Sebelumnya author tuh terkejud dengan kabar meninggalnya sulli. Abru juga aktif dah dapat kabar menyesakkan. Kasihan dia, padahal dia cast Stelle yang author buat, gak tau kalo kalian punya cast sendiri dalam bayangan. Author cuma mau mengungkapkan rasa turut berduka aja yang sedalam-dalamnya.
Maapkan kalo gak nge feel dam maapkan karna banyak typo mungkin.
Happy reading...
Carlos terduduk di depan pintu operasi setelah ia keluar. Saat ini ia tampak sangat kacau, lemas tak bertenaga. Air matanya pun menetes kembali mengingat janin miliknya dan juga Stelle. Ia tak tau akan begitu menyakitkan seperti ini, ia teringat akan sikap dinginnya pada Stelle akhir akhir ini, pasti Stelle sangat tertekan. Itu semua salahnya, salahnya jika Stelle tak memberitahukan apa apa padanya, salahnya jika Stelle lebih memilih menanggung sesaknya sendiri, ia benar benar bajingan..... bajingan..... yang tak punya hati. Ia sangat membenci dirinya sendiri saat ini. Ia begitu bodoh tak menyadari itu. Carlos terus saja mengumpati dirinya sendiri dalam hati.
Orang lain yang melihat betapa kacaunya dia saat ini pasti akan berfikir dua kali untuk mengajaknya bicara. Carlos benar benar hilang kendali dirinya. Hatinya hancur, entah mengapa ini adalah hal paling menyakitkan yang pernah ia lalui dalam hidupnya. Hal paling menakutkan melebihi trauma nya. Mungkin traumanya akan berganti segera, ia akan trauma menyakiti Stelle, ia akan trauma bersikap dingin pada Stelle, ia akan trauma membentak gadis nya itu, ia berjanji tidak akan melakukannya lagi... tidak lagi, sekarang prioritas hidupnya adalah Stelle. Ia akan memperjuangkan Stelle.
Setelah apa yang terjadi kini, rasa sakit yang ia rasakan ketika melihat Stelle seperti itu, menyadarkan Carlos akan arti sebuah cinta.
Ya, ia yakin saat ini bahwa rasa yang selama ini ia rasakan untuk Stelle itu rasa cinta. Selama ini ia belum yakin tapi kini ia tau persis jika ia sudah mencintai istri nya itu. Rasa takut kehilangan, rasa benci melihat tangisnya, rasa sesak Stelle juga bisa ia rasakan. Ia yakin itu cinta, ia yakin ia mencinta Stelle. Oh, tolong selamatkan Stelle nya, ia bisa mati jika terjadi sesuatu dengan Stelle. Seumur hidup ia tak akan memaafkan dirinya, tidak akan.
"Carlos..." panggilan itu membuyarkan fikiran kacau Carlos. Manik matanya menatap ke sumber suara seorang wanita yang memanggilnya.
Wajahnya menangkap siluet seseorang yang begitu ia benci. Bisa bisanya gadis gilak itu masih tersenyum memanggilnya saat ini.
Carlos menatapnya tajam, ia kehilangan kendali dirinya hingga ia mendekati Adelle kemudian mencekiknya.
"Dasar jalang.... semua ini terjadi karna mu, kau perusak hidupku, tak perduli dulu ataupun sekarang kau selalu saja menjadi sumber petaka ku. Bisa bisanya kau muncul dan tersenyum disini, aku tak akan memaafkanmu. Pergilah kau ke neraka" teriak Carlos emosi sambil terus mencekik leher Adelle makin kuat membuat gadis itu memekik merasakan pengap, pasokan oksigennya menurun.
Carlos benar benar hilang kendali dirinya saat ini. Ia bukanlah tipe pria yang suka menyakiti perempuan. Ia bahkan terkenal dengan sikap murah hatinya, ia tak akan pernah melakukan hal sekeji itu untuk menyakiti perempuan. Namun kini ia kehilangan kontrol nya, dan itu membuktikan jika ia benar benar sangat emosi saat ini. Ia benar benar sangat marah saat ini. Dan jika Carlos sudah marah, maka tiada ampun bagi siapa pun yang berani mengusiknya.
"Dr Carlos.... dr Carlos...anda Harus tenang. Ini rumah sakit, anda tidak bisa membunuh orang disini, lepaskan dia" ucap seorang satpam yang datang untuk melerai nya. Disana juga sudah banyak orang yang menyaksikan, sudah dipastikan hal itu akan jadi bahan gosipan namun ia tak perduli. Ia benar benar sangat marah saat ini. Matanya memerah, andaikan ia iblis maka sudah dipastikan tanduknya akan keluar.
Bugh....bugh....bughh...
Carlos mendapatkan serangan mendadak dari seseorang yang datang entah darimana membuat cekalannya pada leher Adelle terlepas dan gadis sialan itu terjatuh di lantai dengan terbatuk batuk.
Sudut bibir Carlos berdarah kemudian ia mengusapnya dengan ibu jarinya. Carlos mendongak ingin menatap siapa pelaku yang berani memukulnya, dan ia menemukan Carly disana.
"Kurang ajar.... bugh...bugh...bugh" Carlos emosi saat melihat wajah Carly ada disana kemudian ia membalas pukulan yang diberikan padanya. Tidak, sebenarnya bukan untuk membalas pukulan itu. Tapi untuk perbuatan menjijikkan adiknya tersebut pada Stelle.
"Kau masih berani datang menemuiku bajingan.... kau tidak tau malu" teriak Carlos emosi
"Aku kesini bukan untuk menemui mu, aku kesini untuk melihat keadaan Stelle. Tapi aku justru menemui mu hampir jadi pembunuh" balas Carly sengit sembari mencoba berdiri, namun belum sempat berdiri seutuhnya Carlos kembali menghujami wajahnya dengan pukulan pukulan.
Bugh....bugh...bugh....
"Kau tak pantas menemui istriku. Aku sudah memperingatkan waktu itu, apa kau tak menghiraukan peringatanku?" Ucap Carlos berapi-api. Bukan tanpa alasan Carlos melakukannya, bukan tanpa alasan Carlos melarang Carly, tapi karna Carlos tau Carly tak pantas lagi untuk itu setelah apa yang telah ia lakukan pada Stelle dan juga dirinya.
"Aku tak perduli peringatanmu. Kau sudah menyakiti Stelle dan membuatnya seperti ini, Stelle di dalam itu semua salahmu. Kau tak memperlakukannya dengan benar, kau suami terburuk di dunia. Kalau sesuatu terjadi pada Stelle, ku pastikan aku akan membawanya pergi darimu" ucapan Carly berhasil memancing emosi Carlos semakin dalam. Tak ingin tinggal diam dengan ocehan tak berguna Carly yang ia sendiri pastikan itu tak akan terjadi. Ia pun kembali memukuli Carly dengan lebih brutal lagi.
Carly sudah benar benar hancur saat ini. Wajah nya dipenuhi warna ungu karna perbuatan keji Carlos padanya. Jika kedua orang tua mereka tak datang, maka bisa dipastikan ia hanya akan tinggal mayat saja karna perbuatan Carlos. Saat ini saja ia harus dirawat di rumah sakit itu karna beberapa organ dalam nya sedikit bermasalah karna pukulan kuat yang diberikan Carlos. Tulang tulangnya juga remuk sebagian, Carlos benar benar sudah seperti orang gilak tadi memukulinya membabi buta tak perduli dengan apapun lagi. Dan itu semua karna emosinya tentang semua hal yang menyangkut Stelle.
"Kau benar benar kekanakan sekali" ucap Jordan sengit pada Carlos, saat ini mereka diruangan pria itu. Ia benar benar tak menyangka dan baru kali ini ia melihat Carlos seperti itu. Ia juga melihat disana gadis yang ia tau adalah gadis yang sama 24 tahun lalu bernama Adelle tampak kacau dan sorot matanya ketakutan, dan itu semua karna ulah Carlos yang mencekiknya tiada ampun.
Jordan benar benar kesal sekali dengan perbuatan Carlos kali ini. Baru kali ini Carlos mempermalukan keluarga dan itu sukses membuat malu yang sangat luar biasa, namun anaknya itu tampak tak perduli saat ini. Carlos bahkan menatapnya dingin seakan tak perduli dengan kemarahannya.
"Kalau kami tidak datang, kau sudah pasti akan membunuh adikmu" geram Jordan saat melihat Carlos yang menatapnya tajam seakan tak perduli lagi jika ia ayahnya.
"Aku memang berencana membunuhnya" jawab Carlos tajam berhasil memancing emosi Jordan ingin memukul Carlos jika saja Shanty sang ibu tak segera melerainya dan mencoba menenangkan suaminya kembali.
"Kau ingin membunuh adikmu? Apa kau sudah gilak?" Teriak Jordan berapi-api.
"Dia memang anak kalian tapi dia tak pernah menjadi adikku" ucap Carlos yang kembali menormalkan ekspresinya seperti biasa, ekspresi dingin dan tenangnya.
"Kurang ajar kau, apa aku mendidik mu seperti ini?" Geram Jordan tertahan.
"Tidak, ini bukan didikanmu karna kau tak pernah mendidik ku sama sekali. Dari aku kecil hingga dewasa, semua kulakukan sesuai dengan apa yang menurutku baik. Aku tak dapat membayangkan, jika aku mengikuti didikanmu, maka aku akan menjadi anak tak berguna seperti anak kesayangan kalian itu. Melakukan hal keji dan menjijikkan hanya karna rasa iri hati. Itulah didikanmu" Jordan benar benar sudah di puncak emosinya. Tak bisa ditahan lagi, segera ia melayangkan tinju nya ke wajah tampan Carlos.
Carlos meringis merasakan sudut bibirnya kembali berdarah, kemudian ia terkekeh.
"Tak perduli dia melakulan kesalahan apapun kalian pasti akan menutupinya dengan rapat. Tapi kesalahan yang kulakukan tadi, pasti akan kau perpanjang sepanjang usiamu" ucap Carlos sendu. Ia ingin menyuarakan sedikit sakit dihatinya yang selama ini terpendam begitu menyiksanya. Sakit yang ia tahan selalu dilubuk hatinya. Sakit yang selalu menghantui hidupnya.
"Apa kau sadar ayah, kau sudah berlaku tidak adil terhadapku. Kadang aku berfikir..... disini akulah anak tirinya. Kasih sayang yang kalian berikan pada Carly itu melebihi kalian menyayangiku. Apa kau tau alasan aku hidup dengan menutup diri dari kalian itu adalah karna sikap kalian itu. Alasan aku memilih pergi dari kalian itu karna kalian tak bisa memberikan kasih sayang yang sebanding. Aku bahkan tak menuntut lebih dari sebanding meskipun seharusnya aku lebih berhak menerimanya, karna disini akulah anak kandung kalian. Tapi aku tak melakukannya, aku hanya berharap kalian memperlakukanku sama, tapi....." Carlos terisak tak mampu melanjutkan kata katanya. Dan Jordan juga Shanty terdiam seketika.
Ada rasa sesak di dada mereka melihat Carlos menangis seperti itu. Itu adalah tangisan pertama yang mereka lihat di wajah Carlos setelah 24 tahun berlalu. Mereka bahkan tak pernah membayangkan lagi akan melihat hal seperti ini, karna merka rasa itu sudah mustahil, tapi kini....
Mereka kembali melihat putranya itu menangis terisak menunjukkan rasa sakit dihatinya yang ia pendam selama ini.
Seakan dihantam batu besar, Jordan terdiam tak mampu bicara. Ia meresapi setiap kata yang keluar dari mulut Carlos.
Apakah Carlos terluka separah itu selama ini akibat sikapnya? Apakah Carlos se sakit itu? Ia benar benar tak menyadarinya karna selama ini Carlos selalu tampak tenang saja, selalu tampak baik baik saja. Apakah ia kurang peka terhadap perasan putra nya itu selama ini?
Bukan hanya Jordan, Shanty pun mendengarkan kata kata Carlos seperti pukulan berat baginya. Ia ingat sikapnya selama ini yang terkesan memanjakan Carly dan mengabaikan Carlos hanya karna menganggap Carlos itu terllau dingin dan terkesan tak suka hal-hal berlebihan. Ia kira Carlos demikian, karna itulah ia mencoba melakukan semuanya untuk Carly, memperhatikan Carly, menyayangi Carly, melakulan hal-hal yang menurutnya mustahil untuk ia lakukan dengan anaknya Carlos yang memiliki sikap dingin dan cuek. Namun siapa sangka Carlos pun menginginkan perhatian yang sama? Ia saja yang tidak terlalu mendalami putranya tersebut. Jadi apakah selama ini Carlos terluka karna sikapnya? Apakah selama ini Carlos mencoba menutupinya dengan selalu bersikap tenang? Astaga betapa sakitnya dirasakan putranya itu, saat kecil ia sudah menanggung sakit sedalam itu karna perbuatan mereka. Mencoba menutupinya sendiri, tak heran jika Carlos memiliki sifat yang sangat dewasa, karna sejak kecilpun ia sudah berusaha menyikapi semuanya dengan dewasa.
"Maafkan ibu..." ny. Shanty Vaowys menangis terisak mengingat sikapnya selama ini. Carlos ataupun Jordan terdiam, tak sanggup melihat perempuan yang mereka cintai itu menangis. Tapi Carlos saat ini tak ingin lemah hati dulu, bukan ia tak menyayangi ibunya tapi ia masih terlalu terluka. Semua yang terjadi hari ini sudah membuatnya diluar kendali.
Stelle sudah membuatnya ketakutan setengah mati hingga mengguncang dada nya dan mengakibatkan kekacauan yang luar biasa. Ia tak sanggup lagi hanya untuk sekedar bernostalgia lebih lama lagi dengan masa lalu. Ia tak bisa melakukannya.
Carlos pun beranjak dari tempat duduknya dan berlalu keluar, mengabaikan panggilan Jordan yang terus memanggilnya.
Saat ia berjalan menuju ruang bedah, ia bertemu papas dengan Adelle, Carlos menatapnya tajam dan Adelle menunduk ketakutan.
"Maaf..." ucapnya lirih, air matanya luruh. Tapi Carlos tak bisa dengan mudah menerima kata maaf itu saat ia tau kabar istrinya belum jelas saat ini. Hidup istrinya sedang dipertaruhkan karna kelakuan Adelle yang begitu menjijikkan.
"Sebaiknya jangan pernah muncul dihadapanku lagi, aku tak mau melihat wajah busuk mu itu lagi" peringatan keras dari Carlos membuat bulu kuduk Adelle merinding. Ia sangat tau jika Carlos tak main main saat ini. Ia bisa merasakannya. Ia benar benar tak bisa apa-apa lagi saat ini. Semua kedoknya sudah terbongkar, semua ingatan Carlos sudah pulih, tak ada alasan lagi baginya untuk tetap tinggal disana jika ia masih ingin hidupnya baik baik saja. Ia pun menunduk mengangguk kemudian memilih berlalu. Tapi sebelum itu, ia kembali mengucapkan kata maaf dan penyesalan yang tidak dihiraukan Carlos.
Carlos masih sangat kesal dengannya. Setelah ingatan potongan kejadian masa kecilnya kembali, ia tau kebenaran sesungguhnya atas traumanya saat itu. Ia pun menyayangkan hal itu, karna dengan mudahnya membawa Adelle kembali di kehidupannya setelah ia menikahi Stelle. Karna itulah Carlos menyuruh Adelle menemuinya malam itu untuk memperjelas semuanya, namun gadis licik iu terus saja mengelak hingga ia mencoba mencium Carlos yang saat itu sedang lengah. Dan siapa sangka Stelle tiba tiba datang dan salah paham hingga kejadian yang begitu menakutkan ini terjadi.
Stelle... mengingat Stelle Carlos segera saja menuju ke ruang bedah, namun seorang suster menginterupsi langkahnya.
"Dokter Carlos, pengangkatan janin pada rahim istri anda sudah selesai dan semua berjalan dengan lancar. Sekarang ia sudah dipindahkan di ruang rawat vip" ucap suster itu sopan dan Carlos pun membalas nya dengan tersenyum lega. Segera saja ia melangkahkan kakinya mengarah keruang rawat vip rumah sakitnya.
____
Selang-selang oksigen serta infus dan alat-alat lainnya telah terpasang di tubuh mungil Stelle. Carlos menatapnya dan meringis dalam hati. Ia tak bisa melihat Stelle begitu menyedihkan seperti ini. Seandainya bisa ditukar, maka Carlos lebih memilih ia yang berada disana, jangan Stelle... ia benar benar tak tega melihatnya.
"Stelle... bangunlah...maafkan aku...." ucap Carlos sendu sembari menunduk sedih.
"Ayah dan ibumu pasti sedang dalam perjalanan pulang, mereka terkejut mendengar kabarmu dan mereka memutuskan segera mengambil penerbangan pulang setelahnya. Bangunlah.... mereka bisa sedih jika melihatmu begini.... dan aku juga tak sanggup melihatmu seperti ini" ucp Carlos yang kali ini lagi lagi menitikkan air matanya.
"Kalau kau bangun... aku janji akan menjelaskan semuanya. Aku janji akan menceritakan kebenarannya, aku akan menceritakan siapa pelaku yang menjebak kita malam itu, aku akan menceritakan tentang masa laluku dengan Adelle dan kau tak perlu khawatirkan apapun lagi karna aku akan membuatmu bahagia di sepanjang hidupku. Aku mencintaimu" lirihnya tak bisa ditahan. Berulang kali ia mengecup punggung tangan Stelle, seakan ingin menyalurkan sesak yang ia rasakan.
"Bangunlah..... maafkan aku Stelle.... maaf"
....
Hufttt.... pengen tau siapa pelaku sebenarnya dan apa motifnya?
Pengen tau masa laku Carlos dan Adelle?
Atau pengen tau apakah Stelle akan memaaafkan Carlos nanti setelah ia sadar dan menemukan fakta jika ia keguguran?
Berikan voment nya biar author semangat up nya😄😘😘