Ansara."
-
Ansara sebenernya mager banget, cuman tau diri tuh anak kan lagi nginep di mana, mau gak mau dia rapihin nih kamar nya si bujang.
Sisa cemilan, kaleng minuman sama rokok berserakan.
Eh? tapi sejak kapan Yuta ngerokok? perasaan di gak suka rokok, soalnya punya riwayat asma. Wah gak bener nih, nanti kalo ketemu pasti Ansara bakalan sumpelin kaos kaki biar gak ngerokok lagi.
Baru aja mau nyapu, ponsel nya berdering ada yang telepon kayaknya.
Pikirnya, paling juga si Atuy.
"woi gak ngampus lo?" Tanya seorang perempuan dari seberang panggilan.
Ternyata bukan Yuta, tapi Irene sahabatnya Ansara.
"Enggak sih, kenapa emang Rene?"
"Tumbenan banget, gue bete gak ada lo, lo dikosan kan? gue kesitu ya."
"Yah gue lagi ditempat Yuta sist, entar aja agak siangan deh ya. Gue yang nyamper lo." Ucap Ansara.
Irene mendecak. "Mantap-mantap mulu lo, jadian mah enggak. Yaudah ketemu jam 2 yaa."
"Oke, See you sistur."
Kemudian Irene memutuskan sambungan telepon.
Ansara malah jadi kepikiran, sebenernya dia kenapa sih ya? mau-mauan aja gitu sama Yuta, pacaran juga enggak, tapi hubungannya sama Yuta kayak udah kelewat batas.
Ya sebenernya siapa si yang berani nolak seorang Yuta Baskara Nakabangsat, eh salah Nakamoto maksudnya, dia manis, baik, cuman minus nya ya sangean doang.
Ansara juga kalo boleh jujur emang ada rasa nyaman sama dia, cuman kan mereka udah lama temenan masa Ansara suka sih, yang ada di ledekin abis-abisan sama oknum yang namanya Yuta itu.
"Naksir tuh sama Johnny atau gak Jaehyun kek, jangan sama Yuta." Ujar Ansara bermonolog sendiri sambil lanjut nyapuin kolong meja depan tv.
Setelah kelar semua kerjaan rumah tangga, ia lanjut buat ngebersihin diri dari sisa-sisa kemaksiatan yang diperbuat Yuta semalam dan juga tadi pagi.
Ansara mengambil handuk yang sering Yuta jemur didepan jendela lalu ngacir ke kamar mandi.
"Bismillahirohmanirohim, nawaitul gusla lirofil hadasi akbari fardhu lilahita'ala." Ucap Ansara sambil berdiri dibawah air shower.
Ah, akhirnya sisa-sisa kemaksiatan duniawi ini telah luntur.
"Neng! ini pesenan lo nih." Ansara mendengar ada yang teriak-teriak dari luar.
"Bentaran lagi mandi nih." Sahut Ansara.
Dia gak denger lagi ada yang teriak-teriak, tapi Ansara malah denger ada yang buka pintu kamar mandi.
"Kebiasaan kalo mandi gak pernah dikunci." Ansara pun terkejut pas Yuta nongol dari pintu.
Gak ada adab emang cucu adam satu ini.
"Ya lagian ga ada siapa-siapa, ngapain gue kunci." Jawab Ansara.
"Nanti kalo ada yang masuk gimana? ya kalo gue sih gapapa, nah kalo orang lain?" Omel Yuta sambil membuka kaos yang ia pakai.
"Mau ngapain lo?" Tanya Ansara sembari menutup dada telanjangnya, soalnya ini manusia otak selangkangan didepannya udah senyum-senyum mencurigakan.
"Mau bantuin lo bebersih badan." Bisik Yuta yang membuatnya merinding parah.
Yuta udah bertelanjang dada, nunjukin bisep sama empat kotak Abs di perutnya.
Sialan, kalo gini caranya Ansara mana bisa nolak. Kemudian Yuta menuangkan sabun cair ke tangannya, lalu ia usap ke bagian dada Ansara.
"Yuta, gue baru aja baca niat mandi junub." Pekik Ansara sambil merasakan sensasi hangat tangan kekarnya Yuta.
"Terus?"
"Jangan cabul dulu babi! gue mau pergi abis ini." Teriak Ansara.
"Mau kemana dih? gue juga baru nyampe sini." Tanya Yuta sambil memilin puting dadanya.
"Ahh, Ke—ketemu temen doang." Ansara memejamkan kedua matanya saat jari-jemari Yuta bermain di daerah dadanya.
"Cewek atau cowok?" Yuta mulai mencium leher Ansara.
"Posesif banget anjir kayak emak gue."
"Serius Neng."
"Sa—sama Irene."
"Oh yaudah, boleh keluar kalo sama Irene." Yuta kemudian membalik tubuh Ansara hingga menghadapnya lalu ia mencium bibir Ansara dengan brutal.
Ya udah, Ansara cuman bisa pasrah. Toh, kalo di lawan juga gak bakal mampu. Jadi, nikmatin aja deh.
-
"Ra, duit lo sama skincare besok aja, bokap gue transfernya besok." Ujar Yuta sambil memandang Ansara yang tengah menyisir rambut panjangnya.
"Gampang lah, yaudah gue cabut dulu ya, kasian Irene nungguin." Pamit Ansara.
"Ini nasi padang lo gimana nih? makan dulu mendingan." Yuta menunjuk plastik hitam pesanan Ansara.
"Buat lo aja deh, gue udah di tungguin irene nih."
"Sini dulu jir, buru-buru amat."
Ansara yang emang lagi buru-burur terpaksa nyamperin Yuta, lagi duduk di sofa sambil selonjoran. Rambutnya masih agak basah, gila bener-bener bikin Ansara jantungan aja sakin gantengnya.
"Kenapa sih?" Pekik Ansara.
Yuta menarik tangannya lalu menempelkan bibirnya di bibir Ansara.
"Sun dulu dong sayang." Ujar Yuta yang masih melumat bibirnya.
"Udah ya, gue pergi." Tangan Ansara malah ditahan sama dia.
"Apalagi sih Mansur?" Bentar lagi Yuta kena rasengan sama Ansara yang mukanya udah sepet banget.
Yuta menadahkan tangannya, lah minta duit nih anak?
"Salim dulu dong sama calon suami." Ucap Yuta.
"Suami pala bapak kau." Ansara mendecih tapi tetep nurutin, ia menyalimi tangannya, Yuta malah cengengesan ngeliat ekspresi Ansara yang ogah-ogahan.
"Hati-hati ya cinta, kalo ada yang genit dijalan telepon gue, biar gue kokop ubun-ubun nya." Sahut Yuta.
Bapak Atuy pas lagi baca chat si Neng di ruangan palawa.