Happy Reading
💕
💕
💕
Seketika aula menjadi geger melihat Seokin yang tiba-tiba menangis.
"Jin, apa yang terjadi nak? Kenapa tiba-tiba engkau menangis "Tanya Ratu Hana, tapi tak di jawab oleh Seokjin. Ia masih saja menundukkan kepalanya dan menutup kedua matanya dengan menggunakan tangan kanannya tetapi airmatanya tak berhenti mengalir. Sebenarnya apa yang terjadi? begitulah yang ada di pikiran Sang Ratu.
"Seokjin, jangan menangis lagi nanti kau kesulitan bernafas," bujuk Ratu Hana.
Tak berapa lama kemudian Jong woon datang. Ia syok melihat anaknya yang seharian ini kondisinya terlihat membaik tiba-tiba harus menangis seperti ini.
"Jin, ayah di sini,, ayo kita pulang nak,," Jong woon tak ingin keadaan anaknya menjadi tontonan oleh banyak orang.
"Jong woon, tolong tenangkan Seokjin. Saat ini Suamiku mencari Namjoon dan menanyakan apa yang sudah ia perbuat pada Seokjin hingga Seokjin seperti ini,"
"Maaf Ratu, kalau begitu hamba pamit dahulu..."
"Iya tidak apa Panglima, biar aku dan Raja yang menyelesaikan masalah ini,"
Acara menjadi ricuh untuk sesaat. Akhirnya Seokjin pulang dengan di papah oleh sang ayah. Tak di hiraukannya lagi rekan-rekannya. Jong Woon sendiri memutuskan untuk mencari Namjoon sedangkan Ratu Hana tetap diam di Aula untuk melanjutkan acara.
"Katakan pada ayah, apa yang terjadi? kenapa kau harus seperti ini Seokjin?" tanya Jong Woon saat mereka telah sampai di Paviliun. Ekspresi Jong Woon sendiri antara khawatir juga seperti menahan amarahnya.
"Kau sempat berbicara dengan Putra Mahkota,?"Tapi Seokjin masih saja terisak-isak.
"Berhenti menangis! dan jawab pertanyaan ayah,"
"Ayah.. aku hanyalah manusia biasa ayah.. aku memiliki hati dan perasaan .. ketika aku harus berpisah dengan seseorang yang mencintaiku, sekuat apapun aku menutupi kesedihan tapi aku tak sanggup juga... meski cintaku adalah sesuatu yang salah, sesuatu yang hina, tapi hanya dia yang ku miliki yah... Aku tak mengharapkan pengertian ayah karena sudut pandang kita berbeda," Seokjin menjelaskan dengan suara yang tersendat-sendat akibat menahan isak tangisnya. Wajahnya bahkan sudah di basahi oleh airmata.
Jong Woon meraup wajahnya dengan ke dua tangannya. Di hembuskannya nafasnya dengan kasar.
"Berhenti berbicara omong kosong. Harus mengerti apanya? ?? Berhenti membicarakan perasaan karena ada kekacauan yang terjadi saat ini karena ulah mu yang menangis,, kalau begini terus lebih baik kau berhenti saja menjadi seorang prajurit. Dan sekarang cepat lah masuk ke kamarmu dan rapikan penampilanmu!"
Mati-matian Seokjin menghentikan isak tangisnya.
Dengan langkah yang terhuyung, Seokjin berjalan masuk ke kamarnya. Semua terasa buram di penglihatannya akibat air mata yang menggenang di pelupuk mata.
'Tolong beri aku kekuatan..
Aku hanya sedang merasa berada di sebuah titik terendah...
●●●
Yunho bertanya pada beberapa Pengawal yang berjaga mengenai keberadaan Namjoon, dan mereka mengatakan Namjoon terlihat masuk ke kamarnya.
Sesampainya di depan kamar sang anak, Yunho mengetuk pintu tersebut.
Tok...tok... tok...
"Ini ayah, Joon. Biarkan ayah masuk dan bicara,"
Tak lama berselang, terdengar suara pintu kamar Namjoon yang di buka oleh Yunho. Yunho melihat putranya yang tampak kacau dengan air mata yang berderai di pipinya. Perlahan Ia mendekati Namjoon yang tengah duduk di tepi ranjangnya dan ikut duduk di sampingnya.
Sebagai seorang pria dewasa, pantang bagi Namjoon untuk menangis. Bahkan ketika Namjoon masih kecil pun, putranya itu jarang sekali menangis, hanya ketika sang Nenek meninggal ia menangis begitu kencang karena kehilangan. Sekian tahun berlalu dan ini kali pertama Yunho melihat anaknya menangis seolah ada sesuatu yang sangat melukai hatinya.
"Katakan kenapa anakku? apa yang terjadi mengapa kau bisa seperti ini?" Yunho. "Apakah ini berhubungan dengan Pengawal Kim?"
Namjoon masih juga tak memberi jawaban.
"Ayah ingin tahu apa yang terjadi karena setelah kau meninggalkan Aula begitu saja yang sebenarnya itu bukanlah sebuah hal yang patut untuk dilakukan, juga kau membuat Pengawal Kim menangis di sana nak,,"
Barulah ketika nendengar kata 'Pengawal Kim menangis' Namjoon memalingkan wajahnya menatap sang ayah.
"Menangis yah?" tanya Namjoon.
"Iya nak, menangis tersedu hingga menjadi pusat perhatian di sana. Itulah mengapa ayah kemari untuk mencarimu untuk menanyakan ada apa dengan kalian?"
Ayahnya tak mungkin berbohong. kenapa Seokjin menangis tersedu-sedu? Apa ia telah salah dalam berucap? Tapi Namjoon akan mengesampingkan hal itu dulu karena ada hal lain yang ingin ia sampaikan pada sang ayah.
"Iya ayah... ada sesuatu yang terjadi di antara kami,"
"Mengenai apa? "
Sebelum berbicara , Namjoon menarik nafasnya terlebih dahulu, bersiap untuk menerima seperti apa reaksi sang ayah setelahnya.
"Ayah, aku ingin membuat pengakuan tentang satu hal...."
Mendengar kata pengakuan, sontak membuat Yunho penasaran.
"Pengakuan tentang apa nak?"
"Tentang perasaanku ayah..."
Jika tentang perasaan pastilah sangat bersifat personal. Mungkin saja ada yang anaknya tutupi.
"Baiklah ,katakan , ayah akan mendengarkan..."
"Selama ini... selama ini..."lidahnya terasa kelu, tapi Namjoon sudah memantapkan hatinya untuk mengakui semuanya. Ia sudah merasa lelah terus menerus menyembunyikan apa yang di rasakannya.
Dan apapun tanggapan ayahnya nanti, akan ia terima.
"Selama ini aku mencintai seseorang yah,"
"Oh ya? Siapa dia nak? Kenapa tak pernah kau ceritakan pada ayah dan juga ibu?"
"Karena semata aku ingin melindunginya,"
"Melindungi dari apa? Siapa wanita itu memangnya?"
Namjoon menggelengkan kepalanya sebelum memberi jawaban yang benar-benar membuat Yunho terkejut setengah mati.
"Orang yang aku cintai itu adalah Kim Seokjin ayah,"
Deg!
"Apa? Pengawal Kim? Ayah tidak salah mendengarkan nak?" Karena jika memang benar, berarti selama ini anaknya mencintai seorang yang bergender sama dengannya dan ia samasekali tak sanggup untuk membayangkan.
"Ayah tidak salah mendengar. Aku memang mencintai Seokjin."jawab Namjoon tanpa adanya keraguan.
"Kalau kau memang mencintainya, sejak kapan perasaan itu ada nak?"
"Sejak dulu ayah. sejak aku tahu apa itu cinta ...dia adalah cinta pertamaku... hingga sekarang,,"
"Dan apa Seokjin memiliki perasaan yang sama terhadapmu?" Entah kenapa perasaan Yunho menjadi tak karuan saat menanyakannya.
"Sejujurnya kami saling mencintai ayah,,"
"Ya Tuhan... cobaan apa ini. Bagaimana bisa kau memiliki perasaan terlarang semacam itu" Ternyata selama ini baik Namjoon juga Seokjin memiliki perasaan yang sama, sama-sama saling mencintai.
"Aku tahu ayah pasti kecewa terhadapku. Aku harus mencintai seorang pria , kalau ayah menyuruhku menghilangkan perasaan ini, bukannya aku tidak mencoba. Aku sudah pernah mencobanya tapi rupanya tak semudah itu ayah. Eksistensi Seokjin terlalu sulit hilang dari hatiku. Aku mencoba menyembunyikan kenyataan ini dari siapapun termasuk ayah juga ibu. Kami mencintai dalam diam, bahkan dalam diam pun cinta itu masih bertahan."Namjoon menceritakannya dengan derai airmata. "Aku tak berani mengungkapkannya seperti yang ku bilang tadi semata demi melindungi Seokjin ayah. Karirnya dipertaruhkan dan nama baiknya akan hancur bila ada yang tahu.. "
"Sebegitu cintanya kah kau pada Seokjin?" Tanya Yunho. Sebenarnya ia sangat emosi , kecewa bahkan tak ingin menerima kenyataan ini. Tetapi sebagai seorang Raja ia harus bisa benar-benar mengendalikan emosinya. Ia tak ingin mencaci Namjoon tetapi lebih ingin mendengar penjelasan sang anak terlebih dahulu. Saat ini yang Namjoon butuhkan adalah di dengar bukan di hakimi.
"Iya ayah...aku sangat mencintainya. Tapi ku mohon yah, jangan lakukan hal yang buruk pada Seokjin. Seokjin ku pun sudah banyak menderita, jika ayah ingin menghukum, hukumlah aku. Apapun hukumannya aku siap menerima."Tiba-tiba saja Namjoon jatuh bersujud di hadapan sang Ayah. Yunho menghela nafasnya dan membangunkan Namjoon yang masih setia bersujud di bawah kakinya.
"Sudahlah anakku jangan seperti ini, " pintanya. "kau tenangkan dulu diri dan pikiranmu. Karena ayah juga harus menenangkan diri. Jujur ayah sangat terkejut dengan pengakuanmu. Ini tidak mudah untuk di terima,"
Walaupun Yunho juga merasa hancur tapi ia pun tak sanggup melihat sang anak mengalami kesedihan. Akhirnya ia pergi meninggalkan Namjoon untuk menjernihkan pikirannya. Ia rasa Namjoon sedang butuh waktu untuk sendiri.
●●●
"Yang Mulia, bagaimana ? Kau sudah menemui Namjoon?" tanya Ratu Hana. Saat ini mereka hanya berdua di Kamar mereka.
Raut penuh gundah tercetak jelas di wajah suaminya yang masih terlihat tampan itu walaupun usianya sudah akan menginjak setengah abad.
"Aku sudah berbicara dengannya. Dan aku mendapat sebuah fakta yang benar-benar sangat menghantam relung batinku,"
"Fakta apa suamiku?" Ratu Hana menjadi penasaran. Jika sudah seperti itu pastilah bukan sesuatu yang baik untuk di dengar.
"Aku tak sanggup mengatakannya. Kata-kata Namjoon itu terus terngiang di kepalaku hingga sekarang,"
"Apa yang dia katakan? kau harus menyampaikannya juga denganku,,"Buruk sekalipun, jika itu berkaitan dengan anaknya maka ia harus siap mendengarnya.
Yunho menarik nafasnya dalam-dalam. lalu ia menatap sang istri.
"Kau tahu, selama ini Namjoon dan Seokjin dekat kan?"
"Iya mereka memang dekat satu sama lain. Memangnya kenapa suamiku?"
"Ternyata kedekatan mereka tidak seperti yang kita pikirkan"
"Maksudnya? Apa ada yang salah?"
"Entah apa aku harus mengatakannya kesalahan, bilamana Namjoon dengan sendirinya mengakui bahwa ia dan Seokjin saling mencintai"
"Apa? Mereka saling mencintai?"
"Iya istriku. Dia menangis, dia berkata sangat mencintai Seokjin bahkan hingga sekarang,"
Ratu Hana menutup mulutnya dengan telapak tangannya, matanya berkaca-kaca.
Tiba-tiba saja ingatannya melayang pada satu peristiwa. Peristiwa yang sudah lama berlalu.
"Suami ku,apa mungkin ramalan itu benar?"
Kali ini giliran Yunho yang penasaran.
"Ramalan apa yang kau maksud?"
Ditatapnya suaminya dan berkata,
" Saat itu....."
TBC
Maklum genre angst, harus ada adegan adegan yang agak berderai air mata buat tokohnya.