QUERENCIA

By pipit_vie

129K 10.3K 632

Masih ingat dengan cerita Keong Emas dan Pangeran Kodok yang dicium cinta sejatinya akan menjadi manusia kemb... More

Prolog
Satu ✍
Dua ✍
Tiga ✍
Empat✍
Lima✍
Enam✍
Tujuh ✍
Sembilan ✍
Sepuluh ✍️
Sebelas✍
Dua belas✍
Tiga belas✍
Bukan up
Empat belas✍
Lima belas✍
Enam belas✍
Tujuh belas✍
Delapan Belas✍
Sembilan belas✍
Dua puluh✍
Duapuluh Satu✍️
Duapuluh Dua✍
Duapuluh Tiga✍
Duapuluh Empat✍
End
Info
OPEN ORDER

Delapan✍

4.7K 403 31
By pipit_vie

Selama tinggal dengan Adisty, Rangga belajar banyak hal. Mulai dari bahasa gaul yang sering diucapkan oleh Adisty sendiri ataupun bahasa inggris yang menurutnya sangat unik. Tak hanya itu, Adisty juga memperlihatkan perempuan-perempuan cantik yang tengah dia tatap di layar laptop yang tengah memutar video musik.

Rangga sudah tau cara menggunakan laptop, maka dari itu selama Adisty sekolah dan dia bosan menonton tv, dia akan memainkan laptop Adisty.

🎶Majimakcheoreom majimakcheoreom
Majimak bamin geoscheoreom love
Majimakcheoreom majimakcheoreom
Naeil ttawin eopneun geoscheoreom🎶

Suara musik video itu menggelegar dikamar yang ditempati oleh Rangga. Sesekali tangannya menutup matanya ketika dia melihat sesuatu yang tak seharusnya dia lihat.

"Ck. Aku benci mengakui kalau gadis-gadis ini cantik dan menggodaku. Apalagi si gadis berponi ini, ah menggemaskan sekali." Rangga mencubit layar laptop tepat saat Lisa si member Blackpink sedang nge-rap.

Dari sekian banyak musik video yang dia tonton, dia tidak suka saat melihat musik video boyband. Alasannya karena pemilik wajah boyband Korea lebih putih daripada Rangga, dan hal itu sangat membuat Rangga iri.

BRAKK

Rangga terlonjak kaget saat mendengar sesuatu benda jatuh diluar rumah. Dia segera beranjak dari kamar dan mengintip dari jendela untuk mengecek siapa orang yang berani berbuat ulah di siang hari.

Saat Rangga membuka tirai jendela sedikit, dia dapat melihat dua orang lelaki berpakaian serba hitam dan wajahnya yang memakai masker berlari keluar halaman rumah Adisty.

"Siapa mereka?" Rangga bertanya-tanya.

Saat memastikan bahwa semua aman dan sekitar yang sepi, Rangga keluar. Dia berjalan mendekati sebuah batu bata yang terdapat secarik kertas terikat disitu. Rangga mengambil kertas tersebut lalu bergegas masuk kembali.

Rangga duduk di atas kasurnya lalu mencoba membaca tulisan yang berada di kertas tersebut.

'AKU MENEMUKANMU GADIS KECIL'

Tulisan itu membuat Rangga mengernyitkan dahinya tanda dia tengah berpikir. Siapa yang mengirim surat ini? Dari tulisan dan cara menyampaikannya bisa dia simpulkan bahwa ini dari musuh Adisty.

Kalau memang benar ini dari musuh Adisty, berarti Adisty sedang dalam bahaya. Oh tidak! Apapun Rangga akan melindungi Adisty, karena bagaimanapun Adisty lah yang menolongnya dan ikhlas memberikannya tumpangan tinggal.

- oOo -

Adisty tersenyum senang sambil menenteng plastik berisi kue donat yang dia beli saat pulang sekolah tadi. Kebetulan dia mendapat gajinya dari bosnya di restoran tempat dia bekerja, jadi dia bisa membeli makanan yang belum pernah dicoba oleh Rangga.

Merasa ada yang janggal Adisty menghentikan langkahnya, "Kok gue seneng banget ya pas bayangin Rangga, aneh." gumamnya lalu kembali melangkah.

Langit yang bertabur bintang membuat suasana hati Adisty makin membaik dan senang. Tapi saat itu juga dia merasa ada yang memanggilnya saat dia hendak masuk gang rumahnya.

Adisty berhenti dan menoleh ke belakang, tepat saat itu ada mobil sedan hitam mendekat ke arahnya. Saat mobil itu sudah didekatnya dan kaca jendela yang diturunkan membuat Adisty tau siapa yang memanggilnya.

"Om Dika apa kabar?" Tanya Adisty riang karena ternyata yang memanggilnya adalah Dika.

Dika ikut tersenyum lebar, "Aku baik Adisty, kau mau pulang?"

Adisty mengangguk, "Iya om, ini aku tadi mau masuk gang eh om manggil."

"Kalau begitu masuklah, biar ku antar kau ke rumahmu. Sekalian aku ingin berkunjung apakah boleh?"

Tanpa merasa curiga sedikitpun atau merasa aneh Adisty mengiyakan keinginan Dika. Dia segera masuk ke mobil dan membawa Dika ke rumahnya.

*

Adisty menyilahkan masuk untuk Dika ketika mereka sudah sampai di rumah. Adisty segera membuatkan minuman untuk Dika di dapur.

Saat Dika tengah mengamati isi rumah Adisty, dia teralihkan dengan suara pintu kamar yang terbuka dan menampilkan sosok Rangga yang tengah menguap sembari menggosok rambutnya, tanda dia baru bangun tidur.

Dika sempat terpaku dengan Rangga, cowok yang memakai hoody itu terlihat berbeda dari yang pernah Dika lihat pada zaman Mataram. Rangga yang dulunya dalam sekali lihat akan kentara sekali dengan keangkuhannya kini berganti menjadi seseorang yang lebih ramah dan penyayang.

"Astagaa, sedang apa kau disini kakek tua!!" Rangga berjingkat kaget saat melihat Dika.

"Salamku Rahandika Adhideva untukmu Raden Rangga Samudra, semoga kau berada di lindungan Tuhan selalu." Ucap Dika sambil berdiri dan menaruh tangan kirinya di dada sebelah kanan. Tanda hormat.

Rangga mematung ditempatnya, dengan sedikit terbata dia bertanya, "Si-siapa kau?"

Dika menyeringai, "Hamba adalah abdimu Raden."

PRANG

- oOo -


Adisty yang tadinya ingin menghampiri Dika dengan nampan yang berisi secangkir kopi itu malah terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Dika.

"Hamba adalah abdimu Raden."

PRANG

Kedua lelaki itu menoleh ke arah Adisty, dan Rangga segera berlari mendekati Adisty.

"Rakyat jelata apa kau tak apa?" tanya Rangga sambil mendekati Adisty.

Adisty memundurkan tubuhnya sambil menutup mulut dengan tangannya. Matanya menatap Rangga dan Dika bergantian. Raut terkejut jelas tergambar dari wajah Adisty.

"J-jadi kalian satu spesies?" tanya Adisty kepada keduanya.

Di tempatnya Dika tersenyum, "Ya, jika kau mau mendengar sedikit kisah kami maka duduklah..." Dika mendudukkan tubuhnya lagi.

Rangga memutar bola matanya malas, "Kami? Cih kau saja. Aku tak mengenalmu." Lalu Rangga ikut memunguti pecahan gelas agar lebih cepat beres.

Kini Rangga dan Adisty sudah ikut duduk dan bersiap mendengar sebuah cerita dari Dika.

Flashback on

Di bumi Mataram, Rangga adalah seorang Raden yang merupakan anak dari Sutawijaya yang saat itu adalah seorang pemuda yang kuat dan angkuh. Keseharian Rangga hanyalah berkelana di sekitar desa, lalu menantang orang sakti lainnya untuk bertarung dengannya.

Orang yang bertarung dengannya selalu kalah dan dialah yang menang, hal itu makin membuat Rangga bertindak seenaknya dan menyombongkan kekuatan yang dia miliki.

Ayahnya yang mendengar semua tingkah anaknya itu mengambil tindakan dengan menyuruh Rahandika Adhideva agar membereskan semua kekacauan yang di lakukan oleh Rangga.

Suatu ketika seorang pendekar pilih tanding dari Banten datang untuk menantang adu kesaktian Panembahan Senopati, sang ayah yang juga pendiri dinasti Mataram ini.

Raden Rangga tahu kedatangan pendekar Banten ini dan meminta pada Panembahan Senopati agar dirinya saja yang menghadapi.

Permintaan dari sang anak pun dituruti sekaligus untuk mengetahui sampai seberapa hebat ilmu kesaktian Raden Rangga.

Adu kekuatan pun terjadi antara Raden Rangga dengan Pendekar Banten. Mulai menggunakan tenaga biasa hingga tenaga dalam tingkat tinggi. Akhirnya, dengan pukulan tenaga dalam, sang pendekar Banten tewas berkalang tanah.

Pernah juga suatu ketika datang serombongan pengamen mereka memiliki keahlian macam-macam, seperti sulap, sihir, memukul orang dengan rotan, main pedang, orang tidur dijatuhi batu sebesar gajah, dan lain-lain.

Ketika orang-orang yang menyaksikan dengan kagumnya, tiba-tiba Raden Rangga menyeruak maju. Tentu dengan Dika yang mengikutinya tanpa diketahui Rangga

Dia berpakaian seperti layaknya orang kebanyakan di Mataram. Raden Rangga maju ke depan, menuju pemimpin rombongan pengamen.

"Kang, saya ikut main. Saya akan merentangkan tangan. Lima orang di sebelah kanan dan lima orang di sebelah kiri menarik tangan saya. Kalau kalian berhasil menarikku, saya beri upah uang,! " tantang Raden Rangga dengan gagah.

Pemimpin rombongan pengamen penasaran akan kesombongan anak muda itu. Kemudian menyuruh sepuluh orang pengikutnya untuk menarik kedua tangan Raden Rangga, masing-masing lima orang.

Ternyata Raden Rangga benar-benar memiliki tenaga yang ampuh. Meskipun ditarik lima orang dari kanan kiri, tubuhnya tak bergeming.

Dua orang yang ikut menarik, tiba-tiba merasa dipermainkan. Keduanya ingin memukul Raden Rangga, lalu oleh Raden Rangga kedua orang itu dibanting ke tanah. Pemimpin rombongan gusar.

Para penonton kaget setengah mati. Raden Rangga ikut terbahak-bahak dengan sombongnya. Orang-orang lalu tahu bahwa itu Raden Rangga, putra Panembahan Senapati. Mengetahui siapa anak muda yang perkasa itu, semua orang diam. Satu persatu menyingkir.

Kelakuan putranya itu sampai ke telinga sang raja pertama Mataram. Ayahnya, Panembahan Senopati, kurang berkenan atas kelakuan Raden Rangga tersebut.

Lalu Raden Sutawijaya ini pun menasihati putra pertamanya itu agar jangan sering pamer kesaktian. Karena di atas langit masih ada langit. Panembahan Senopati lalu menguji Raden Rangga untuk mematahkan jari telunjuknya.

Raden Rangga pun menerima tantangan ayahnya itu. Akhirnya dengan sekuat tenaga dia coba mematahkan telunjuk ayahnya.

Namun walau sudah berusaha sekuat tenaga, namun tidak bisa juga. Bahkan sekali dihentak oleh sang ayah, Raden Rangga terlempar cukup jauh.

Raden Rangga sangat malu dilihat orang banyak. Dia lalu segera pergi, malu dilihat orang banyak sebagai pecundang. Melihat anaknya pergi, Panembahan Senopati menyuruh Dika untuk terus mengikutinya kemanapun Rangga pergi.

Kemudian Raden Rangga pergi ke Pati mengunjungi pamannya, Adipati Wasis Wijayakusuma.

Ketika sampai di tempat itu, Adipati sedang duduk di Balai Kademangan, ketika melihat Raden Rangga, dia pun melambaikan tangan memanggilnya.

Raden Rangga langsung berjalan ke arah pamannya. Batu besar yang ada di depannya ditabrak begitu saja. Batu pun hancur berkeping-keping bikin geger orang-orang yang melihat kejadian itu.

Beberapa lama Raden Rangga berada di tempat pamannya, terlihat berkelakuan baik. Namun tidak lama kemudian kelakuan buruknya kumat lagi, dia mulai pamer kesaktian.

Suatu hari dia bawa pedang ke alun-alun dan menusukkan pedang itu ke tubuhnya, pedang itu hancur berkeping-keping.

Kemudian dia cekal baju seorang prajurit dan bertanya kepadanya, "Cepat tunjukkan kepadaku, siapa yang paling sakti di Pati ini. Jika tidak mau sebutkan, kubunuh kau...” Dengan ketakutan prajurit itu menunjuk seorang pertapa di hutan di Kadipaten Pati.

Bukan Raden Rangga kalau tidak coba melabrak pertapa sakti itu. Diseranglah sang pertapa itu, namun sang pertapa hanya terdiam dan tidak menangkis. Akhirnya pertapa itu tewas terkena pukulan Raden Rangga yang terkenal dahsyat.

"Terima kasih raden, engkau telah menghantarkan aku menghadap ke Tuhan Yang Maha Kuasa. Namun engkau perlu diberi pelajaran, yaitu kelak engkau akan menemui kematian dibelit ular besar, ” ujar pertapa itu sebelum meregang nyawa.

Raden Rangga pun lalu kembali ke Mataram. Sesampai di Mataram, Panembahan Senopati memerintahkan dia untuk segera berguru ke Ki Juru Martani

Sambil ngeloyor pergi Raden Rangga bertanya dalam hati, “Aku ini sudah sakti mandraguna, kenapa masih disuruh berguru kepada Eyang Juru Martani ? Apa yang masih harus aku pelajari ? ” tanya Rangga dalam hatinya.

Sambil menunggu Ki Juru Martani yang sedang salat Dzuhur, Raden Rangga iseng menusuk-nusukkan jari ke batu ubin di tempat dia menunggu.

Ubin batu pualam itu pun berlubang-lubang seperti layaknya terbuat tanah liat saja. Ki Juru Martani kaget melihat ulah Raden Rangga itu.

Dia pun berkata, "Hai Rangga, ubin yang kamu tusuk-tusuk itu apa tidak keras,". Dan seketika ubin batu itu menjadi keras, sehingga tusukan jari-jari Raden Rangga tidak bisa membuat lubang lagi. Raden Rangga pun berkata dalam hati, “Benar apa yang dikata ayahku. Kesaktian eyang ini melebihi diriku,”. Dia pun mau menimba ilmu di situ dan semakin sakti.

Ketika pulang ke Mataram, di tengah perjalanan, di Desa Patalan, dia ketemu seekor ular sangat ganas yang suka menelan orang.

Terjadilah pertarungan antara Raden Rangga dengan ular itu. Ular itu langsung membelit tubuh Raden Rangga, lalu mematuk dan menggigitnya.

Setelah bertarung mati-matian, akhirnya ular besar bisa dikalahkan dan mati. Walau terluka gigitan ular, Raden Rangga bisa pulang ke Mataram.

Sampainya di Mataram dia pun jatuh sakit, sepertinya akibat bisa dan gigitan ular itu. Akhirnya Raden Rangga dikabarkan meninggal dunia oleh Panembahan Senopati.

Flashback off

Adisty sedang mencoba mencerna, rasanya dia baru saja mendengar dongeng masa lalu. Dia menatap Rangga kemudian.

"Tapi Rangga masih hidup." Ucap Adisty lalu beralih menatap Dika.

Dika menghembuskan nafas, "Kematian Raden Rangga hanya pengalihan bagi masyarakat saja waktu itu. Padahal waktu itu Raden menerima kutukan dengan menjadi patung kayu kecil sebagai hukuman baginya."

Adisty menoleh ke samping lagi dimana Rangga duduk, raut wajah Rangga terlihat sedih dan penuh penyesalan. Rangga yang menyadari ditatap oleh Adisty langsung mendongak dan tersenyum sekilas kemudian beranjak menuju kamarnya lagi.

Adisty mengerti bagaimana perasaan Rangga, maka dia membiarkan cowok itu sendiri terlebih dahulu.

"Lalu kenapa om juga masih hidup? Padahal kan udah lama banget itu."

Dika tertawa, "Anggap saja ini anugrah dari Allah, aku diberi umur panjang dan wajah yang masih terlihat muda. Dan pada akhirnya aku bisa mengembangkan harta warisan milik Rangga hingga menjadi besar."

Adisty mengernyit, "Harta warisan?"

Dika mengangguk, dia meminum kopi yang dibuatkan Adisty sebentar lalu meletakkan kembali ke atas meja setelah selesai minum.

"Iya, Panembahan Senopati memberi harta warisan berupa lahan luas tanpa diketahui siapapun saat itu. Dan tujuanku kemari sedari awal adalah untuk membawa Rangga."

Deg!

Membawa Rangga?

———o———

Nb : cerita masa lalu Rangga diambil dari google, disini saya hanya menambahkan bumbu sedikit. Dan tetap ingat bahwa ini hanya FANTASI.

Maaf ya readers atas keterlambatan up nya, dan karena mau PTS gw jadi sibuk ngurus tugas ini itu sambil mempersiapkan diri menghadapi PTS nya. Sekali lagi maaf ya...
Oh iya gw menerima kritik dan saran, silahkan tunjukkan bagian mana yang agak nggak srek atau sebagaimana. :)

Si Rangga lagi bantu nyuci mangkuk sama Adisty tuh :v

Continue Reading

You'll Also Like

431K 17.4K 37
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
681K 52K 30
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
2.2M 154K 55
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
1.8M 82.7K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...