"Kau sudah siap?" bisik Hyorin lembut pada Taehyung.
Taehyung mengangguk pelan.
Saat ini ia dan Hyorin sedang berada di kantor polisi. Ia baru saja selesai membuat tuntutan pada Seojoon.
Gurat kelelahan tampak jelas pada wajah Taehyung.
Menjawab rentetan pertanyaan dari pihak kepolisian yang mengurus laporannya dan memaksanya mengingat kembali peristiwa menyakitkan yang terjadi malam itu membuat kepala Taehyung terasa berat.
"Sudah banyak reporter yang menunggu di luar" kata Kwon Yeol pengacara keluarga Seokjin yang sedari tadi mendampingi Taehyung.
Hyorin mengangguk "Aku memang sengaja mengundang mereka" kemudian ia menggamit lengan Taehyung "Ayo"
Taehyung menarik nafasnya sebelum keluar dari ruangan itu.
Kilatan blitz kamera langsung menyambutnya. Taehyung mengerjapkan matanya yang terasa perih.
"Aku di sini hanya untuk membantu adikku menjelaskan sesuatu pada kalian" kata Hyorin tenang pada para reporter yang merubunginya.
Hyorin melirik Taehyung yang berdiri gemetar, ia meraih tangan Taehyung dan meremasnya sedikit untuk memberi Taehyung sedikit kekuatan.
Para reporter itu kini melirik ke arah Taehyung, namun tidak ada satu pun yang menyodorkan mic mereka.
"Aku mohon kalian dengarkan dulu. Kalian tau aku bukan tipe artis yang suka mencari sensasi, bukan? Aku melakukan ini untuk adikku, dan untuk membersihkan nama baik seseorang yang tidak bersalah".
Akhirnya beberapa reporter yang menyodorkan mic mereka dan memberi isyarat pada Taehyung untuk bicara.
"A-aku.. Aku hanya ingin menjelaskan tentang video yang berkaitan tentang CEO KIM COMPANY, Kim Seokjin~ssi" tutur Taehyung dengan terbata bata.
"Apa ini tentang video pemukulan yang sedang viral?" tanya seorang reporter.
"Nde, video yang itu" jawab Taehyung cepat "Aku hanya ingin menjelaskan bahwa Kim Seokjin~ssi memukul pria itu karena aku".
Para reporter itu saling memandang bingung namun tetap menunggu jawaban Taehyung.
"Aku di perkosa oleh pria itu, Seokjin~ssi hanya berusaha membelaku yang saat itu tengah di rawat di rumah sakit karena percobaan bunuh diri" jelas Taehyung lagi dengan mata berkaca.
"Jadi aku mohon jangan lagi menghujat Seokjin~ssi. Bukan dia yang bersalah di sini, dia melakukan itu untuk membelaku" ucap Taehyung lagi.
"Ada kabar bahwa pria yang di pukul di video itu adalah Park Seojoon, salah satu teman dari Seokjin~ssi sendiri, apa itu benar?" Cecar salah satu reporter itu.
Taehyung meneguk liurnya susah payah. Membayangkan Seojoon membuatnya seketika merasa mual.
Ia terdiam sejenak lalu menghela nafas dan mengangguk pelan.
"Nde, itu benar".
.
.
.
Seokjin tengah mempelajari berkas yang baru saja di berikan oleh sekretarisnya ketika Nam Gil datang dengan langkah tergesa.
"Seokjin" serunya keras.
Seokjin mendongak dan mengerutkan dahinya.
"Ya? Ada apa, ahjussi?" tanya Seokjin bingung.
Ia memandang heran pamannya yang tampak luar biasa panik.
"Seokjin kau harus lihat ini" seru Nam Gil lagi seraya memberikan tabnya pada Seokjin.
Seokjin menerimanya dan mulai memutar video yang ada di tab itu.
Sedetik kemudian matanya melebar saat melihat rekaman wawancara Taehyung.
"I-ini... " Seokjin bahkan tidak sanggup menyelesaikan ucapannya.
Ia segera mengembalikan tab itu dan meraih ponselnya di meja.
Seokjin mencoba menghubungi ponsel Taehyung yang sialnya tidak di jawab.
Seokjin berdecak gusar, ia mencoba lagi namun masih sama.
Taehyung tidak mengangkat teleponnya.
"Seokjin, apa yang di katakan anak itu benar? Kau memukul orang itu untuk membelanya? Memang apa hubungan kalian" tanya Nam Gil bertubi-tubi.
Seokjin sama sekali tidak menjawab, dia bahkan langsung keluar ruangan dengan ponsel masih menempel di telinganya.
"Seokjin?!"
"Maaf ahjussi, aku harus pergi"
.
.
Seojoon sedang berjalan di koridor kampus bersama Joon Myeon ketika ia menyadari banyak mata menatapnya penasaran dan saling berbisik.
Seojoon menyenggol lengan Joon Myeon.
"Hey, apa kau merasa dari tadi semua orang memperhatikan kita?".
Joon Myeon memandang sekelilingnya. Ia mengerutkan kening ketika beberapa orang berbisik-bisik sambil menunjuk ke arahnya dan Seojoon.
"Ada apa ya, hyung? Tatapan mereka semua aneh" bisik Joon Myeon bingung.
Seojoon hanya mengendikan bahu tanpa minat.
Mereka terus berjalan sampai ke ruangan klub teater.
"Halo, semua" sapa Seojoon ramah seperti biasa.
Dan Seojoon kembali di buat bingung karena tidak ada satu pun anggota klub teater yang ada di ruangan itu membalas sapaannya.
Alih-alih membalas mereka malah memandang Seojoon dari ujung kepala sampai kaki kemudian saling berbisik.
Seojoon berdecak kesal. Lama-lama risih juga karena tidak mengerti arti tatapan mereka padanya.
"Yak, ada apa? Kenapa kalian semua menatapku dengan aneh dan saling berbisik?" tanya Seojoon gusar.
Semua diam, tidak ada satu pun dari mereka yang berani buka suara.
"Hey, kenapa tidak ada yang menjawab?" ucap Joon Myeon berkacak pinggang.
Salah seorang anggota klub yang juga adik tingkat mereka akhirnya memberanikan diri membuka suara.
"Nama Seojoon sunbae~nim di sebut oleh Taehyung dalam wawancara nya".
"Wawancara apa?" tanya Seojoon. Entah kenapa keringat dingin mulai terbit di dahi nya.
Orang itu meraih ponselnya dan menunjukannya pada Seojoon dan Joon Myeon.
"Aku di perkosa oleh pria itu, Seokjin~ssi hanya berusaha membelaku yang saat itu tengah di rawat di rumah sakit karena percobaan bunuh diri"
"Ada kabar bahwa pria yang di pukul di video itu adalah Park Seojoon, salah satu teman dari Seokjin~ssi sendiri, apa itu benar?"
"Nde, itu benar".
"Astaga, hyungnim, kau-" Joon Myeon menutup mulutnya dengan wajah shock. Ia menatap Seojoon tidak percaya.
"Tidak! Itu tidak benar!" seru Seojoon panik "Taehyung berkata begitu hanya untuk membela Seokjin dan memfitnah ku!"
"Kalian harus percaya padaku! Seokjin itu punya dendam padaku, makanya dia menyuruh Taehyung untuk-"
"Hyungnim, Taehyung tidak akan berbuat begitu" Joon Myeon menyipitkan matanya "Sekarang aku mengerti alasanmu tidak mau menuntut Seokjin".
"Joon Myeon, kau lebih percaya Seokjin atau aku?"
Joon Myeon menggeleng bingung.
Beberapa anggota klub berdiri
"Yak.. kalian mau kemana?" tanya Seojoon bingung dan panik.
"Maaf, sunbae~nim, tapi kami akan berhenti dari kegiatan klub sampai berita ini jelas" jawab salah satu dari mereka.
Seojoon dan Joon Myeon bahkan tidak kuasa mencegah mereka.
"Ini semua salahmu, hyungnim" seru Joon Myeon marah ketika mereka hanya tinggal berdua.
"Salahku?! "
"Iya, tentu saja salahmu! Ini semua karena perbuatanmu pada Taehyung!" Joon Myeon mengusap kasar wajahnya "Bodoh sekali aku ini, bisa-bisanya percaya padamu!"
"Yak, Kim Joon Myeon!" teriak Seojoon ketika Joon Myeon meninggalkan nya sendirian di ruang klub teater.
Tapi Joon Myeon terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun.
Seojoon menggeram kesal dan menggebrak meja.
"Kurang ajar kau, Kim Taehyung!"
.
.
.
"PARK SEOJOON, APA YANG KAU LAKUKAN DI KOREA SANA, HUH??!"
Seojoon terdiam mendengar ayahnya mengamuk di ujung telepon sana.
"Appa, aku-"
"Sekarang juga kau berangkat ke Jepang. Jongin akan mengurus keperluanmu di sana. Jangan kembali ke Korea sampai masalah ini selesai, mengerti?"
"Nde, appa, aku mengerti" jawab Seojoon cepat.
Ia kemudian bergegas naik ke mobilnya dan melajukan mobilnya ke arah apartemen miliknya.
Ia harus secepatnya mengambil passport dan keperluan lainnya.
Seojoon menekan pedal gas mobilnya lebih dalam
Malam ini juga ia harus pergi dari Korea.
.
.
.
Setelah urusannya di kantor polisi dan wawancara itu selesai, Taehyung meminta Hyorin mengantarkannya ke apartemen Seokjin.
Banyak hal yang ingin Taehyung jelaskan pada kekasihnya.
Taehyung merogoh ponselnya, ia meringis ketika menyadari bahwa sedari tadi ia sengaja mematikan ponselnya.
Taehyung menyalakan ponselnya dan belasan pesan masuk.
Ada nama Seokjin di sana.
Taehyung baru akan menghubungi Seokjin ketika ponselnya berdering panjang.
Seokjin.
Taehyung menarik nafas dan mengangkat teleponnya.
"Kau di mana, Taehyung?!" seru Seokjin begitu Taehyung menggumam kata 'halo'
"Tebak aku di mana" jawab Taehyung berusaha setenang mungkin.
Di sebrang sana Seokjin menghembuskan nafas kasar. Ia menggeleng gemas.
"Sayang-"
"Aku di apartemenmu, hyung" jawab Taehyung akhirnya.
"Aku segera pulang"
Kemudian Seokjin menutup telepon mereka.
Taehyung menggigiti kukunya gugup.
Taehyung menarik nafas, berusaha untuk menenangkan dirinya.
Ia memilih duduk di sofa dan menunggu Seokjin.
Taehyung menyandarkan kepalanya di sofa dan memejamkan mata.
Bagaimana kalau Seokjin marah karena Taehyung melakukan wawancara itu tanpa bicara dengannya lebih dulu?
Bagaimana kalau setelah ini Seokjin kembali di hujat karena hubungan mereka?
Bagaimana kalau-
Cklek
Taehyung mendongak menatap Seokjin yang berjalan cepat menghampirinya.
Raut wajah pria itu tampak serius dengan tatapan intensnya pada Taehyung.
"Kenapa kau melakukannya, sayang?" tanya Seokjin pelan begitu ia mendudukan dirinya di lantai dengan tangan menyentuh lutut Taehyung.
Taehyung menggigit bibirnya, matanya meredup sedih.
"Aku hanya ingin membelamu. Hatiku sakit membaca semua komentar buruk tentangmu. Mereka bahkan tidak mengenalmu, tapi bagaimana bisa mereka berkomentar seolah paling mengerti kejadian yang sebenarnya"
Taehyung menunduk kemudian melanjutkan ucapannya "Lalu kau juga terancam kehilangan perusahaan mu, aku tau bagaimana perusahaan itu sangat berarti bagimu dan bagi Jimin. Jadi aku tidak bisa diam saja tanpa berbuat sesuatu untuk membelamu".
Seokjin memiringkan kepalanya, mencari mata Taehyung yang sedang tertunduk dalam.
Seokjin mengulurkan tangannya untuk menyentuh dagu Taehyung dan hingga pria kesayangannya itu mendongak dan mata mereka bertemu.
"Apa kau marah karena aku tidak membicarakan ini padamu dulu, hyung?"
Seokjin menggeleng pelan.
"Aku hanya mencemaskan mu" jawab Seokjin.
Taehyung berkedip polos dan memandang Seokjin penuh tanya.
Seokjin tersenyum sendu.
"Kau akan kembali berurusan dengan Seojoon, kau harus mengingat kembali kejadian buruk itu-" ucap Seokjin sedih "-apa itu tidak akan jadi masalah untukmu?"
"Aku hanya tidak mau kau kembali ketakutan, Taehyung" ucap Seokjin lagi.
Taehyung mengerjapkan matanya yang entah kenapa terasa panas sekarang.
Taehyung diam, mengingat ia akan kembali berurusan dengan Seojoon cukup membuatnya sakit kepala.
Tapi-
Ia harus melakukannya untuk Seokjin.
Dan untuk dirinya sendiri.
"Aku tidak bisa terus menerus bersembunyi, aku harus menghilangkan ketakutanku dan menghadapinya langsung adalah satu-satunya cara" Taehyung membasahi bibirnya.
Dengan mata menerawang jauh Taehyung terus melanjutkan ucapannya pada Seokjin yang mendengarkan dengan tenang.
"Hyung, seperti kau yang tengah belajar untuk berdamai dengan dirimu sendiri dan melupakan rasa bersalahmu pada kematian Jisoo, aku pun tengah belajar begitu" Taehyung tersenyum sendu.
"Aku belajar untuk berdamai dengan diri sendiri, belajar menerima kenyataan bahwa memang peristiwa itu sudah terjadi dalam hidupku agar aku bisa melupakannya dan kembali melanjutkan hidupku".
Seokjin bangun mendekat dan menarik Taehyung ke dalam dekapan nya.
"Aku akan selalu ada untuk mendukungmu Taehyung, apapun yang terjadi kau tidak akan menghadapinya sendirian".
Taehyung tersenyum lalu menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Seokjin.
Ia menghela nafas lega dan memejamkan mata.
Taehyung bersyukur bahwa Seokjin ada.
.
.
.
Seojoon baru turun dari mobilnya ketika dua orang berbadan tegap datang menghampirinya.
"Park Seojoon~ssi" ucap salah satu dari orang itu dengan nada formal dan kaku.
"Nde" jawab Seojoon sembari melayangkan tatapan waspada.
Orang itu memandang Seojoon tajam.
"Kami dari kantor polisi Seoul" ucap orang itu seraya menunjukan id card mereka.
Seojoon menelan liurnya dengan susah payah. Wajahnya pias seketika.
"Kami menerima laporan bahwa anda sudah melakukan pelecehan seksual pada seseorang"
"Itu tidak benar!" seru Seojoon panik.
"Anda bisa menjelaskannya di kantor. Sekarang ikut kami ke kantor untuk memberi keterangan lebih lanjut".
Dan nyali Seojoon menciut seketika.
Tbc
Haloooooooo
Aku minta maaf karena lama lanjutin ff ini.. Dan klo ternyata part ini jelek dan gak sesuai sama yg kalian mau.. Percayalah aku sudah berusaha update di tengah mood yg berantakan dan kerjaan yg tidak manusiawi.. :')
Terima kasih buat yg sudah mau voment.. Maafkan typo yg mengganggu..
freaky_dini 💜