Namjoon berjalan mendekati Jungkook dan Jiyeon yang masih berdiri di ruang tamu.
"Jiyeon, apakah dia teman mu?" tanya Namjoon tersenyum menatap sang istri.
"Iya, dia adalah teman sekolahku oppa." Jiyeon pun menjawab dengan tersenyum pula.
'Mengapa hawanya tiba-tiba terasa aneh ya?' Jungkook berujar gelisah dalam hatinya.
"Jadi. Em. Kau, siapa namamu?" tanya Namjoon yang kini melihat Jungkook.
"Ah, a-aku? Namaku Jeon Jungkook hyung. Salam kenal." Jungkook membungkukkan sedikit tubuhnya sebagai bentuk penghormatan terhadap yang lebih tua.
"Ya, salam kenal juga." Namjoon pun melakukan hal yang sama.
"Kalau hyung sendiri siapa namanya?" tanya Jungkook balik.
"Aku? Namaku Kim Namjoon. Aku s."
"Owaaaakkkk."
Tiba-tiba terdengar suara tangisan dari seorang bayi dari lantai atas -siapa lagi kalau bukan Kookie.
"Ah, Kookie menangis. Aku mengambilnya dulu ya Ji. Oh ya, ajaklah teman mu untuk duduk dan siapkan minuman serta makanan untuknya." ujar Namjoon sebelum melangkahkan tungkai kaki panjangnya untuk menaiki tangga menuju kamar sang anak yang tangisannya menjadi semakin kencang saja.
"Iya oppa."
"Jungkook ayo kita duduk."
"Iya, ayo noona."
Jungkook dan Jiyeon berjalan menuju sofa yang ada didepan sebuah TV LED brand LG.
Jiyeon menyalakan TV itu agar ada hiburan untuk menemani Jungkook duduk sendiri sementara ia membuat makanan juga minuman untuk pemuda itu.
"Jungkook kau mau makan dan minum apa?" tanya Jiyeon berdiri disamping Jungkook yang sudah duduk diatas sofa.
"Apapun yang kau sediakan akan aku lahap noona." ujarnya tersenyum lebar.
"Em. B-baiklah, tunggu sebentar ya."
"Noona."
Disaat Jiyeon sudah ingin berjalan menuju dapur tiba-tiba saja Jungkook memanggilnya lagi.
"Ya?" tanya Jiyeon menghentikan langkah nya dan menoleh pada Jungkook.
"Bolehkah, jika aku menolongmu?"
"Baiklah, ayo."
"Ayo!!" Jungkook berujar penuh semangat, lalu ia berdiri dari posisi nyamannya.
Lalu Jungkook dan Jiyeon menuju ke dapur.
♠♠♠
Saat di dapur Jiyeon melihat camilan yang ada didalam lemari, dan ternyata camilannya sudah habis tak bersisa.
"Yah sudah habis persediaannya. Kalau begitu aku harus masak lagi." gumamnya.
"Kenapa noona?" tanya Jungkook yang baru saja memasuki pintu dapur.
"Bisakah kau menunggu selagi aku memasak kue. Hanya beberapa menit saja."
"Bagaimana kalau aku bantu saja untuk membuatnya noona?" Jungkook menawarkan diri untuk menolong Jiyeon.
"Ah, bisakah kau memasak?" Jiyeon bertanya ragu.
"Tentu saja aku bisa." ujar Jungkook penuh percaya diri.
Mereka pun pada akhirnya memasak bersama.
Selagi dalam proses membuat sebuah kue ada saja kejadian yang terjadi mulai dari Jungkook yang dengan sengaja menorehkan tepung dan coklat di pipi Jiyeon. Jungkook yang salah dalam menambahkan butir telur kedalam adonan, dan lainnya. Sungguh Jiyeon jadi pusing sendiri melihatnya.
Selain kue mereka juga menyempatkan diri untuk membuat susu pisang beserta bubur dari buah itu.
"Katanya bisa masak, tapi kok sedari tadi bisa selalu salah."
"Maafkan aku noona, aku sebenarnya baru belajar cara membuat kue coklat." Jungkook memasang wajah memelasnya agar tidak dimarahi oleh Jiyeon.
"Hah. Yasudah tak apa. Lagian kita hanya tinggal menunggu satu menit lagi hingga kuenya matang dalam oven."
Selang beberapa menit kemudian terdengar bunyi ting dari alat itu yang menandakan jika kuenya telah bisa diangkat.
"Nah sudah matang."
Jiyeon mengambil kue didalam oven itu menggunakan kaos tangan tebal -agar tidak terasa panas saat mengangkat loyang yang menempel pada kue.
Lalu ia mengeluarkan kue itu dari dalam loyang dan menaruhnya diatas piring putih bersih yang ukurannya cukup besar.
"Kue coklat kita sudah selesai!!" ujar Jiyeon girang.
"Iya."
"Dan minumannya juga sudah selesai. Jus pisang kesukaan mu."
"Terima kasih telah membuatkannya untukku noona." ujar Jungkook dengan mata yang berbinar menatap pada sebuah gelas berisi susu kesukaan.
"Iya sama-sama." Jiyeon membalas perkataannya dengan senyuman yang sangat manis.
"Ayo, kita kembali kedepan. Kau bawa ini ya."
Jiyeon memberikan kue yang barusan dibuat tadi ke tangan Jungkook. Sedangkan ia memegang susu pisang pesanan pemuda itu juga bubur yang tadi dibuat.
Mereka kemudian berjalan kembali ke ruang tamu meninggalkan dapur yang masih agak berantakan.
Disana Namjoon sudah duduk sedang menenangkan Kookie yang masih rewel dengan tangisan kencang.
"Owaaakk. Owaaakk."
"Kookie sayang. Kamu menangis karena sedang lapar ya. Iya. Ulu ulu. Sini sama Mommy." Jiyeon sungguh tak sadar saat mengucapkan hal itu sambil membawa Kookie masuk kedalam pelukannya.
'Wait! WHAT?!! Mommy?' Jungkook jelas kaget akan kata keramat yang barusan didengarnya. Apa ia tak salah dengar tadi?
"Eh." Jiyeon baru tersadar akan perkataannya barusan.
"Noona. Maksudmu apa? Kau menyebut dirimu sendiri dengan panggilan Mommy pada gumpalan gendut kecil itu?" Jungkook bertanya penasaran, matanya fokus menatap pada satu titik yaitu kedua bola mata Jiyeon.
"Eh. Emmm. Jungkook." Jiyeon yang ditanyai hal seperti itu gelapan juga kebingungan mau menjawab apa.
"Noona. Jelaskan lah. Aku berjanji tidak akan membocorkannya pada siapapun. Mulai dari sekarang seorang Jeon Jungkook berjanji akan selalu menjaga dan juga menyimpan rahasia mengenai apapun itu tentang seorang Jiyeon." ikrar seorang Jeon Jungkook dihadapan Namjoon, Jiyeon, juga Kookie yang menatapnya polos.
Namjoon yang merasa Jiyeon dalam masalah karena tak sengaja menyebut dirinya sendiri sebagai Mommy dihadapan teman sekolahnya pun berniat ingin menjelaskan.
"Apakah kau yakin bisa menjaga rahasia ini?" tanya Namjoon terlebih dahulu guna memastikan kebenaran akan pernyataan seorang Jeon Jungkook.
"Iya hyung. Aku berjanji."
"Baiklah, aku akan memberitahumu mengenai suatu hal."
"Hal apa itu hyung?" Jungkook merasa was-was.
"Sebenarnya."
Jiyeon yang sudah kepalang tanggung tertangkap basah karena keteledorannya pun hanya bisa berdiam diri saja ditempat.
"Iya? Sebenarnya kenapa hyung?"
"Sebenarnya." Namjoon sebenarnya masih ragu pada pemuda yang sekarang sedang duduk disebelah sang istri.
Jungkook menanti dengan sabar kira-kira hal apa yang akan disampaikan oleh Namjoon - orang yang baru dikenalnya hari ini berkat sang pujaan hati.
"Sebenarnya. Jiyeon adalah istriku."
Bagaikan tersambar petir di sore hari. Tubuh Jungkook menegang kaku seketika saat mendengar hal yang mustahil sekaligus menyakitkan baginya.
Hatinya hancur, remuk, dan patah. Jungkook berusaha sabar dan menahan amarah.
Ia sebenarnya merasa ingin meledak pada saat itu juga, namun ia harus menahannya karena sekarang ia sedang berada di rumah orang lain. Bukankah tidak sopan jika membuat keributan di rumah orang lain?
Rasa bahagia bercampur senang yang tadi ia rasakan lenyap seketika tergantikan dengan sebuah rasa sesak di dada.
'Tahan Jeon Jungkook, jangan sampai kau menghajarnya.' ujarnya emosi dalam hati.
Kue serta susu kesukaannya yang menurutnya tadi sangat enak dan menggiyurkan untuk disantap seketika menjadi tak sedap lagi dipandang apalagi untuk dirasa.
"Jungkook. Sebenarnya, kami memiliki kisah yang sulit didalam hubungan yang sedang kami jalin saat ini. Bukan karena kami tak saling mencintai, akan tetapi." Namjoon mencoba menjelaskan saat melihat wajah Jungkook yang menegang.
"Cukup hyung. Aku ingin pulang saja. Terimakasih atas sambutan dan jamuan hangat kalian, permisi." Jungkook memotong perkataan Namjoon, lalu mengambil tasnya yang berada dimeja didepan mereka, memakainya di punggung, dan pergi keluar dari sana tanpa menoleh kearah mereka lagi.
'Cukup sudah!! hati ku. Hati ku tak kuat menanggung hal ini. Mulai saat ini aku akan berusaha menjauhimu noona.'
Saat sudah diluar Jungkook dengan cepat menaiki sepeda motornya dan pergi dari sana.
Selang sepuluh menit kemudian ia sudah sampai di rumah.
Ia membuka pintu lalu masuk begitu saja tanpa mengucapkan kata salam sama sekali.
Kedua orang tuanya yang sedang menonton TV berdua pun jadi heran dengan tingkah sang anak.
"Ada apa dengannya sayang?" tanya sang Istri pada sang Suami.
"Entahlah sayang, aku pun tak tahu. Tapi yang pasti dilihat dari tingkahnya tadi sepertinya dia punya suatu masalah yang besar. Lihat saja tadi dari tingkahnya kan."
"Hah. Apakah dia ada masalah dengan teman-temannya?" tanya sang Istri memperhatikan Jungkook yang berjalan naik keatas tangga.
"Tidak tahu sayang."
"Tapi kan tak mungkin jika dia punya masalah dengan pacarnya, karena selama inikan tak pernah ada satu perempuan pun yang diajaknya untuk berkunjung." ujar sang Istri yang kali ini menatap kedalam mata indah sang suami.
"Entahlah." jawab sang suami.
"Huft. Yasudahlah, lebih baik kita menonton lagi saja." ujar final sang Istri kemudian.
"Hm."
♠♠♠
Jungkook telah sampai didepan pintu kamarnya.
Ia menjatuhkan kepalanya pada pintu kayu itu.
"Sialan!! Baru pertama kali ini aku bisa jadi seperti ini pada seorang wanita. Ia membuatku terbang keatas awan seperti seekor burung merpati yang sedang jatuh cinta, tapi dia juga yang menghempaskan ku seperti sebuah kaca. Arghhh!!"
Ia menjerit lalu memukul-mukul pintu depan kamarnya.
"Sialan. Sialan!!" makinya.
"Aku benci padamu Jiyeon!!"
Disaat ia sedang meluapkan emosi suara handphone dari dalam saku celananya pun berbunyi. Ia mengambil handphone itu lalu membuka kotak pesan.
[From: Excel
Message: Apakah hari ini kau kosong?]
Ia hanya membacanya, lalu melihat pesan lain yang masuk ke handphone itu.
[From: Jalangnya Alien
Message: Malam ini 😉]
Jungkook yang pada saat itu sedang merasa frustasi karena cinta pertamanya yang gagal sebelum mencoba pun membalas pesan yang telah dibacanya.
Pertama ia membalas pesan dari Excel.
[To: Excel.
Message: Ya, hari ini aku kosong. Memangnya kenapa?"
Send.]
[From: Excel.
Message: Maukah kau menghabiskan waktu bersamaku malam ini?]
[To: Excel.
Message: Jika malam ini aku tak bisa. Bagaimana jika besok saja?
Send.]
[To: Jalangnya Alien
Message: Aku siap.
Send.]
[From: Excel.
Message: Baiklah, aku menunggumu 💋]
Setelah selesai membalas pesan mereka Jungkook langsung menghempaskan handphone-nya kelantai.
Sebenarnya ia tak merasa bahagia bila dengan wanita-wanita itu, berbeda saat ia sedang bersama dengan Jiyeon -yang ternyata telah sah menjadi hak milik orang lain, sialan sekali.
Handphone yang sudah pecah layarnya itu pun jadi semakin parah retaknya, namun hal itu tak dipedulikan oleh Jungkook.
"SIALAN!!" geramnya pada diri sendiri, ia telah merasa dibodohi oleh wanita cupu itu.
Mulai besok ia tak akan mau berdekatan lagi dengan Jiyeon.
Itulah sumpah seorang Jeon Jungkook pada dirinya sendiri.
♠ TBC ♠