ospek day 2
Tak terasa, ospek hari kedua sudah berakhir dengan sempurna. Itu berarti, tinggal sisa sehari lagi hingga mereka bisa terbebas dari pekerjaan-pekerjaan mereka. Setelah puas tidur, Alexa memutuskan untuk membereskan barang-barangnya, dan bersiap kembali ke kosan untuk melanjutkan tugasnya, yaitu memindah-mindahkan dan memilih fofo-foto yang bagus.
"Bentar." Alexa merogoh seisi tasnya, dan menggeledah meja p3k, yang sebenarnya tak penuh-penuh juga. "Liat kamera gue, gak?" Tanyanya pada anak p3k yang sedari tadi bersamanya.
Anak itu menggeleng.
Alexa mulai panik. "Syit. Mati gue." Gumamnya. Ia berusaha mencari di setiap sudut daerah p3k. Usaha pencariannya terhenti begitu ia melihat Jojo yang baru saja lewat. "ONCOM!" Panggil Alexa pada Jojo.
Jojo mengangkat sebelah alisnya. Ia hanya melepaskan sebelah earphonenya saja.
"Kamera gue masih di lu, gak?" Tanya Alexa.
Jojo menggaruk tengkuknya. 'Syit. Lupa gue mintain.' Batinnya. "Eh... ada di...." Jojo berpikir sejenak. Apakah ia harus jujur agar Alexa dapat segara menemukan kameranya, walaupun ia mungkin akan kena marah? Atau haruskah ia bebohong agar Boss tak menembaknya karena telah membocorkan rahasianya, tetapi Alexa tidak akan tahu di mana kameranya berada? "Di Kak Boss." Jojo memilih pilihan pertama. Persetan dengannya.
Alexa memutar bola matanya. "Dia di mana, ya? Tau gak?"
Jojo kembali menggaruk tengkuknya. Kali ini sungguh tak tahu. "Gak tau gue. Meja panit, kali. Atau ruangannya? Ata-"
"Oh ya, gue telfon aja, deh." Alexa langsung membuka ponselnya, tanpa menghiraukan jawaban Jojo.
Jojo mendatarkan wajahnya. "Ya, ya, ya. Gue balik, ya." Jojo berbalik badan untuk segera kembali ke kosannya.
Alexa menahan lengan Jojo. "Plis. Temenin gue." Alexa memelaskan wajahnya, siapa tahu Jojo akan iba.
Bukannya iba, Jojo malah curiga. "Kenapa? Lu lagi slek sama dia, ya? Biasanya biasa aja, tuh." Jojo menyipitkan matanya.
Alexa menelan ludah. "Enggak... kan gue baru pusing-pusing. Jadi, sekalian anter gue balik, ya!" Alexa tersenyum lebar bak anak anjing.
Jojo menghela. "Ya, ya, ya." Ia kembali mengenakan earphonenya yang sempat dilepasnya.
Alexa segera menelepon Boss agar tahu di mana keberadaannya sekarang. Setelah bercakap sebentar, Alexa (ditemani oleh Jojo) langsung menemui Boss yang ternyata ada di dekat fakultas kedokteran. Boss terlihat sedang mengobrol dengan teman-temannya, sambil memakan camilan dan merokok. Alexa merasa sedikit ragu untuk mendekati Boss, melihat teman-temannya yang terlihat galak. Merasakan kegugupan Alexa, Jojo menggenggam erat tangan Alexa, sambil berjalan mendekati Boss dan kawan-kawannya. Alexa ia biarkan ada di belakangnya.
"Permisi, Boss. Maaf ganggu, mau ngambil kameranya Alexa." Kata Jojo, begitu ia sampai di hadapan Boss.
Boss menatap Alexa yang berdiri di balik Jojo. Malas berargumen, dikarenakan ada banyak teman-temannya, ditambah lagi ada Jojo, Boss langsung memberikan kameranya pada pemiliknya. "Maaf ya, lupa."
Alexa mengambil kameranya kembali. "Yaa.." Jawabnya setengah hati. Begitu mendapatkan barangnya kembali, Alexa langsung berbalik pergi.
"Makasih, Boss." Jojo membungkuk, lalu menyusul Alexa. "Lu ada sesuatu sama dia, ya?" Tanya Jojo, setelah agak jauh.
Alexa menggeleng. "Serem ah, sama temen-temennya." Jawabnya. Memang iya, sih. Tapi bukan itu alasan utamanya. Alasan terakhir yang akan ia pilih jika terdesak adalah karena melihat rupa Boss yang asdfghjl sekali. Bagaimana tidak kepikiran? Boss menatap Alexa dengan dalam, sedangkan mata Alexa tidak sengaja terfokus pada kemeja bagian atas Boss tidak terkancing.
Alexa sendiri percaya bahwa Boss memang sengaja, karena ia sadar bahwa ia memiliki badan yang bagus.
Karena agak jauh dari kosan, Jojo menemani Alexa naik bus kampus, lalu baru berjalan ke kosannya sendiri, karena berdekatan dari kosan Alexa. Sesampainya di kosan, Jojo malah mendapatkan Kai dan Sean yang sedang duduk di ruang tengah, menonton TV. Padahal mereka bertiga tidak tinggal di kosan yang sama. Lantas, Jojo langsung menimpuk mereka berdua dengan tas ransel yang dibawanya.
"SI GUOBLOK!" Latah Kai. Ia langsung melemparkan tas Jojo ke kantai.
Melihat tasnya sudah tak berdaya di lantai, Jojo melotot. "ADA LAPTOPNYA, ANJIR!"
Kai langsung mengambil tas Jojo dari lantai, dan memerika kesehatan laptopnya. "Masih bagus, tai. Tas lu ada busanya, geblek." Katanya dengan amarah. "Panik, gue!"
Jojo tidak merespon. Ia malah ikut duduk dengan mereka berdua, bukannya mengganti pakaian terlebih dulu. "Cuy. Boss itu emang lagi deketin Alexa, ya?" Tanya Jojo. Nada bicaranya tiba-tiba menjadi serius.
Mendengar Jojo yang serius, Kai dan Sean ikutan serius.
"Biasa aja, a-"
"Boss siapa?" Tanya Sean dengan polos.
"Ketua panit ospek! Anak kedokteran! Yang ganteng luar biasa!" Jelas Jojo. Singkat, jelas, padat, namun membingungkan.
Sean berusaha mengingat-ingat, apakah Alexa pernah membicarakan nama itu atau tidak. "Anjir!" Ucapnya, begitu berhasil mengingat-ingat. "Selingkuhannya Athena, tai!"
Jojo membulatkan matanya. "Demi ap-"
"Brengsek." Gumam Kai.
Walaupun suara Kai kecil, namun auranya sudah dapat terasa dari kejauhan.
"Kalo sampe satu jari Boss nyentuh Alexa, gue bakal patahin tangannya." Kai mengepalkan tangannya.
Sean menatap Kai dengan tatapan lucu.
"Pfft."
Kai langsung menyinisi Sean. "APANYA YANG LUCU, ANJING?! GUE MARAH BENERAN!"
Dan, tawa Sean pun meledak.
Dan, Sean pun (untuk kedua kalinya) ditonjok oleh Kai. Bukannya marah karena ditonjok, Sean malah tetap menahan tawa. "Udah, udah! Kapok gue!" Ampunnya. "Jangan bikin gue bonyok, besok mau jemput Alexa!" Negonya.
Kai terduduk dalam diam.
"Enggak. Gue positif aja. Boss gak bakal berani nyentuh Alexa." Kata Sean dengan santai. Yang lebih lucu lagi, Sean dan Kai memikirkan hal yang sebenarnya sudah terjadi sebelumnya.
"Kata siapa?"
"Gue. Barusan."
Dan, baku hantam pun terjadi (untuk kedua kalinya di hari itu).
-oOo-
ospek day 3
Akhirnya, hari terakhir ospek pun tiba. Sebagai penutupan, kegiatan hari ini lebih santai, dan akan lebih cepat selesai. Jadwal hari ini hanya game, dan makan sore bersama. Karena nanti akan ada game yang menggunakan air, panitia diberikan dresscode 'baju santai kayak di pantai'. Alexa memilih untuk memakai kaos putih dengan luaran kemeja pantai merah.
"Eh, Alexa!" Panggil seseorang dari belakangnya.
Alexa menengok, dan mendapati dua atasan dokumentasinya, Christian dan Mario. Keduanya tampak ceria, dan memamerkan baju mereka. Alexa hanya tertawa ringan, karena bingung apa yang dimaksud kedua kakak tingkatnya.
"Warna baju kita bertiga sama, bodoh!" Kata Christian.
Alexa baru menyadari. "Ohhh, oh iya!"
"Lemot nih anak." Komen Naomi yang berdiri di sebelah Alexa.
"Foto bertiga, dong! Kan kita juga dokum gang!" Kata Mario dengan segala ke-hype-annya. Mario memberikan ponselnya pada Naomi. Bahkan sebelum Naomi merespon, mereka bertiga sudah berpose.
Naomi diam di tempat. "Ah, baiklah." Katanya, setelah lama loading.
"Satu...
Dua...
Tiga.."
"Lagi, dek!"
"Satu dua tigaaa..."
"Sekali lagi!"
"Tu wa ga!"
"Sekali lagi, deh. Biar genep!"
".... Tiga." Naomi memberikan ponsel itu kepada pemiliknya.
"Makasih, ya." Ucap Mario, sambil melihat-lihat hasilnya.
"Sama-sama, kak." Jawab Naomi sopan.
"Kirim, ya!" Kata Christian.
"Duluan, kak." Pamit Alexa, sambil menyeret tangan Naomi. Entah kemana, supaya pergi saja dari mereka. Alexa sangat tidak sabar untuk pulang, dan bersiap untuk reuni nanti malam. Namun, dalam jangka waktu yang lebih dekat, Alexa penasaran dengan pakaian yang akan dipakai Boss, setelah telepon kemarin.
-oOo-
apa yang terjadi kemarin??
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Alexa memutuskan untuk menceritakan kejadian tadi kepada teman laki-lakinya. Antara Sean, atau Kai. Setelah beberapa lama mempertimbangkan kepada siapa ia harus bercerita? Akhirnya Alexa membuat janji temu di depan kosannya. Tak sampai 5 menit, orang yang ia maksud akhirnya datang.
"Wah gila lu, sadis bet!" Kata Kai yang ngos-ngosan.
"Parah, sih. Luntur daging gue, abis lari-lari!" Timpal Sean.
Karena tidak dapat memilih satu, Alexa menyuruh kedua temannya untuk segera mendatanginya dalam waktu 5 menit. "Hehehe." Ia cengengesan.
"Mau cerita apa sih, lu? Penting banget?" Tanya Sean.
Alexa mengangkat bahunya. "Tadi gue udah cerita ke Naomi. Jojo sengaja gak gue ceritain. Dan sekarang, gue mau cerita ke kalian berdua." Dengan begitu, ia langsung menceritakannya pada kedua teman-temannya itu.
Mendengar laporan Alexa, Kai geram. Berbeda dengan Kai, Sean justru senyum-senyum sendiri. "Naon, anjing!? Dari tadi ketawa mulu. Udah gila." Tegur Kai. Mencoba menahan emosi, agar tak terjadi baku hantam untuk yang ketiga kalinya.
Sean berusaha mengontrol tawanya. "Dia udah coba minta maaf lagi belom?" Tanyanya.
"Hmm tadi sih, dia pc gue. Tapi cuma bilang 'Woy, masih marah sama gue?' doang." Jawab Alexa, sambil meniru suara khas Boss.
"Besok panit dresscodenya apa?" Tanya Sean lagi.
"Santai kayak di pantai." Jawab Alexa.
Sean tertawa lagi.
Entah kenapa, Alexa ikut tertawa, dan memukul punggung Sean pelan. "Apa sih, nyet?"
"Coba, kita telfon dia. Terus kasih syarat, kalo mau dimaafin," Sean tertawa lagi.
"APASIH, MONYET!?"
"Kalo mau dimaafin,BESOK DIA HARUS PAKE BAJU RENANG HAHAHAHAHAHHA." Sean tertawa lepas.
"HAHAHAHAHAHANJIR! NGAKAK, GILA!" Alexa ikut tertawa ngakak.
"Tumben si goblok pinter." Kai tertawa. Tapi tak segila kedua orang itu. "Sini. Gue yang ngomong." Tawar Kai. "Kalian mah, kagak bisa nahan ketawa." Katanya.
Keduanya mengangguk. Alexa menyerahkan ponselnya kepada Kai. Kai memilih kontak Boss, dan memencet tombol telepon. Kai juga menyalakan mode speaker, agar mereka bertiga bisa ikut mendengarkan percakapannya. Sambil menunggu telepon tersambung, Alexa dan Sean berusaha setengah mati untuk menahan tawa.
"Eh, Gue kira lu masih marah. Abisnya lu gak bales pc gue." Kata Boss, begitu mengangkat telepon.
Kai menelan ludah. Ia harus menahan diri sedikit, agar tak tertular tawa dari kedua orang gila tersebut. "Sore, Boss. Gue temennya Alexa."
Terdengar jelas, Boss berdecak. "Ck. Kirain udah gak marah."
"Iya. Dia cerita. Katanya, dia bakal maafin lo." Kata Kai. Ia menarik napas sedikit. "Tapi pake syarat."
Boss diam sejenak. "Yee, gampang, lah." Balsnya. "Syarat ape?" Tanyanya.
Kai membuang napas (yang mengandung tawa), lalu baru membalas. "Besok pas ospek, lo harus pake baju renang."
Sudahlah, Sean sudah tak kuasa menahan tawa lagi. Ia mengeluarkan semua yang sudah ditahannya, namun tanpa suara.
"What the fuck." Gumam Boss yang terdengar keras.
"Mau dimaafin apa enggak?"
...
"Ya udah. Gue bilang ke Alexa, biar gak deket-deket sama-"
"Iya iya iya, gue bakal pake baju renang." Balas Boss. "Tapi bener, ya. Alexa harus mau gue ajak ngobrol kalo gue make baju renang."
"Iya! Tar gue sampein!" Jawab Kai, dengan nada songongnya.
Boss menghela napas. "Syit." Gumamnya, tepat sebelum menutup teleponnya.
"WUAHAHAHAHHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHHAAHHAHAHAH" Ketiganya tertawa.
-oOo-
"Yo! Pagi, semua!" Sapa seseorang —dengan suara yang dapat langsung Alexa bedakan dengan jelas— lewat mic.
"Bentar." Pamit Alexa. Alexa langsung berlari mendekati podium, untuk mendokumentasikan fenomena 'Ketua panitia ospek yang harus mengenakan baju renang karena hukuman' itu.
Bukannya tertawa melihat penampilan Boss, Alexa malah merasa kalah. Alexa lupa bahwa Boss itu tampan. Mau bagaimanapun juga, Boss akan tetap terlihat keren mengenakan apa saja. "Sial." Gumam Alexa, namun dengan cepat memotret Boss diam-diam.
Di akhir pidato singkatnya, Boss menambahkan. "Oh iya. Maaf ya, kalau hari ini gue gak enak diliat. Ini resleting rusak. Jadi, gak bisa ditutup sampe atas." Kata Boss, sambil membuktikan bahwa baju renangnya memang tak bisa ditutup. "Oh ya. Satu lagi. Bukannya geer, ya. Tapi gue minta tolong, PLIS JANGAN FOTO GUE." Boss tertawa malu-malu. Setelah itu, ia memberikan mic kepada seksi acara. Setiap melewati orang, ia akan menutupi bagian tubuhnya yang terlihat karena bajunya yang terbuka.
Alexa memerhatikan tingkah lucu Boss itu dari jauh. Walaupun jauh, Boss dapat menemukan 'dalang' dari kejadian memalukan itu. "PANGGILAN BUAT ALEXA!" Teriak Boss dengan kencang. Perhatian seluruh manusia di aula bahkan teralih. Si seksi acara bahkan sempat untuk menghentikan instruksinya, sebelum kembali melanjutkan penjelasannya.
Karena malu, Alexa langsung berjalan ke arah manusia licik itu. "Ya, Boss?" Tak menjawab, Boss langsung menarik pergelangan tangan Alexa menjauhi aula. "Ahhh, kak. Sakit." Keluh Alexa, begitu Boss melepaskan genggamannya.
"Ini beneran lu yang nyuruh gue pake baju begini?" Tanya Boss.
Begitu tahu topik yang akan dibicarakan Boss, Alexa kembali menahan tawa. "Temenku sih, kak." Jawabnya. "Tapi aku setuju." Tambahnya.
Boss mengacak-acak rambutnya. "Astaga, harga diri gue."
Alexa cekikikan.
Sadar akan sesuatu, Boss langsung menutupi dadanya yang kemana-mana. "LIAT APA LU?!"
Sudahlah, Alexa sudah tak dapat menahannya lagi. "HAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAH. Maaf, kak. Tapi beneran lucu, gak boong!"
Boss menghela napas. "Oke. Berarti lu mau maafin gue kan, sekarang?" Tanyanya.
Alexa mengangguk sambil tertawa. "Tapi, kak. Kok kakak mau aja ngabulin syarat temen aku? Padahal, kita iseng doang kemaren."
"Karena gue gak mau lu diemin gue."
"Kenapa?"
"Gak tau. Gue suka aja sama lu." Jawab Boss. Ia mengangkat bahunya.
Alexa membulatkan matanya. 'No way.' Jantungnya berdegub.
"Yaa, lu kira aja." Katanya. "Kalo lu gak penting buat gue, ngapain gue bela-belain make baju renang? Sampe ngejatohin harga diri gue, bahkan." Katanya dengan serius.
Alexa terdiam. "Tapi-"
"Gue gak mau nembak lu, sih. Gue ngerasa gak pantes buat lu."
Alexa kembali terdiam. Suasana hatinya yang gembira sedari pagi berubah. "Iya.... Kakak pacaran sama pacarnya temen aku." Katanya.
Kini, giliran Boss yang terdiam. "Hah? Athena itu?" Tanyanya. "Dia pacarnya temen kamu?" Ia terkaget.
"Iyaa... dulu.." Alexa lebih merasa terganggu dengan pergantian kata ganti persona yang dipakai Boss. "Tapi kak, tolong jangan pake aku-kamu. Aku geli."
"Itu aku."
"Tapi, ak-"
"Nah, kan." Intrupsi Boss dengan jahil. "Kalo kamu ngomong 'aku', ya udah, sama. Kecuali kalo lu ngomongnya 'gue', ya udah, gue ikut." Kata Boss.
Alexa mengacak rambutnya. "Kan gak sopan, kak."
Boss tertawa. "iya iya iya. Terserah lu." Katanya. "Tapi gue yakin, pasti lu gak mau jadi pacar gue, kan?" Tanyanya.
Alexa menggeleng pelan.
"Oke." Boss menjetikkan jari. "Lu cewek pertama yang nolak gue."
Alexa kaget. "Hah? Barusan kakak nembak aku?" Tanyanya polos.
Boss tertawa. Ia mencubit pipi Alexa. "Iya. Tapi lu nya gak mau. Jadi, gue gak maksa." Katanya. "Tapi, jangan diemin gue lagi, ya." Boss tersenyum manis.
Wah. Alexa gila luar biasa. Wajahnya memanas. Iya sih, Boss memang ganteng, dan Alexa 100% mengakui itu. Ia juga tidak jahat. Ia aktif di sekolah. Pintar, pula. Tapi entah mengapa, Alexa tidak bisa jatuh cinta semudah itu dengannya. "Maaf, kak." Katanya malu-malu.
Boss mengacak rambut Alexa. "Gapapa. Bisa deket sama lu, gue udah seneng, kok." Katanya. "Gue yakin, lu bakal ketemu sama cowok yang lebih pantes buat lu." Kata Boss. Setelah beberapa percakapan kecil tidak penting, mereka kembali ke aula.
Seharian itu, Boss berlagak seakan-akan dialognya bersama Alexa tadi bukanlah apa-apa. Berbeda dengan Boss, seharian itu ia tak dapat berpikir dengan fokus. Tak terasa, saatnya telah tiba. Alexa harus pulang ke rumahnya untuk bersiap-siap untuk reuni.
"Kak Boss." Alexa menepuk punggung Boss yang sedang mengobrol dengan teman-temannya.
Boss menoleh.
"Ijin pulang, kak." Kata Alexa.
Boss mengangguk. "oke. Ati-ati!" Ujarnya.
Sebelum pulang, Alexa menmberikan memory card kamera kepada Mario. Setelah itu juga, ia kembali ke kosannya, mengambil barang-barang, lalu pulang. Sejujurnya, beberapa kalimat Boss cukup membuat Alexa kepikiran terus menerus. Bagaimana Boss bisa yakin bahwa Alexa akan menemukan laki-laki yang lebih pantas untuk dirinya, di saat dirinya sendiri masih belum bisa mencintai laki-laki baru lagi?
-oOo-
tbc
(a/n:
JAJXJSKSKDIAINAA I'M FREAKING WHIPPED FOR JACKSON WANG)
oiya, siap2 yaa, bab selanjutnya reuni, dan alexa bakal .......... gitu hehe;)