|A Dandelion Wish [Markhyuck]🌸|
🔎 Original Story From Xi Zhi 🔍
📝Remake By JisungDevian 📝
"Mengapa seminar kedokteran internasional kali ini..., rumah sakit tidak mengirimmu pergi?"
"Oh..."
Ibu Haechan datang untuk menyalahkan dirinya. Tidak apa-apa, kemarahan Haechan sudah diredakan oleh Mark. Pria itu mengajarinya untuk melihat sesuatu dari sisi yang berbeda.
"Iya. Kali ini rumah sakit mengirim Dokter Wang."
"Dokter Wang? Dokter Wang yang mana ya...?"
Ibu Haechan melipat tangan kirinya didepan dada. Setelah berpikir agak lama, kemudian tangan kananya menepuk pelipisnya ketika ia akhirnya teringat.
"Maksudmu, Wang Yiren?
"Benar."
"Aku tahu, pasti dia. Kalau begitu apa yang sudah kau lakukan? Apa kau berusaha mendapatkan kesempatan itu?" Tangannya beralih menunjuk Haechan, menyalahkannya tiada henti.
"Iya, aku membuat sebuah laporan yang lengkap mengenai prestasiku beberapa tahun terakhir. Aku berusaha keras..."
"Cukup! Semua itu hanya alasanmu untuk mengelak saja, kan? Kau memang tidak cukup keras berusaha. Apa kau tahu hal-hal yang sudah dilakukan Wang Yiren? Dia mendapatkan posisi pada asosiasi perkumpulan dokter, dia menjalin hubungan yang baik dengan setiap kepala rumah sakit. Terlebih lagi, hubungannya dengan kepala pabrik obat sangatlah baik. Siapa yang tidak mengacungkan jempol begitu mendengar nama Wang Yiren? Aku berani menjamin bila Jeno tidak menjadi kepala rumah sakit, yang akan diangkat naik menerima jabatan itu pastilah Wang Yiren."
Lalu? Mengapa?
Haechan tidak akan menggunakan relasi untuk mendapatkan suatu jabatan. Memiliki posisi tinggi karena kemampuan serta ketekunan yang dimilikinya, itu baru hal yang benar.
"Mengapa diam saja? Jadi kau juga tidak berniat mendapatkan posisi sebagai kepala dokter ahli bedah?" Ibu Haechan mencibir dengan dingin, membuat hati Haechan bagaikan jatuh ke dasar jurang.
"Aku tidak memenuhi syarat menjadi seorang dokter kepala. Pengalamanku belum cukup."
Tentunya Haechan pernah terpikir untuk mendapatkan posisi itu. Walaupun pengalamannya belum banyak, Haechan tetap memikirkan cara untuk mengutarakan keinginannya tersebut kepada dewan pengurus rumah sakit. Akan tetapi, Haechan juga tahu kalau kemungkinan berhasilnya tidaklah besar.
"Memangnya mengapa jika pengalamanmu masih sedikit? Hal yang tidak dapat dilakukan orang lain kan belum tentu tidak berhasil kau lakukan juga."
Sang ibu membenci putranya yang sudah menyerah sebelum berperang, sedikitpun tidak mirip dengannya.
"Aku tidak ingin membohongi diri sendiri. Aku memang merasa tidak dapat melakukannya."
"Tidak kuduga kau bahkan tidak mencobanya. Haechan, ada apa sebenarnya denganmu?" Sang ibu menyemangati Haechan sambil memegang pundaknya.
"Aku tidak apa-apa. Aku tetap berusaha dan tetap memperioritaskan pekerjaan."
Haechan mundur beberapa langkah, menjauhi aura mengancam yang terpancar dari ibunya.
"Benarkah? Dua bulan yang lalu, kau sudah meminta cuti selama sepuluh hari."
"Aku perlu bersantai. Lagi pula, aku jatuh sakit."
"Benarkah? Bukan seperti yang dibicarakan orang, kalau kau sudah mempunyai pacar?"
Awalnya Sang ibu ingin menjodohkan Haechan dengan Jeno. Tak disangka dirinya mendengar dari pria itu kalau putranya sudah mempunyai pacar.
"Aku sudah berumur 27 tahun. Pacaran bukanlah sebuah kesalahan."
"Huh! Jadi memang benar karena cinta, ya. Cinta yang tidak masuk akal. Hormon yang satu itu betul-betul tidak berguna. Haechan, kau sudah menyia-nyiakan didikanku kepadamu."
Ibu Haechan menggelengkan kepalanya dengan kecewa. Haechan menunduk. Selama ini, dirinya selalu takut dengan tatapan mata seperti itu. Dahulu, ibunya selalu menggunakan tatapan tersebut saat melihat ayahnya, dan kemudian Haechan kehilangan keluarganya yang utuh. Meskipun keluarga itu sebenarnya memberikan kehangatan kepadanya, bagaimanapun dipandangan mata orang lain keutuhan keluarga tetaplah sesuatu yang indah.
"Aku begitu keras berusaha, mengapa kau tidak menjadikan ku sebagai contoh untukmu? Aku membesarkanmu dengan begitu sabarnya, bukan untuk melihatmu tumbuh menjadi seorang yang tidak berguna."
"Setiap orang dapat menikmati hidupnya dengan santai. Mereka bisa berteriak pada pasangannya bahwa cintanya amatlah dalam. Akan tetapi, hanya sedikit orang yang dapat menyelamatkan nyawa orang lain dengan pisau bedahnya."
"Aku selalu berharap kau bisa menjadi seseorang yang spesial, berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Aku berharap suatu hari kelak kau akan menjadi juara satu diantara sebagian kecil orang yang bekerja keras, memimpin kalangan kecil tersebut untuk mencapai puncak ilmu kedokteran. Tidak kusangka, kau malah begitu menyedihkan, menyerah maju hanya demi sebuah cinta."
Haechan menelan segala kesedihannya. Ia bertanya dengan lembut, "Ibu begitu tidak percaya dengan cinta, lalu mengapa menyuruhku mengikuti acara perjodohan?"
"Setiap pria yang kupilihkan untukmu, bisa membantu kariermu. Kepala rumah sakit, atau mungkin profesor di fakultas kedokteran, mereka akan bersikap seperti pamanmu. Mereka akan membantu mempromosikan kemampuanmu, membantu mendapatkan lebih banyak kesempatan."
Sayangnya pria yang dicintai Haechan bukanlah tipe yang seperti itu. Mark tidak memiliki kemampuan seperti yang diinginkan ibunya. Mark bukan seorang dokter, tidak memiliki jabatan apapun, tidak dapat membantu Haechan mendapatkan masa depan yang terjamin. Mark hanya bisa memasak nasi, sayur, serta membuat dirinya mengerti bahwa kehidupan ini tidaklah begitu menakutkan.
"Aku ingin kau menjadi yang terhebat dari kalangan yang hebat. Aku ingin kau lebih unggul daripada orang lain, bukan menjadi orang yang biasa-biasa saja."
"Jadi, bila melakukan hubungan intim dengan Jeno membuatku mendapatkan posisi dokter kepala, atau mendapatkan kesempatan mengikuti seminar internasional, itu berarti aku harus bersedia untuk melakukannya?" Haechan tertawa dengan terpaksa.
"Ibu Jeno sangat menyukaimu. Kau seharusnya memupuk perasaan padanya."
Ibunya tidak menjawab dengan jelas, malah memberitahukan secara samar bahwa berhubungan intim bukanlah hal tidak boleh dilakukan, asalkan Haechan melakukannya dengan Jeno.
"Maaf. Aku memang bisa menjadikan ibu sebagai contoh untuk memotivasi diri sendiri agar dapat semakin maju,tetapi hal cinta dan pernikahan, aku tidak mau meniru."
Pertama kalinya didepan ibunya, Haechan memiliki pendapatnya sendiri.
"Pernikahan yang gagal antara aku dan ayahmu, masih belum cukupkah untuk membuatmu waspada terhadap cinta?"
Pemberontakkan putranya membuat ibu Haechan marah. Ibu Haechan meninggikan suaranya.
"Mungkin saja ibu bertemu dengan orang yang salah? Mungkin aku... bisa sedikit lebih beruntung daripada kalian."
"Jadi, sebanyak apapun kata-kata yang kuucapkan sekarang, kau akan tetap pada pendirianmu untuk menjadi manusia yang biasa saja?"
Ibu Haechan sangat marah. Putranya yang selalu menurut padanya, menyia-nyiakan semua didikannya hanya karena cinta.
"Tidak ada yang salah dengan menjadi manusia biasa. Setidaknya aku merasa bahagia."
Haechan teringat sosok wajah Mark. Senyumnya mengembang secara otomatis.
"Huh! Menyukai seorang pria yang tidak punya pekerjaan, pria yang hanya bisa mengantarkan bekal kepada pacar? Benar-benar hanya memanfaatkanmu saja!" Ibu Haechan membenci kebahagiaan semu putranya.
"Tidak peduli dia memanfaatkanku atau tidak, yang penting aku menyukainya. Dia membuatku merasa bahwa diriku ini layak untuk dihargai."
"Dasar idiot! Kalau tahu dari awal kau hanyalah seorang pecundang sejati, manusia yang begitu biasa, aku tidak seharusnya berusaha keras untuk meningkatkan potensi dalam dirimu. Kau sudah mengecewakanku Haechan! Punya anak sepertimu, aku benar-benar malu!" Ibu Haechan berkata dengan geramnya.
"Tidak peduli ada atau tidaknya pengakuan dari Anda, dia tetaplah seorang dokter yang baik di hati orang lain. Tidak peduli Anda setuju atau tidak, prestasinya telah banyak membuat orang mengaguminya. Dia berprestasi, dia bukan hanya seorang manusia biasa. Masalah utamanya, dia sudah berusia 27 tahun, sudah cukup dewasa untuk membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Tidak lagi Anda perlu mengambil cambuk untuk memaksanya berjalan maju."
Tiba-tiba, terdengar suara lain yang masuk kedalam percakapan mereka. Mereka berdua nyaris melompat terkejut dibuatnya.
Mark berjalan keluar dari kamar. Ia sudah tidak tahan mendengar ucapan ibu Haechan. Ibu siapapun tidak boleh mengkritik anak mereka sampai seperti itu.
"Kau tinggal disini?!"
"Lee Haechan! Jangan bilang kalau kau tinggal serumah dengan pria ini!"
•
•
Chapter Yang mulai Memasuki Babak Ftv sctv 😆
To Be Continued...
With Our Love 💌
西直
&
JisungDevian