Mengagumi Dalam Diam √

By Hikmah554

86.1K 4.5K 42

Mengagumimu dalam diam adalah cara sederhanaku. Aku tidak terobsesi untuk memiliki mu dan aku juga tidak ter... More

Arumi Khanza Shofia
Hari Yang Menyebalkan
Suprice Dari Ayah Farhan
Pertandingan Basket
Kuliah Atau Perjodohan?
Siapakah Dia?
Kesedihan Yang Berakhir
Kejahilan Ammar Pada Arumi
Kerja Kelompok
Pacar? Tidak!
Pagelaran Seni
Tantangan Basket Arumi Vs Jodi
Pawai Kelulusan
Sebuah Hadiah
Vacation With Brother
Pertemuan Yang Tak Disengaja
Jalan-Jalan Malam
Sebuah Momen
Kesibukan Arumi Sebelum Pergi Ke Kairo
Menagih Suatu Janji
H-1 Keberangkatan Arumi
Sebuah Kenang-Kenangan
Keberangkatan Arumi
Kabar Bahagia
Lamaran Ammar
Hancurnya Sebuah Kepercayaan
Pulang Membawa Luka
Beribu Pertanyaan
Luka Untuk Kedua Kalinya
Mengucap Janji Suci
Resepsi Pernikahan Ammar
Bernostalgia
Reuni Persahabatan
Dia Datang?!
Keputusan Arumi
Sama-Sama Terkejut
Kecewa!
Kenyataan Yang Mengejutkan
Putusnya Suatu Hubungan Yang Baru Terjalin
Hancurnya Sebuah Hubungan
Sudah Jatuh,Tertimpa Tangga Pula
Luka Fisik Maupun Batin Untuk Kesekian Kalinya
Menjawab Meski Terasa Berat
Kondisi Yang Memburuk
Kabar Duka
Mungkin Ini Memang Jalan Yang Terbaik
Hari Yang Membahagiakan
Terselip Rasa Sedih Dibalik Kebahagiaan
Kebahagiaan Yang Mulai Nampak
Akhir Dari Segalanya

Lebih Dekat karena Orang Gila

1.6K 97 0
By Hikmah554


Saat di tengah perjalanan pulang kerumah tiba-tiba motor Arumi mogok.

"Loh... Loh... Motornya kenapa? Loh kok mati motornya?" Ucap Arumi yang mencoba terus berjalan namun motornya tetap saja mati "Mati gue! Motornya mogok. Mana masih jauh sampe kerumah lagi, bengkel juga masih jauh lagi dari sini. Terpaksa deh gue harus dorong!" Gerutu Arumi sangat kesal, ia pun terpaksa mendorong motornya.

Saat sedang mendorong motor Arumi teringat saat ia menanyakan soal perasaan Pandu padanya. Entah mengapa Arumi sangat senang, bahkan Arumi sampai senyum-senyum sendiri. Saat sudah berjalan sembari mendorong motornya sekitar 5 meter. Tiba-tiba ada suara seorang laki-laki yang memanggil-manggil istriku. Sontak Arumi pun menoleh untuk melihatnya.

"Istriku...! Kamu mau kemana sayang? Ayo istriku kita pulang!" Teriak seorang laki-laki paru baya dan Arumi pun menoleh.

"Mati gue! Orang gila!" Gumam Arumi yang terkejut saat menoleh. Arumi paling takut dengan orang gila, apalagi orang gila itu laki-laki. Pakaian yang sudah tidak berbentuk dan berkalung botol plastik serta rambut yang gimbal.

Orang gila itu terlihat akan menghampiri Arumi, ditambah orang gila itu terus memanggil-manggil istriku sembari tersenyum. Arumi pun tak mau berfikir panjang lagi, ia pun langsung berlari dan meninggalkan motornya begitu saja.

"Mending gue lari aja sekarang!" Arumi pun berlari sekencang mungkin dan meninggalkan motornya, tapi ternyata orang gila itu mengejar Arumi. Ditambah jalanan sangat sepi dan Arumi tidak bisa meminta tolong pada siapa pun.

"Istriku tunggu...! Jangan lari sayang!" Ucap Orang gila itu sembari berlari mengejar Arumi.

"Mati gue! Orang gila itu ngejar gue! Gue harus telfon Ayah!" Arumi mencoba mengambil ponselnya, namum ponselnya terjatuh karena Arumi mengambilnya sembari berlari. Arumi hendak mengambil ponselnya yang terjatuh, namun tidak jadi karena orang gila itu semakin mendekat dan akhirnya Arumi melanjutkan berlari. Bahkan Arumi sampai menangis karena sangat takut.

Sekitar 200 meter Arumi berlari, ia berhenti sejenak karena sangat lelah dan orang gila itu masih mengejarnya. Saat itu juga Arumi mencari seseorang agar bisa dimintai pertolongan. Arumi melihat seorang anak sekolah tak jauh darinya dan ia mengenali motornya, orang itu ternyata Jodi. Arumi pun langsung berlari dan memanggil-manggil Jodi agar berhenti.

"Ayah Arum takut hiks... hiks..." Arumi terisak menangis sembari sesekali melirik ke arah orang gila itu "Ya Allah bantu hamba... Itu kaya Jodi? Iya itu Jodi!" Gumam Arumi.

"Isteriku... Kamu mau kemana? Ayo kita pulang isteriku..." Orang gila itu semakin mendekat dan Arumi pun langsung berlari lagi.

"Tolong...! Jodi berenti...! Jodi tolong berenti...!" Panggil Arumi sembari terus berlari.

Jodi yang merasa ada yang memanggilnya, ia pun berhenti dan menoleh. Ternyata memang benar Arumi memanggilnya.

"Arumi?" Gumam Jodi saat melihat Arumi yang berlari-lari sembari menangis.

"Kenapa lo gak mau berenti sih? hiks... hiks..." Ucap Arumi sembari menangis dan terengah-engah.

"Kamu kenapa Rum? Ko lari-lari sambil nangis?" Tanya Jodi yang kebingungan.

"Gu--Gue..." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, suara orang gila itu semakin mendekat.

"Istriku...!"Panggil orang gila itu.

Arumi pun menoleh dan orang gila itu semakin mendekat. Arumi pun langsung naik di atas motor Jodi. Jodi pun mengerti sekarang, ternyata Arumi dikejar-kejar orang gila. Maka dari itu ia sampai terisak menangis. Tanpa sadar Arumi berpegangan fi pinggang Jodi karena ketakutan. Jodi pun terkejut karena Arumi melakukan itu, tapi ia bisa mengerti.

"Jodi... Ayo cepet jalan!" Teriak Arumi.

Jodi pun langsung menjalankan motornya. Sekitar beberapa menit kemudian orang gila itu pun sudah tidak terlihat lagi karena Jodi mengendarai motornya mengebut.

"Rum! Orang gilanya udah gak ngejar lagi kok" Ucap Jodi setelah melihat dari kaca spion motornya.

"A--Iya!" Arumi pun langsung melepaskan tangannya dari pinggang Jodi, lalu menoleh ke belakang untuk memastikan dan benar orang gila itu sudah tidak mengejar lagi. Arumi pun menghela nafas lega dan menghapus air matanya. Tiba-tiba Jodi menghentikan motornya mendadak.

"Loh kenapa berenti Di?" Tanya Arumi.

"A--Ada preman yang ngehadang kita Rum" Ucap Jodi gagap.

"Ya Allah masalah satu selesai, kenapa harus muncul masalah baru lagi?" Ucap Setelah melihat ada tiga preman yang menghadangnya.

"Turun lo!" Ucap salah satu preman itu, sepertinya dia ketuanya.

"Kalian mau apa sih?!" Ucap Arumi dengan nada tinggi lalu turun dari motor Jodi.

"Jangan judes-judes dong cantik..." Ucap preman itu sembari sesekali menyentuh dagu Arumi diakhiri dengan senyuman jail.

"Jangan sentuh gue!" Ucap Arumi kesal.

"Hey! Jangan ganggu dia!" Ucap Jodi yang langsung turun dari motornya.

"Heh Lo berdua! Urus bocah tengik itu" Ucap ketua preman itu kepada kedua temannya. Kedua temannya pun langsung menghajar Jodi, Jodi sempat melawannya tapi ia kalah sampai Jodi tersungkur di tanah.

"Jodi!" Teriak Arumi mencoba membantu Jodi, namun ketua preman itu mencengkal tangan Arumi.

"Eh mau kemana? Mending ikut abang aja yuk?" Rayu ketua preman itu.

"Lepasin gue!" Arumi mencoba meloloskan diri, namun preman itu mencengkal kedua tangan Arumi. Arumi pun tak bisa melawannya, tetapi ia tetap berusaha. Arumi menginjak dengan keras kaki ketua preman itu sampai preman itu kesakitan dan melepas kan Arumi.

"A--Rum, kamu gak papa?" Tanya Jodi yang wajahnya sudah lebam.

"Iya gue gak papa, tapi muka lo..." Saat Arumi hendak memegang wajah Jodi yang lebam, ketua preman itu menarik Arumi dan mencengkal kedua tangan Arumi kembali.

"Lo berani juga ya?" Ucap ketua preman itu saat sudah mencengkal kedua tangan Arumi kembali.

"Lepasin gue! Tangan gue sakit!" Ucap Arumi tegas "Tolong...! Tolong...!" Teriak Arumi mencoba meminta pertolongan.

"Jangan teriak-teriak, nanti suaranya abis lo, lagian gak akan ada yang dateng kesini. Jadi percuma teriak sekeras apapun" Ucap ketua Preman itu.

"Ayo bos kita bawa dia aja!" Ucap salah satu preman yang menghajar Jodi.

"Gue gak mau! Lepasin gue! Tolong...! Tolong...!" Teriak Arumi. Arumi benar-benar ketakutan saat ini. Ditambah lagi jalanan sangat sepi, tidak ada satu orang pun yang terlihat.

"Ayo!" Ketua preman itu hendak membawa Arumi, namun dari belakang preman yang mencengkal tangan Arumi ada yang menendang punggungnya sampai ia melepaskan Arumi dan preman itu hampir tersungkur di tanah.

"Kak Rafka?" Gumam Arumi terkejut, ternyata yang menendang preman itu adalah Rafka "Aduh tangan gue sakit banget" Gumam Arumi sembari memegang pergelangan tangannya yang memerah dan terasa sakit.

"Beraninya lo sama anak sekolah! Apalagi cewek! Pengecut lo!" Ucap Rafka dengan lantang.

"Siapa lo? Gak usah ikut campur! Hajar!" Perintah ketua preman itu kepada kedua preman lainnya untuk menghajar Rafka.

Mereka pun berkelahi, Rafka menghajar ke tiga preman itu tanpa ampun.

"Jodi lo gak papa?" Tanya Arumi sembari membantu Jodi untuk berdiri.

"Iya Rum saya gak papa kok, cuma sedikit perih aja" Ucap Jodi sembari memegang ujung bibirnya yang berdarah.

Rafka berhasil mengalahkan ketiga preman itu, bahkan ketika preman itu berlari sampai terbirit-birit. Rafka merapihkan jasnya yang sedikit berantakan, lalu setelah itu menghampiri Arumi.

"Kalian gak papa?" Tanya Rafka.

"Iya kak, makasih ya?" Ucap Arumi.

"Tapi muka temen kamu babak belur harus diobatin" Ucap Rafka yang melihat wajah Jodi penuh luka.

"Yaudah Di biar gue obatin dulu ya?" Ucap Arumi.

"Gak usah Rum. Sebelumnya makasih kak udah nolongin kita berdua. Kakak kenal sama Arumi?" Tanya Jodi pada Rafka.

"Iya saya kenal" Jawab Rafka singkat.

"Arum saya pulang aja, biar saya obatin dirumah aja" Ucap Jodi menatap Arumi "Kak saya titip Arumi, tolong anterin Arumi pulang. Soalnya saya gak bisa anter Arumi pulang" Ucap Jodi pada Rafka.

"Tapi lo kan abis dihajar preman Di! Emang lo kuat pulang bawa motor?" Tanya Arumi yang khawatir.

"Iya saya masih kuat kok, yaudah kalo gitu saya permisi. Sekali lagi makasih kak" Ucap Jodi, ia pun kembali ke motornya. Sebelum pergi ia menelakson dan setelah itu Jodi pun pulang meski terlihat tidak kuat mengendarai motor.

"Yaudah ayo masuk biar saya anter pulang" Ucap Rafka.

"Tapi saya bawa motor kak, motornya mogok dan saya tinggal sekitar 500 meter dari sini. Handphone saya juga jatoh di jalan waktu saya lari" Jelas Arumi.

"Yaudah sekarang kamu masuk, terus kita ambil motor sama handphone kamu. Nanti kamu jelasin di dalem mobil aja" Ucap Rafka.

Arumi pun akhirnya mau dan ia masuk ke dalam mobil Rafka, begitu pun dengan Rafka. Mereka kembali ketempat dimana Arumi menjatuhkan ponselnya saat berlari dan meninggalkan motornya yang mogok.

"Jadi gimana ceritanya sampe motor kamu di tinggal, handphone kamu jatoh dan di hadang preman?" Tanya Rafka saat sudah menjalankan mobilnya.

"Boleh gak kak kita ke warung dulu? Soalnya saya haus banget abis lari-lari" Ucap Arumi yang merasa lelah dan tenggorokannya kering karena sejak tadi berteriak-teriak meminta tolong.

"Oh kamu haus? Ini saya tadi abis beli air mineral, minum aja" Ucap Rafka sembari memberikan sebotol air mineral pada Arumi dan Arumi pun menerimanya.

"Tapi inikan punya kakak" Ucap Arumi merasa tidak enak.

"Gak papa minun aja!"

"Makasih kak!" Ucap Arumi diakhiri dengan senyuman. Tanpa ragu Arumi pun meminum air mineral sampai habis setengah botol berukuran sedang. Setelah itu ia menghela nafas lega.

"Kamu haus banget ya?" Ucap Rafka sembari sesekali melirik Arumi dan Arumi hanya membalas dengan senyuman "Kamu abis nangis ya? Soalnya mata kamu keliatan sembab" Tanya Rafka.

"E--Iya kak, abis gimana tadi saya takut banget dikejar-kejar orang gila. Saya itu paling takut sama orang gila dari pada sama preman. Tadi saya lagi dorong motor saya yang mogok, eh tau-tau ada orang gila yang ngejar saya sambil teriak isteriku...! Isteriku...! Ayo kita pulang sayang. Tanpa fikir panjang saya langsung aja lari sekenceng mungkin, terus saya coba telfon Ayah saya. Eh handphonenya malah jatoh dan saya gak sempet ambil karna orang gila itu terus ngejar saya. Terus saya ketemu temen saya, langsung aja numpang. Orang gilanya udah gak keliatan gantian preman yang dateng" Jelas Arumi panjang lebar sembari mempraktikkan cara orang gila tadi memanggil dirinya istri.

Mendengar cerita Arumi, Rafka malah tertawa dan membuat Arumi bingung.

"Hahaha" Rafka tertawa dan Arumi pun langsung menoleh kearahnya

"Loh kenapa ketawa? Emang cerita saya lucu kak?" Tanya Arumi bingung.

"Hah Enggak! Saya cuma lucu aja denger kamu praktekin orang gila itu yang manggil kamu istrinya" Ucap Rafka diakhiri dengan senyuman.

"Ini sama sekali gak lucu Kak! Saya ketakutan setengah mati karna dikejar orang gila itu. Ditambah preman tadi megang tangan saya kenceng banget sampe tangan saya sakit" Ucap Arumi sembari memegang pergelangan tangannya yang terasa sakit.

"Maaf-maaf saya gak bermaksud kok. Tangan kamu sampe merah, apa mau pergi ke dokter dulu. Diperiksa takut kenapa-napa" Ucap Rafka yang melirik tangan Arumi yang memerah karena preman tadi.

"Enggak usah, lagian cuma sakit dikit aja kok" Ucap Arumi "Stop Kak!" Pekik Arumi sembari memegang tangan Rafka yang sedang mengemudi dan spontan Rafka pun menghentikan mobilnya.

"Kenapa?" Tanya Rafka.

"Itu handphone saya kak!" Arumi menunjuk ponselnya yang tergeletak di jalan "Tolong buka kaca mobilnya kak!" Ucap Arumi, Rafka pun membuka kaca mobilnya dan Arumi mengeluarkan kepalanya untuk memeriksa apakah orang gila itu masih ada atau tidak.

Saat Arumi mengeluarkan kepalanya untuk memeriksa, Arumi melihat kaca spion mobil Rafka dan di kejauhan ia melihat orang gila itu sedang berjalan-jalan. Sontak Arumi pun terkejut dan saat Arumi ingin memasukan kembali kepalanya, kepalanya terkejut bagian atas mobil sampai Arumi meringis kesakitan.

Dug!

"Auu!" Ringis Arumi sembari memegang puncak kepalanya yang terjedut.

"Eh kamu gak papa?" Tanya Rafka khawatir.

"Aduh kak sakit banget! Orang gila itu masih ada dibelakang gimana saya mau ambil handphonenya kak" Tanya Arumi yang masih memegang kepalanya yang terasa sakit sampai membuat sedikit pusing.

Rafka pun menoleh ke belakang untuk memeriksa orang gila itu.

"Oh jadi itu orang gilanya! Kamu tenang aja, orang gila itu jauh kok. Yaudah kalo gitu biar saya aja yang ambil handphonenya" Rafka pun keluar dari mobilnya dan mengambil ponsel Arumi.

"Ini handphonenya" Ucap Rafka saat sudah masuk mobil sembari memeberikan ponsel pada Arumi.

"Makasih kak." Ucap Arumi sembari menerima ponselnya diakhiri dengan senyuman "Yah handphonenya mati, pasti gara-gara tadi jatoh." Gumam Arumi sembari mencoba menyalakan ponselnya.

"Yaudah nanti dibenerin aja, sekarang kita ambil motor kamu" Ucap Rafka dan Arumi hanya menganggukan kepalanya diakhiri dengan senyuman.

Mereka pun mengambil motor Arumi, saat sudah sampai mereka berdua pun turun dari mobil dan menghampiri motor Arumi.

"Alhamdulillah motornya masih ada!" Ucap Arumi menatap motornya diakhiri dengan senyuman lega.

"Tapi bengkel dari sini masih jauh, saya juga gak bisa benerin motor kamu. Terus gimana?" Tanya Rafka.

"Ya di dorong!" Jawab Arumi polos.

"Ck! Di dorong? Arumi bengkel dari sini itu masih jauh. Lagi pula tadi kamu kan liat disana masih ada orang gila yang ngejar kamu. Emang mau dikejar orang gila lagi?" Ucap Rafka terkekeh.

"Ih ya enggak lah! Nanti kalo saya di bawa orang gila itu gimana? Terus dia nganggep saya isterinya gimana?" Ucap Arumi dengan raut wajah ketakutan.

"Haha kamu bisa aja!" Ucap Rafka sembari tertawa.

"Lagi-lagi ketawa! Ini sama sekali gak lucu kak. Saya lagi ketakutan gini, kakak malah bercanda terus dari tadi" Ucap Arumi kesal.

"Maaf-maaf! Abis gimana? Cerita kamu buat saya ketawa dan kamu sukses buat saya bahagia hari ini!" Ucap Rafka diakhiri dengan senyuman jail.

Arumi sangat kesal karena keseriusannya di anggap lelucon. Arumi pun langsung mendorong motornya dengan wajah kesal. Saat Rafka sadar bahwa Arumi marah padanya, ia memegang lalu menahan tangan Arumi yang sedang memegang setir motor agar Arumi berhenti.

"Tunggu!" Ucap Rafka sembari memegang tangan Arumi dan Arumi pun berhenti "Kamu marah ya? Saya bener-bener minta maaf sama kamu. Saya cuma bercanda." Ucap Rafka yang merasa bersalah. Namun Arumi tidak menjawabnya bahkan tidak menoleh ke arah Rafka.

"Arumi tolong jangan marah, saya bener-bener minta maaf. Yaudah nanti saya beliin balon gimana?" Ucap Rafka diakhiri dengan senyuman jail.

"Rafka...! Gue sebel sama lo!" Ucap Arumi spontan sembari menatap tajam Rafka. Lalu setelah itu Arumi langsung melanjutkan mendorong motornya. Bahkan Rafka yang terkejut pun langsung melepaskan tangannya yang memegang tangan Arumi.

"Gila! Dia bener-bener marah sama gue! Sampe kata-katanya berubah ke gue. Tapi kagum juga gue sama dia" Ucap Rafka. Rafka pun kembali kemobilnya lalu memutar balik mobilnya dan mengikuti Arumi dari belakang.

"Dasar gak peka banget! Udah tau gue gak suka bercanda kalo lagi serius. Dia malah bercanda terus! Mana handphone gue mati! Gimana mau telfon Ayah?" Ucap Arumi kesal.

Arumi tidak menyadari kalau Rafka mengikutinya dari belakang. Saat Arumi sudah berada di sekitar ponselnya yang jatuh tadi, ia melihat ternyata orang gila itu masih ada disana. Arumi pun berhenti sembari menatapnya dengan takut, bahkan air matanya sampai menetes kembali.

"Kenapa Arumi berenti?" Gumam Rafka sembari menatap Arumi yang berhenti.

"Ya Allah! Kenapa orang gila itu gak pergi-pergi. Bantulah hamba Ya Allah" Gumam Arumi dalam hati. Saat orang gila itu mau membalikan badan menghadap Arumi, Arumi langsung menengok kanan dan kiri untuk mencari persembunyian. Arumi melihat kotak sampah berukuran besar di pinggir jalan, ia pun langsung berlari ke belakang kotak sampah itu. Lalu meringkuk ketakutan sembari menangis.

"Dia ngapain lari ke belakang tong sampah?" Gumam Rafka bingung, lalu ia melihat kedepan dan ia tau alasannya kenapa Arumi bersembunyi di belakang kotak sampah.

Rafka pun langsung turun dari mobilnya dan menghampiri Arumi yang sedang meringkuk ketakutan. Saat sudah berada di hadapan Arumi, Rafka menyentuh bahu Arumi. Arumi berfikir yang menyentuhnya adalah orang gila itu, ia pun malah terisak menangis.

"Jangan pegang saya! Ayah tolong Arum Yah... hiks... hiks..." Ucap Arumi.

"Ini saya Rafka! Bukan orang gila." Ucap Rafka.

Arumi pun langsung mendongakkan kepalannya dan ternyata memang benar itu adalah Rafka. Karena sangat ketakutan, dengan spontan Arumi memeluk Rafka.

"Kka saya mau pulang hiks... hiks..." Ucap Arumi lirih saat memeluk Rafka.

Rafka yang kebingungan karena Arumi memeluknya dengan spontan, ia pun terdiam sejenak karena bingung. Lalu ia menepuk-nepuk punggung Arumi agar Arumi lebih tenang.

"Iya sekarang kita pulang, tapi kamu harus tenang dulu" Ucap Rafka.

"Gak mau! Saya mau pulang sekarang! Hiks... hiks..."

"Tapi gimana mau pulang kalo kamu terus meluk saya?" Ucap Rafka.

Arumi pun langsung melepaskan pelukannya lalu menundukkan kepalanya.

"Ma--Maaf kak!" Ucap Arumi yang merasa malu, sembari mengusap air mata dengan tangannya.

"Yaudah ayo masuk ke mobil" Ucap Rafka.

Sebelum berjalan Arumi menoleh untuk memastikan orang gila itu masih ada atau tidak dan ternyata orang gila itu masih ada namun sangat jauh. Arumi pun memegang tangan Rafka karena sangat takut dan Rafka pun hanya tersenyum melihat Arumi.

"Itu motor kamu gimana?" Tanya Rafka.

"Biarin aja, nanti biar kakak saya yang ambil" Ucap Arumi tidak peduli dengan motornya.

"Yaudah kalo gitu, sekarang saya anter kamu pulang!" Ucap Rafka.

Rafka pun mengantar Arumi dan kini Rafka mengantar Arumi sampai ke rumah.

"Nah itu yang gerbangnya tinggi warna item rumah saya kak" Ucap Arumi sembari menunjuk rumahnya yang sudah dekat.

"Loh itu bukannya rumahnya Ammar?" Gumam Rafka bingung sembari melihat rumah Arumi.

_Mengagumi Dalam Diam_
📝Hikmah
🗒️Lampung Selatan, 19 Agustus 2019

Apa kelanjutan dari cerita ini? Tunggu cerita selanjutnya. Jangan lupa vote dan komen cerita "Mengagumi Dalam Diam" untuk penyemangat. Terimakasih 🙏

Wassalamualaikum wr. wb. 🤗

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 413K 44
Gimana sih rasanya dijodohin sama cowok ganteng, paham agama, lemah lembut, cintanya tulus banget, tapi tunanetra?! *** "Kenapa Dek Qia mau nikah sam...
39.9K 297 11
NC 21+!! 👆🔞🚫 BERBIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN (TIDAK UNTUK DI CONTOH KAUM BALITA ATAU REMAJA) Vote dulu, baru coment. dukungan kalian berpengaruh...
17.8M 1.7M 54
Bagaimana ceritanya jika sang ayah menikahkan Alisa tanpa sepengetahuannya? Shock? Jelas! Masa tiba-tiba saja punya suami? > Ali & Alisa namanya, du...
1.4M 117K 57
"Oh jadi lo itu cuma pura-pura?" tanyanya setelah mendengar Alesya berbicara tidak seperti biasa. Alis Alesya mendadak menaut. "Pura-pura?" "Pura-pu...