Kamu Pilihan Allah

By Resioktariani

438K 19.4K 640

Cerita Sudah tamat (Maret 2020) Ketika hati telah memiliki pilihan sendiri, namun Allah menghadirkan orang la... More

Bismillahirahmanirahim
1. Awal semuanya
2. Menantu pesantren
3. Bicara
4. Waktu Subuh
5. Pergi tanpa pamit
6. Tragedi Memalukan
8. Terima kasih sudah mendengarkan
9. Hati yang bergetar
10. Gelisah
11. Keluarga Nabila
12. Nikahan Mantan
No Up
13. Cafe
13. Cemburu kah?
14. Tentang Halimah
15. Kalut
16. Memilih
17. Gangguan dari Mantan.
18. Nge-date
19. Belajar Mandiri
20. Lebih milih Kamu
21. Sweet
22. Beruntungnya Aku
23. Bersabar
24. Kamu pilihan Allah
25. Hadiah Pernikahan?
26. Maafkan Papa
27. Keadaan yang mulai membaik
28. Wanita lain
29. Haruskah Perceraian
30. sedih atau bahagia?
Curhat 📣
31. Sedikit Rumit
32. Istana Kita
33. Menjenguk Halimah
34. Masalah baru kah?
35. Harusnya Jujur
36. Manusia biasa
37. Kembali tenang
38. Tak sesuai rencana
39. Mengikhlaskan kepergiannya
40. Akhir semuanya
41. Izinkan aku mencintaimu
Extra Part
XXX
😭😭😭

7.

10.8K 524 6
By Resioktariani

"Nabila, ayo!" Teriak Nuga.

"Iya sabar!" balasnya.

Nuga berjalan ke arah motornya, mengenakan helm dan menghidupkan mesin motor.

"Ayo berangkat," ucap Nabila yang sudah duduk di belakang.

Nuga yang kaget segera melirik ke belakang.

"Astagfirullah istriku, dimana hijabmu?" tanyanya yang langsung turun dari motor.

Nabila melihat dirinya dan meraba kepalanya. Dia menatap Nuga dengan kaget dan langsung turun dari motor.

"Di kamar," ucapnya.

Wanita itu langsung lari masuk ke dalam kamar. Bisa-bisa dia lupa mengenakan jilbab. Nabila keluar dengan jilbab pashminanya yang dililit secara sembarang. Ia tersenyum canggung ke arah Nuga yang menunggu.

"Sorry belum biasa," ucapnya.

"Jadi, kemarin waktu ke tempat temen kamu. Kamu pakai jilbab nggak?" tanya Nuga.

"Enggak," jawab Nabila jujur.

"Lagian gue belum biasa. Masih belajar juga," sambungnya.

Nuga tidak memberikan respon apapun. Ia hanya menatap Nabila dengan lama dan tatapan itu membuat Nabila merasa tidak nyaman.

"Ah, udahlah. Keburu siang, ayo," ucap Nabila yang langsung duduk di atas motor.

"Makasih karena udah mau nutup auratnya," ucap Nuga menekuk pelan kepala Nabila lalu naik ke atas motor.

Sentuhan lembut itu entah kenapa membuat jantung Nabila berdebar. Dia juga sedikit tersenyum, padahal itu hanya sebuah tepukan pelan di kepalanya.

Mesin motor menyala, mereka keluar dari area pesantren menuju ke toko Mabel untuk mencari ranjang baru. Matahari pagi menyinari mereka, di kiri dan kanan ada persawahan yang luas. Banyak orang yang lalu lalang juga. Ternyata udara pagi disini benar-benar senjuk, bahkan embun masih menyentuh kulit dikala jam delapan pagi.

Motor mereka memasuki area pasar. Berhenti di sebuah toko Mebel dan membeli apa yang diperlukan.

"Permisi, Pak Assalamualaikum," ucap Nuga.

"Wa'alaikumsalam. Nyari apa, Mas?" tanya pemilik toko.

"Kita mau nyari ranjang untuk ukuran dua kasur dalam satu ranjang. Ukuran kasurnya enggak besar, enggak kecil juga. Kalau untuk dua orang lumayan sempit tapi nggak sempit banget," ucap Nuga.

"Waduh, saya juga bingung kalau gitu."

"Kayaknya yang ini deh besarnya sama kayak kasur kita," ucap Nabila menunjuk dipan yang ada di depannya.

"Oh, ini ukuran 160x200 Mas, Mbak. Terbuat dari kayu jati asli, dipahat dengan sepenuh hati," ucap sang pemilik.

"Berapa duit, Pak."

"Murah aja, Mbak. Harganya Rp. 3.800.000."

"Ngga bisa turun dikit, Pak?" tanya Nuga.

"Enggak bisa, Mas. Kayu jati ini, bahannya bagus," ucap si penjual.

"3,8 ini langsung ongkos kirimnya juga?" tanya Nabila.

"Kalau duit jalan tambah Rp. 450.000 lah, Mbak. Jadi totalnya Rp. 4.250.000," ucap pemilik toko.

"Mahal banget. Katanya Ummi ini tempat langganan pondok. Masa kita enggak di kasih korting. Rp. 4.000.000 aja ya, Pak," tawar Nabila.

"Emangnya Mbak sama Masnya dari pondok Al-Fattah?" tanya Orang itu.

"Iya. Saya mantu Ummi dan ini anaknya," jawab Nabila menepuk bahu Nuga.

"Owalah. Kenapa enggak bilang, ya udah boleh. Rp. 3.950.000 aja," ucap Bapak itu.

"Loh, memang enggak rugi, Pak. Itu banyak banget turunnya," ucap Nabila.

"Enggak apa-apa. Potongan harga buat pengantin baru," ucap Bapak itu.

Keduanya saling memandang, meski pernikahan mereka tidak dirayakan besar. Sepertinya penduduk kampung yang ada disini tahu akan pernikahan mereka. Semoga saja tidak ada yang bertanya-tanya kenapa mereka menikah.

***

Keduanya sekarang tengah berbenah. Membuang ranjang yang lama dan memasukkan ranjang baru. Ummi dan Abi juga ikut serta membantu. Ketika ranjang baru sudah masuk ke kamar dan ditimpa oleh kasur, Ummi mencoba menendang kaki ranjang itu. Dia juga duduk disana untuk memastikan ke kokohan benda ini.

"Aman, Bi," ucap Ummi kepada suaminya seraya mengacungkan jempol.

"Siap tempur berarti, hahah," goda Abi.

Nabila membulatkan matanya ketika mendengar itu. Sudah dapat dipastikan jika Abi dan Ummi memikirkan sesuatu yang sebenarnya kejadian itu tidak pernah terjadi diantara mereka.

Keduanya pergi setelah memastikan tempat tidur Nuga dan Nabila aman. Tidak lupa Abi menepuk pundak anaknya dengan senyum jahil. Nabila tidak melihatnya, ia langsung berjalan  ke arah kasur dan duduk disana. Meski kasurnya sama tapi ada yang beda. Ranjang terlihat mantap dan tidak bergeser bahkan tidak mengeluarkan suara decitan saat dinaiki.

"Kenapa enggak dari kemarin aja ranjangnya di ganti. Lebih nyaman kalau di tempati," ucap Nabila.

"Sebetulnya sudah mau saya ganti. Tapi nunggu saya menikah dan ya, sekarang udah ganti," ucap Nuga.

"Ah, itu juga kalau enggak ambruk ranjangnya," cela Nabila.

"Maaf, deh kalau udah buat kamu enggak nyaman," ucap Nuga yang menyusul duduk di samping Nabila.

Nabila menjaga jarak ketika suaminya mendekat. Ia masih sedikit marah karena kejadian tadi malam. Nuga tahu dan dia hanya tersenyum, tidak banyak yang dibicarakan lelaki itu.

Tok! Tok!

Pintu kamar mereka diketuk, Marwah berdiri di ambang pintu.

"Kak, Nabila. Jadi enggak?" tanya gadis belia itu.

"Oh, udah jam sepuluh?" tanyanya. " Kamu tunggu di luar dulu, ya Wa," sambung Nabila.

"Oke," jawabnya dengan menyatukan ibu jari dan telunjuk.

"Mau kemana?" tanya Nuga.

"Ke Gramedia. Marwah minta temenin buat beli buku sekalian mau beli jilbab lagi," jawab Nabila.

"Kenapa kamu tiba-tiba pakai jilbab?" tanya Nuga karena dia belum meminta Nabila mengenakan hijab. Seperti yang diketahuinya bahwa Nabila adalah wanita yang belum  berhijab ketika mereka bertemu pertama kali.

"Gue menantu orang penting di pondok ini dan gue tinggal di daerah pesantren. Apa pandangan anak santri disini kalau tahu menantu ustad dan ustadzahnya kayak gue," jawab Nabila.

"Ya udah gue berangkat dulu, ya. Takut pulangnya ke malaman," ucap Nabila.

"Catat nomor saya," ucap Nuga.

"Ha?"

Nuga tidak banyak bicara, ia segara meraih ponsel yang ada di genggaman istrinya. Mengetik sesuatu yang disana.

"Ini nomor saya, kalau ada apa-apa langsung telpon," ucapnya.

"Oke."

Nabila berdiri setelah mendapatkan izin dari Nuga. Ia meraih tangan Nuga dan mencium punggung tangannya. Ia mendapatkan saran ini dari Eriska kemarin. Jika mau kemana-mana harus mencium tangan suami.

"Assalamualaikum," ucap Nabila.

"Wa'alaikumsalam."

***

Nabila berkeliling mengikuti Marwah yang sedang memilih buku. Dia hanya melihat buku lalui menaruhnya lagi, belum ada buku yang bisa menarik mata dan hatinya. Sedangkan Marwah, dia sangat antusias memilih buku, baik itu buku tentang ilmu-ilmu tafsir, fiqih, novel, komik dan buku persiapan ujian akhir sekolah.

"Ini buku mau kamu baca semua, dek?" tanya Nabila yng melihat bawaan Marwah.

"Titipan temen, Kak. Marwah buat Jastip, hehehe," ucapnya.

"Kenapa mereka enggak beli sendiri?" tanya Nabila.

"Kan kita enggak segampang itu kak keluar masuk pondok apalagi cuma beli novel dan komik kayak gini. Padahal ini hiburan kita sebagai anak pondok karena enggak pegang handphone," jawab Marwah.

"Oh, jadi di pondok mereka enggak pegang handphone?" tanya Nabila yang tidak tahu.

"Iya. Kan kebanyakan belajar, hafalan, sekolah, setor hafalan lagi. Jadi ngga dibolehin pegang hp, takut nggak fokus."

"Kalau kamu sendiri?" tanya Nabila.

"Sama, Abi sama Ummi belum beliin Marwah handphone. Jadi kalau ada tugas yang berhubungan sama handphone, ya pinjem sama Ummi dan Abi," ucap Marwah.

Mereka berjalan ke arah kasur untuk membayar belanjaan Marwah.

"Totalnya Rp 1.128.000," ucap kasir.

"Biar Kakak aja," ucap Nabila.

"Eh, enggak usah kak," tolak Marwah.

"Enggak apa-apa," jawabnya.

Mereka keluar dengan membawa satu bag besar berisi buku tebal dan tipis. Ternyata 50 buku itu sangat berat sekali. Mereka melanjutkan perjalanan dan berhenti di sebuah kedai roti untuk mengganjal perut.

"Habis dari sini mampir ke Masjid, ya Kak. Mau shalat," ucap Marwah.

"Iya."

Usai menyelesaikan makan siang, Nabila memesan beberapa roti untuk dibawa pulang sebagai buah tangan. Ketika mereka hendak keluar dari kedai roti, langkah Nabila berhenti ketika berpapasan dengan orang yang membuat dunianya berubah.

"Nabila," panggil lelaki itu.

________________________

Bersambung ...

Terima kasih sudah membaca cerita "Kamu Pilihan Allah."
Jangan lupa Vote dan coment, ya.
Jazakumullah ya khair

Tertanda

Resi Oktariani
(Author)

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 201K 53
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
4.8M 223K 63
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
385K 33.9K 40
SEASON 2 DARI GAVYA PAVITRA Area 🔞(18+) Tidak ada deskripsi langsung baca saja. apabila tidak sesuai bisa langsung di skip. jangan meninggalkan kom...
643K 4.9K 22
WARNING 21+ **** Jeriko mesum, Jeriko sangean, Jeriko nafsuan. Jeriko sudah memiliki lebel yang sangat buruk dalam otak Keyna. Tapi, kenyataan dunia...