Zenitsu pov
Dunia ini menyeramkan, penuh dengan banyak kejahatan. Banyak sekali pembunuhan yang terjadi, dan itu disebabkan oleh Oni. Aku ini payah dan gak bisa melakukan apa pun, jadi aku akan selalu tidur sambil merenung mengapa aku lahir. "Zenitsu..." panggil seseorang dari jauh. Aku pun mengarahkan pandanganku kearah suara itu, ternyata Tanjirou datang mengunjungiku. "Tanjirou... ada perlu apa?" tanyaku.
"Ehm... kita hari ini rapat," katanya dengan senyum gugup. Aku menatapnya dengan heran,
"Rapat apa?" Mukanya pun berubah jadi kesal ketika aku mengajukan pertanyaan itu, "Bukan rapat apa-apa," katanya sambil berjalan pergi. "HUWEH!!!! MAAFKAN AKU!!!! AKU AKAN IKUT RAPAT!!!! TAPI JANGAN BERIKAN AKU TATAPAN MENYERAMKAN ITU!!!!" Akhirnya aku pun terpaksa ikut ke rapat pilar yang mengerikan itu, mengapa sih aku menjadi pilar?
Sesampainya disana semua pilar sudah berkumpul, kecuali Oyakata-sama... dan aku merinding karena mereka semua. "Zenitsu... apa kau baik-baik aja?" tanya Himejima.
"I-IYA!!!!" kataku sambil gemetaran. Kanao menatapku dengan datar, Genya menampar dahinya karena sikapku. Inosuke pun menahan tawanya, apa aku sememalukan itu?
"Ya ampun," kata Genya.
"WHAHAHAHAHA!!! SETELAH SEKIAN LAMA KAU MASIH PENAKUT JUGA!!!!! WHAHAHAHAHA!!!!"
Aku pun langsung menangis mendengarnya, dan membuat Tanjirou menghela napas pasrah. Kanao hanya menatap kami dengan aneh, dan pilar yang lainnya memberikan wajah datar pada kami berlima. "Sudahlah... Oyakata-sama sebentar lagi datang," kata Iguro.
"Iya... dan sebaiknya kalian menjaga sikap kalian," kata Iguro. Karena takut akan suaranya air mataku pun tambah turun, dan membuat tawa Inosuke semakin besar. "Sudahlah... tidak ada gunannya bertarung," kata Giyuu. Aku menatapnya dengan bahagia, dan berlari memeluknya.
Sabito : WOE!!!!!
"Makasih banyak Tapioka-san," kataku sambil menangis tersendu-sendu. Mendengar tangisanku, tawa yang lainnya pun pecah. "Tomioka, bukan Tapioka." Aku tetap memeluk erat dirinya, dan membuat keempat temanku menarikku dari dia. "Sudahlah Zenitsu, kasihan Giyuu-san," kata Tanjirou.
"Kasihan pula pacarnya," timpal Genya.
"Aku malah kasihan ama anak ini, awas dia ditabok Sabito," kata Inosuke.
"Benar!!!" balas Kanao singkat.
Tiba-tiba saja aku mendengar suara langkah kaki dari jauh, langkah kakinya bukan Cuma milik Oyakata-sama, Amane-san, dan kedua anak mereka, ada lima anak yang ikut dari belakang. Dan didengar dari jauh, mereka berlima lagi bertengkar, tapi mengenai apa? "Zenitsu-san, apa kau mendengar sesuatu?" tanya Tanjirou.
"Iya... Oyakata-sama semakin dekat, tapi ada lima anak yang mengikutinya dari belakamg. Dari suara mereka, mereka bukan anak-anak Oyakata-sama."
"Lalu... siapa mereka?" tanya Inosuke.
"Entahlah... tapi Oyakata-sama sudah hampir datang."
Ketika pintu terbuka, kami menemukan sosok pria yang kami anggap sebagai ayah, dan lima orang anak mengikutinya dari belakang. "Ah... kalian pasti heran mengapa aku membawa mereka berlima kan? Aku membawa mereka semua ingin bertemu lima dari kalian." Ketika Oyakata-sama selesai berbicara kelima anak tersebut menunjukan diri mereka, dan entah mengapa salah satu dari mereka menatapku dengan tajam.
"Yang paling kiri dan yang sedang menatapmu Zenitsu, namanya adalah Uzui Tengen, lelaki muda yang energik," jelas Oyakata-sama. Energik sih energik, tapi mengapa aku yang ditatap? Apa dia mengira aku ini oni? Apa dia akan membunuhku? Tunggu... aku pun melihat dia mulai mengeluarkan pedangnya. Yaps... dia berpikir aku oni, aku akan mati.
*timeskip yang dibawa oleh author yang sedang menggali lubang*
Aku berlari sekencang mungkin menghindari serangan dari Uzui, tapi untuk ukuran seseorang yang bukan pilar serangannya ke'cepat'an. Apa benar anak ini bukan pilar? Apakah dia ingin membunuhku karena dia ingin posisi pilar? Apa karena dia tahu aku ini yang paling lemah sehingga dia mengincar aku? "MENGAPA KAU MENGINCAR AKU???!!! MENGAPA BUKAN TANJIROU ATAU YANG LAINNYA????!!!"
"Aku gak peduli!!! Jadi berhentilah lari dan lawanlah aku layaknya pilar sejati!!!" katanya sambil terus mengejarku. Tentu aja aku tidak bisa melawannya, aku terlalu takut ketika melihat matanya. Aku pun mempercepat lariku agar dia tidak bisa mengikutiku, tapi apa yang kulakukan itu sia-sia. Kecepatan larinya tidak sebanding dengan pangkat miliknya, dan itu membuat aku kelelahan.
Namun, tiba-tiba saja serangannya berhenti, ketika aku melihat kebelakang dia dihentikan oleh teman sebayanya. Aku pikir nama dari temannya itu Sanemi, Shinazugawa Sanemi. Tunggu... namanya mirip dengan nama Genya, apa dia adik Genya? Tidak, ini bukan waktu untuk memikirkan semua itu, tapi nampaknya Sanemi dan Uzui sementara berdebat. Aku pun memanfaatkan waktu itu untuk lari, dan Uzui terlihat sangat kesal ketika mendapati aku berhasil kabur.
Semoga aja keanehan ini cuma bertahan untuk hari ini, semoga besok dia tidak mengejarku lagi. Namun, kita semua tahu itu tidak akan menjadi kenyataan.
*timeskip dibawa oleh author yang masuk kedalam lubang*
Third peson pov
Keesokan harinya Uzui masih mengejar Zenitsu. Jujur saja kecepatannya meningkat drastis dari yang kemarin. Bagaimana caranya seseorang yang secepat dia masih pemula? Apa benaran dia bukan seorang pilar tersembunyi?, batin Zenitsu. "KEMBALI DAN LAWAN AKU!!!!"
"TIDAK, MAKASIH, AKU MASIH PENGEN MELIHAT HARI ESOK!!!!"
"BUKANKAH KAU SEORANG PILAR??? SEORANG PILAR SEHARUSNYA TIDAK TAKUT MELAWAN PEMBURU IBLIS YANG BARU MASUK!!!!!"
"KALAU BEGITU AKU BUKAN PILAR, KUMOHON TINGGALKAN AKU SENDIRIAN!!!!"
"GAK AKAN!!! LAWAN AKU, PILAR KILAT, AGATSUMA ZENITSU!!!!"
"MAAF, TAPI TIDAK!!!! AKU GAK SEKUAT TANJIROU, SECEPAT KANROJI, SEHEBAT INOSUKE, DAN TIDAK SETEGAS GENYA UNTUK MEMBELA DIRI!!!!"
"LAWAN AKU!!!!"
"TIDAK!!!!"
Dari jauh Tanjirou dan Kyoujuro (15 tahun) hanya bisa melihat tingkah laku mereka berdua, "Mengapa Uzui-san ingin melawan Zenitsu seburuk itu?"
"Entah, aku gak terlalu dekat ama Tengen, lebih dekat ama Muichirou, yang lebih dekat ama dia itu Sanemi. Namun, Sanemi sendiri gak tahu atas dasar apa Tengen pengen melawan Zenitsu," jelas Kyoujuro.
"Jadi, kita hanya bisa duduk tenang dan melihat mereka kejar-kejaran?"
"Yaps, itu benar!!!"
*timeskip dibawa oleh author yang sedang menutupi lubang tempat dia berada*
Setiap hari selalu sama, Zenitsu dan Uzui akan terus kejar-kejaran sampai Sanemi mengehentikan aksi Uzui dan memarahinya. Namun, itu tidak membuat kejar-kejaran mereka berhenti sampai disitu, siklusnya akan terulang tiap harinya, dan membuat Zenitsu sendiri muak. Pada satu hari, yang datang padanya bukan Uzui melainkan Muichirou yang seangkatan dengan Uzui.
"Muichirou, ada masalah apa?"
"Tolong kau lawan Tengen, aku mohon padamu," kata Muichirou sambil berlutut. Zenitsu terkejut bukan main melihat seorang pemburu iblis muda berlutut didepannya, dia tidak sangka hanya demi dirinya bertarung dengan Uzui, Muichirou sambil berlutut. "Aku tidak mengerti mengapa aku harus melawan dia, maksudku tidak ada gunannya melawan pilar lemah seperti aku."
"Untukmu mungkin kau lemah, tapi untuk Tengen kau itu luar biasa. Dia punya alasan untuk melawanmu, jadi aku mohon datang dan lawanlah dia," katanya tidak mengangkat dahinya dari lantai. Zenitsu menghela napas pelan, dan memakai kimononya. "Kau boleh pergi, aku akan pergi menemui Uzui. Dimana lokasinya?"
"Dihutan dekat sini, kau seharusnya dapat mendengar teriakannya dari jauh."
"Baiklah."
Zenitsu pun pergi kehutan terdekat dari kediamannya, dan mendengar suara Uzui dari jauh. Namun, suaranya tidak terdengar bersemangat, suaranya seakan dia merasa kesakitan. Ketika menghampirinya Uzui, Zenitsu melihat sosok lelaki yang tidak ingin dia lihat. Kaigaku, orang yang dia anggap kakak, dan merupakan penyebab Jigoro Kuwajima alias pelatihnya meninggal. Amarah Zenitsu meluap ketika melihatnya, dia ingin menyerah Kaigaku sekarang itu juga.
Namun, sesuatu menghentikannya. Sesuatu itu adalah tatapan dan senyuman dari Uzui Tengen, dia mengisyaratkan Zenitsu untuk tidak menampakan diri pada Kaigaku. Dan anehnya Zenitsu menurutinya, dan membuat air mata mengalir diwajahnya tanpa alasan yang jelas. "Cih... kau akan kuberi kesempatan sekali lagi, kalau kau tidak membunuh Agatsuma Zenitsu maka nyawa dari saudara kecilmu akan lenyap seketika," kata Kaigaku sambil meninggalkannya.
Zenitsu pun mendekati Uzui, dan melihat Uzui dalam keadaan terluka. "Mengapa kau tidak memberitahu aku?"
"Dia melarang aku."
"Kalau kau memberitahu aku, aku yang akan membunuhnya."
"Aku takut, saking takutnya daya pikirku hilang. Namun, semua itu kembali ketika kau mengatakan bahwa kau berbeda dari keempat pilar yang seumuran denganmu. Itu mengingatkan aku pada adikku, dia selalu membandingkan dirinya dengan kami semua. Itu karena dia memiliki penyakit, dan hanya bisa tiduran. Keluarga kami gak mapan, dan terpaksa mencuri demi membeli obatnya."
"Apa dia menerima obat itu?"
"Tidak, dia lebih baik sakit daripada sembuh tapi merupakan hasil dari orang lain menderita. Aku lupa total bahwa dia tidak akan senang kalau dia hidup tapi orang lain terpaksa aku bunuh karena dia," kata Uzui. Uzui menatap Zenitsu dengan mata berkaca-kaca, "Kumohon padamu pilar kilat, tolong selamatkan nyawa adikku." Zenitsu pun memeluknya, dan membiarkan dia menangis. "Dengan senang hati, dengan senang hati."
~Tamat~
Ro : *telah terkubur* Sekian dariku, semoga kalian suka, maaf jika jelek, gaje, dan aneh gimana gitu.... Nah, kalau kalian mencariku aku sementara menjadi kentang, jadi kalau cari, kalau kalian melihat ahoge putih beserta sebuah kepala menjulur dari tanah, itu adalah aku :v.... Sekian, sampai jumpa dilain chapter.