Jangan Bilang Cinta

By rsaryani91

306K 19.8K 688

Seorang wanita bekerja di bidang kesehatan luar negeri berhasil menyembuhkan pria dari depresi berat karena p... More

Prolog
1. Pimpinan Gila
2. Pertemuan Pertama
3. Putus Asa
4. Awal Perubahan
5. Dimas Kembali
6. Dia Orang Baik
7. Ada Rasa
8. Pelukan Dimas
9. Tatapan Dimas
10. Senyuman Rania
11. Kekasihnya Rania
12. Jatuh Cinta
13. Cinta Yang Baru
14. Dimas Cemburu
15. Dimas Menyesal
16. Ungkapan Cinta
17. Cinta Harus Nyaman
18. Pesimis
19. Senyuman Candu
20. Hikmah Ketiduran
21. Minta Izin
22. Ketinggalan Pesawat
23. First Date
24. Imam Hidup Rania
25. Pelukan Binar
26. Cinta dan Percaya
27. Pertemuan
28. Buka Puasa
30. Mengejar Maaf
31. Dimas Hilang
32. Ide Aryn
33. Hari Raya di Jogja
34. Lamaran Dimas
35. Mundur Teratur
36. Keputusan Rania
37. Perjuangan Dimas
38. Kehilangan Rania
39. Bertemu Rania
40. Rencana Aryn
41. Harapan Baru
42. Kenyataan Lain
43. Ada Yang Kurang
44. Takdir Hidup
45 Rumit
46 Malam Sakral
47 Dimas Posesif
Raja Ampat

29. Pengertian

3.6K 338 8
By rsaryani91

"Kakak masih cinta sama Binar?"

"Ran, jangan buat aku tambah gak mood lagi, aku udah pernah menjawab pertanyaan itu."

"Tapi sikap Kakak yang tadi menunjukkan hal lain."

"Maksud kamu?"

"Kalau orang sudah tidak peduli lagi, ya udah gak usah peduli, gak perlu sampai marah. Aku rasa ketika seseorang bereaksi berlebihan malah akan semakin menunjukkan bahwa orang tersebut masih sangat berpengaruh ke kita."

Dimas menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Maksud kamu apa Ran? Bukan seperti itu perasaanku, kamu tahu kan Aku sudah sangat hancur lalu  dengan susah payah membuka lembaran baru melupakan masa lalu, tapi dengan entengnya dia kembali tanpa rasa bersalah. Menurutmu aku harus baik dan memaafkan dia? Kamu gak pernah diposisiku dan aku tidak sebaik kamu." Kata Dimas penuh amarah.

Rania hanya tersenyum getir, entah kenapa dia merasa sikap Dimas itu semakin menunjukkan kalau dia masih mencintai  Binar.

"Kak...aku tahu bagaimana hancurnya kamu saat itu, tapi apa kamu pikir dengan bersikap marah padanya dan menunjukkan betapa tersakitinya kamu karenanya bisa membuatnya menyadari kesalahannya? Enggak Kak, dia akan malah semakin yakin kalau dia masih sangat berpengaruh untukmu. Buktinya sedikit saja dia memancing, Kakak sudah sangat berlebihan."

"JADI MENURUTMU AKU SALAH? LALU APA YANG BENAR?" Kali ini Dimas menjawab dengan emosi dan suara keras. Rania cukup terkejut dengan perubahan sikap Dimas, selama ini setelah sembuh Dimas tidak pernah berbicara kasar padanya. Dia paham sekali kondisi Dimas, namun dia tetap wanita biasa yang tidak bisa menahan tangisnya ketika dibentak oleh kekasihnya sendiri. Sambil berlinang air mata, Rania masih mencoba berbicara dengan tenang.

"Sebaiknya Kakak tenangin diri dulu, aku pulang naik taksi." Rania pamit dan langsung keluar mobil.

Dimas terkejut dengan apa yang Rania lakukan, dia sangat merasa bersalah. Lalu dia mencoba keluar dan berlari mengejar Rania, namun Rania baru saja mendapatkan taksi. Kemudian dia memutuskan untuk pulang, mungkin benar apa kata Rania, dia harus menenangkan diri.

Di dalam taksi Rania sekuat tenaga menahan perasaannya, dia berusaha selalu memahami perasaan Dimas. Dia tahu betapa terpuruknya Dimas saat itu, tapi dia juga ingin Dimas segera melupakan dan bebas dari bayang-bayang masa lalunya.

Sepanjang perjalanan Dimas juga terus memikirkan Rania, dia sangat menyesal telah membentaknya. Setelah keadaan tenang, dia akan sesegera mungkin menemui kekasih hatinya.

Sesampainya di rumah, Dimas segera melaksanakan sholat, setelahnya dia berdoa untuk ketenangan hatinya. 

Malam Sudah sangat larut tetapi Dimas belum bisa tidur, dia masih sangat gelisah memikirkan Rania. Berulang kali dia menelpon Rania, tapi nomornya tidak aktif, sepertinya Rania sengaja mematikan hpnya. Aryn yang khawatir dengan keadaan Kakaknya, mencoba menemui Kakaknya.

"Kak Dimas udah tidur?" Tanya Aryn dari luar 

Dimas tidak menjawab, dia membuka pintu lalu kembali duduk di tepi tempat tidur.

"Kakak baik-baik saja?" Tanya Aryn ragu

Dimas hanya mengangguk dan tersenyum kaku. Keduanya langsung masuk dan saling bertukar pikiran, Dimas juga menceritakan betapa dia menyesal telah membentak Rania.

"Sebenarnya perasaan Kakak gimana sama wanita itu?"

"Binar?" Dimas memastikan dan Aryn hanya mengangguk

"Demi Allah Ryn, gak ada lagi perasaan apapun untuk dia, saat ini hanya Rania yang ada di hati Kakak."

"Aku tahu Kak, tapi bener apa kata Rania. Seharusnya Kakak gak usah berlebihan menanggapi dia, cukup buktikan kalau Kakak bisa lebih bahagia dengan orang lain yang lebih tulus. Dengan Kakak bersikap seperti di cafe tadi, aku rasa dia akan semakin merasa di atas angin."

Dimas hanya diam saja, Aryn yang paham Kakaknya sedang butuh waktu untuk sendiri segera meninggalkannya. Sesampainya di kamar, Aryn mencoba menghubungi Dita untuk menanyakan keadaan Rania.

Keesokkan harinya, Kantor masih libur, tapi Dita dan Sari masuk karena untuk petugas Klinik hanya libur satu hari. Rania tidak berencana kemanapun, dia memilih untuk merapikan barang-barangnya dan melanjutkan pekerjaan yang dia bawa pulang.

Di tengah aktifikasnya  Rania tersadar sejak semalam tidak mengaktifkan hpnya, lalu di mengaktifkan hpnya. Beberapa saat kemudian ada banyak notifikasi pesan dan panggilan yang masuk. Diantaranya ada pesan dari Ayahnya mengingatkan sahur, beberapa panggilan dari Ibu dan tentu saja selain itu ada puluhan panggilan dari Dimas. Kemudian Rania membalas pesan-pesan itu, kecuali pesan dari Dimas, dia merasa belum bisa berkomunikasi dengan Dimas.

Tetapi setelah lama berpikir, dia memutuskan untuk memghubungi Dimas. Baru nada dering kedua sudah terdengar jawaban dari Dimas. Awal mulanya dia masih enggan membahas masalah semalam, tapi dia merasa sudah cukup semalaman menghindari Dimas dan tidak ingin berlarut.Dimas meminta maaf dan sangat menyesal kesalahannya semalam, lama kelamaan keduanya mulai mencari. Rania meminta agar Dimas lebih bisa mengendalikan dirinya.

Dimas sangat lega dan bahagia mendengar tawa Rania dan sudah bisa memaafkan kesalahannya. Setelahnya Dimas mencari tempat makan yang menarik untuk berbuka puasa bareng Rania, dia sangat ingin mengganti acara kemarin yang sangat kacau karena kehadiran Binar. Saat ini dia berjanji, tidak akan memperdulikan lagi apapun yang Binar lakukan, dia sudah cukup gelisah gara-gara Binar Rania sampai tidak menghubunginya semalaman.
.

.

.

.

.

Pagi hari yang cerah di bulan puasa, Rania dan sahabatnya masih semangat melakukan aktifitas seperti biasa. Saat sampai kantor Rania langsung berkutat dengan komputernya. Banyak laporan dan program yang harus dia selesaikan sebelum libur Hari Raya. Di sela-sela kegiatannya, Rania mendapat pesan dari Dimas.

D: Sayang.. Lagi sibuk?

R: Lumayan Kak.. Gimana?

D: Nanti pulang aku antar ya, sekalian aku mau bilang sesuatu

R: Emang Kakak bisa pulang cepet?

D: Iya.. Nanti aku jelasin. Tunggu aja di taman yang deket klinik ya😘😘

R: Oke.. Siapp😍

Rania hanya senyum-senyum sendiri membaca pesan Dimas. Entah kenapa saat ini berkirim pesan saja bisa membuat mereka bahagia, karena memang kondisi pekerjaan mereka saat ini tidak memungkinkan untuk selalu bertemu. Rania segera melanjutkan pekerjaannya, dia sudah tidak sabar untuk segera menemui kekasih hatinya.

"Ran, proposal yang buka bersama dhuafa bisa selesai siang ini?" tanya Mita

"Tinggal dikit aja terus aku kasih ke Kak Mita. "

"Oke siap, kamu mah emang cepet kerjanya. Gak nyesel deh."

"Peres, ah!"

Rania segera menyelesaikan proposal kegiatan buka bersama dhuafa itu lalu menyerahkan ke Mita, dia semangat menyiapkan kegiatan ini karena memang dia sangat menyukai hal-hal sosial semacam ini. Setelah di rasa cukup, Rania segera bersiap untuk pulang, karena jam pulang kerja tinggal sebentar lagi. Sambil menunggu waktu pulang, Rania mengecek kembali pekerjaannya, hal itu selalu dilakukan Rania pada setiap pekerjaannya, dia tidak ingin pekerjaannya yang tidak beres dapat menyusahkan orang lain, maka tak heran jika dia mendapat predikat karyawan terbaik.

D: Sayang dimana?

Setelah membuka pesan Rania bergegas turun menemui Dimas.

"Maaf ya Kak.. Aku gak sadar udah jam pulang. Hehe" kata Rania sambil masuk ke mobil Dimas.

Dimas tersenyum sambil menggeleng tak mempermasalahkan hal kecil itu, lalu dia mengajak Rania buka puasa di sebuah restauran yang cukup mewah. Dimas sengaja tidak memberi tahu tujuannya karena Rania selalu menolak jika diajak ke tempat makan yang agak mahal. Bagi Rania makanan apa saja enak kalau pas lagi laper gak harus di tempat yang mewah. Namun kali ini sengaja Dimas membawanya ke sana karena ada sesuatu yang ingin Dimas sampaikan.

Kemudian Dimas menggandeng tangan Rania dan mengajaknya masuk. Dimas sudah memesan tempat untuk mereka, dan sengaja memilih tempat di luar dengan view laut di Malaysia. Sambil menunggu waktu buka puasa, Rania menuju tepi restoran agar bisa memandang laut dan senja lebih dekat.

"Kak bagus banget ya pemandangannya."

"Kamu suka, Ran?"

Gadis itu mengangguk beberapa kali seraya terus memandang keindahan alam di depan matanya. Angin laut yang berhembus juga menambah sensasi alami di tempat itu.

"anything for you, Sayang."

Rania tertawa sembari memukul lengan Dimas. Keduanya langsung sama-sama memandang lautan luas sambil bercerita hal-hal menyenangkan dan ketika itu Dimas berjalan ke belakang Rania, dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah liontin dengan simbol huruf DR dan berlian kecil di tengahnya. Dimas memakaikan liontin itu pada leher Rania.

"Kak, Ini cantik banget." Ucap Rania setelah sempat kaget dengan gerakan Dimas yang tiba-tiba. Dia langsung mengamati kalung cantik itu.

"Sesuai yang pakai." jawab Dimas sambil tersenyum.

"Makasih ya Kak, aku suka." ucap Rania sambil memeluk tangan Dimas yang kini sudah di sampingnya.

"Sama-sama sayang. Ngomong-ngomong kita dosa nggak sih, puasa-puasa begini malah pelukan?"

Reflek Rania langsung melepas pelukannya dan memukul lengan Dimas lagi. Keduanya langsung tertawa dan beristighfar, saling menyalahkan seperti anak kecil. Kemudian keduanya kembali ke meja yang sudah dipesan karena waktu berbuka puasa telah tiba.

Di tengah-tengah acara makan, Dimas memberitahu sesuatu bahwa dia akan ada perjalanan dinas ke Singapore selama tiga hari bersama jajaran manajemen kantor dan tentu saja ada Binar yang ikut serta. Rania yang mendengar nama Binar tidak begitu terkejut, dia sudah siap karena Dimas dan Binar adalah jajaran pemimpin jadi sewaktu-waktu hal ini pasti akan terjadi.

"Iya Kak, gak apa-apa kok."

"Boleh Sayang?"

Rania hanya tertawa geli mendengar pertanyaan Dimas. "Pertanyaanya aneh, kan itu urusan pekerjaan, dan kita udah janji kan kalau harus tetap profesional. Aku percaya kok sama Kakak."

"Makasih Sayang, buat semua pengertian kamu."

Setelah menyelesaikan makannya, Rania dan Dimas lalu menuju mushola yang ada di restoran itu untuk sholat. Selesai sholat Dimas mengantar Rania ke asrama. Dia sudah merasa lega karena sudah menyampaikan perihal kepergiannya ke Singapore. Dimas sangat bersyukur karena memiliki kekasih yang sangat memahami kondisinya. 

Continue Reading

You'll Also Like

15.4M 182K 31
" Aku bisa membantumu, tapi dengan satu syarat. " Harva " Mm..Apa syaratnya? " Nesha " Layani aku setiap aku mau dan selama masa kuliah kita. " Harva...
13.1M 1.4M 69
(SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA) Agatha terpaksa tinggal bersama Raka. murid paling teladan dan juga kebanggaan di sekolah. Manusia sedingin es y...
ZiAron [END] By ✧

Teen Fiction

7.8M 735K 69
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN PART DI PRIVAT ACAK. TERIMAKASIH] _________________________________________________ (16+) Hanya kisah kedua pasang...
6.4M 717K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...