Pandora [END]

By ShinJinJoo

57.7K 8K 1.2K

Wajah bak pahatan patung dewa Yunani, sering memenangkan olimpiade matematika, selalu menjadi peringkat satu... More

Prolog
1. Cast dan Perkenalan Tokoh
1. Pandora
2. Who Is Pandora?
3. Stalker Psycho
4. Mencari Jejak Pandora
5. Fri(end)
6. Pandora I chatch You
7. Aura's New Life
8. New Basecamp
9. Selamat Tidur Ibu
10. Handphone
11. Hukuman
12. Ayah Pasti Pulang
13. Kevin
14. Is It My Fault?
15. Pacar Baru Aura
16. Dia Berbahaya.
17. Bad Memories of My First Love
18. Happy Birthday Mom
19. Sisi Lain Eden
20. Unik
21. Story Of My First Love
22. Because We Are Friend
23. Kekang
24. Aira
26. Diary
27. Aura vs Olive
28. Am I a Bitch?
29. I'm Angel not a bitch
30. Next Mission
31. Pacar Bohongan
32. Failed Date
33. Permintaan Maaf di Tolak
34. Permintaan Maaf di Terima
35. Penasehat Cinta
36. Misi Eden
37. Fireflies
38. Butterfly
39.Angel and Pandora
40. Two Heart, Two Pain, Two Fate
41. Forgive
42. Buruk?
43. Hitam Putih
44. Some of Suspect
45. Some Of Suspect (part 2)
46. HIM
47.Regret About Pandora
48. Menghilang
49. I Still Here
50. Pulang
51. King and Queen of Prom Night
52. Farewell Party
53. Boneka Matryoshka
54. Epilog

25. Tiup Lilinnya

854 143 29
By ShinJinJoo


Pagi ini tidak seperti biasanya. Aura mengelak dari sarapan pagi dan menghindari Bundanya. Adu mulut tadi malam membuat hubungan mereka tidak seperti biasanya. Dia tidak berniat menjadi anak durhaka yang menghindari Bundanya dengan gerakan diam- diaman. Tapi dia masih kesal dengan Bundanya.

Sesampainya di depan pintu, Bunda Mia mengikuti Aura. Berbeda dengan Aura yang masih di liputi rasa marah, Bunda Mia sudah terlihat melunak. Bahkan tadi malam dia tidak bisa tidur sambil memandangi tangan kanannya yang menampar Aura. Mia menyesal menampar Aura. Sangat menyesal.

"Jangan pulang terlambat lagi," ucap Bunda Mia dan membuat Aura yang memasang kaus kaki diam sejenak. Aura sudah bosan mendengar kalimat ini setiap hari.

"Ayahmu pulang hari ini, kamu ingat, kan ini hari apa?"

Aura melirik Bundanya setelah selesai mengikat tali sepatu. Lalu menyinggung senyuman yang sulit untuk diartikan.

"17 mei, hari ulangtahun Kak Aira."

Dan jawaban itu membuat hati Bunda Mia seperti tertusuk ribuan jarum. Menambah beban penyasalannya. Bukan itu jawaban yang ingin dia dengar.

*****

Aura sudah memiliki izin memakai besecamp sampai malam hari. Karena itu, dia ada disini, sendirian di dalam basecamp yang baru saja dia bersihkan.

Aura duduk di sofa dan matanya menerawang ke arah kue tart di hadapannya. Lilin angka 17 berdiri tegak di tengah kue dan belum dinyalakan. Di depan kue ada foto berbingkai. Dalam foto itu seorang gadis mengulas senyuman paling manis, Aira. Rambut panjang Aira menambah kesan anggun diwajahnya yang cantik. Ini foto terakhir Aira saat dia berusia 17 tahun, 10 tahun yang lalu.

Jemari Aura bergerak mengetik sesuatu di layar handphonenya.

Malam ini Aura pulang terlambat. Bunda nggak perlu khawatir, Aura ada di tempat aman dan sendirian.

Lalu dia mengirim pesan singkat itu pada Bunda Mia. Setelah memastikan pesannya terkirim, Aura menonaktifkan handphonenya. Sengaja, supaya Bunda Mia tidak menghubunginya. Hari ini Aura butuh ketenangan.

Selesai dengan Bundanya, Aura menyalakan lilin angka 17 di atas Kue tart. Lalu dia tersenyum ke arah foto Aira. Aura mengelus foto itu seolah- olah Aira ada di hadapannya sekarang.

"Selamat ulang tahun ke 17, kak," ucapnya dengan lirih.

"Udah 10 tahun kita nggak ketemu, Aura selalu rindu sama kakak. Kakak gimana?"

Hening tidak ada jawaban. Aura tersenyum kecut, dia terlihat bodoh.

"Boleh Aura cerita?" ujarnya masih ke arah foto. "Bunda udah berubah, dia sering di rumah, selalu memperhatikan Aura. Bahkan berlebihan dan nggak nyaman. Aura merasa terkekang Kak. Seandainya dia begitu selama ini, mungkin Kak Aira masih ada disini."

Setetes air mata jatuh di pipi Aura. Mengalir begitu saja tanpa bisa di akhiri. Dengan cepat dia menghapus jejak air mata. Lalu menyanyikan lagu selamat ulang tahun.

Happy birthday to you

Happy birthday to you

Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga.

Suara nyanyian Aura bergetar, begitu lirih dan menyayat hati. Matanya mengeluarkan airmata lagi saat melihat lilin itu masih utuh. Tidak akan ada yang meniupnya. Aura harus menerima kenyataan itu. Berapa kalipun Aura menyanyikan lagu itu, lilinnya tidak akan pernah di tiup. Karena Aira tidak akan pernah datang. Tidak akan pernah.

Mata Aura yang penuh air mata hanya bisa menaap nanar ke arah api lilin yang terus menyala. Dia berharap ada Aira yang datang dan meniup lilin itu sampai padam. Tapi itu harapan paling mustahil yang bisa terwujud.

Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga.

Sekali lagi Aura menyanyikannya dengan harapan yang sama.

Tiba- tiba seseorang meniup lilin kue tart itu dari arah belakang Aura. Seperti harapan Aura, api lilin itu padam. Sontak aura terkejut karena merasakan hembusan nafas lembut di belakangnya. Cepat- cepat dia membalikkan badan dan melihat siapa yang ada dibelakangnya yang sudah lancnag meniup lilin kue tart Aira.

Ternyata Eden dengan wajah datarnya berdiri tepat di belakang Aura. Hampir saja wajah mereka bertemu karena jaraknya yang cukup dekat. Aura langsung menarik wajahnya sebelum mereka saling tatap dalam jarak yang begitu dekat. Kenapa Aura tidak menyadari kedatangan Eden?

Ketika matanya teralih ke kue tart dan lilin yang sudah padam, Aura menyadari sesuatu.

"Kenapa lo tiup lilinnya?" protes Aura dengan nada tidak suka.

"Lo sendiri nyanyi tiup lilinnya, ya gue tiup dong," jawab Eden dengan santai, sesantai dia mengambil posisi duduk tepat di samping Aura.

Aura mendelik dan semakin kesal saat melihat lilin angka 17 dihadapannya benar- benar padam. Tahun- tahun sebelumnya, Aura akan membiarkan lilin itu padam sendiri dan terbakar habis. Aura selalu menunggu sampai lilin itu habis seutuhnya. Tapi hari ini berbeda, Eden merusak ritualnya.

"Lo jahilnya memang nggak ketulungan, ya, ini bukan kue ulang tahun lo. Kenapa seenak jidat lo meniupnya? Terus, tadi gue udah minta izin buat memakai basecamp ini sampai malam, kenapa lo datang kesini?" cerocos Aura tak berhenti. Seharusnya ini malam yang khidmat tapi Eden merubahnya menjadi malam menyebalkan.

"Ini basecamp gue, lo Cuma menumpang. Jadi, terserah gue datang kapan aja, baik itu siang, malam, subuhpun terserah gue," balas Eden dengan nada yang tidak kalah mengesalkan.

"Dan, gue berhak meniup lilin itu," Eden menunjuk kue tart.

"Hak darimana? Gue beli kue ini bukan untuk lo."

"Hari ini gue ulang tahun yang ke-17." Eden memotong ucapan Aura. "Dan nggak ada satu orangpun yang beliin gue kue, makanya gue tiupin lilin di kue ini."

Aura megatupkan bibir saat mengetahui alasan Eden. Dia sama sekali tidak tahu Eden berulang tahun hari ini.

"Maaf, gue nggak tahu."

"Thanks udah ngasih gue kesempatan untuk meniup lilin. Walaupun ini bukan kue ulang tahun gue," Eden terkekeh pelan.

Aura menyalakan api lilin kembali dan mengangkatnya ke hadapan Eden. Eden sempat mengernyit dan tidak mengerti maksud lilin itu kembali dinyalakan.

"Meniup lilin kue ulang tahun harus dilakukan dengan benar," ujar aura.

"Tutup mata lo, make a wish, baru tiup lilinnya," suruh Aura pada Eden.


Eden tersenyum tipis, dia seperti anak kecil yang di ajari cara meniup lilin yang baik dan benar. Tapi anehnya, Eden mengikuti cara yang di ajari Aura. Eden menutup mata, merapalkan keinginannya dalam hati dan meniup lilin. Setelah lilin itu padam. Aura tersenyum lebar sambil mengucapkan, "Selamat ulang tahun Eden."

Eden terenyuh dengan senyuman dan ucapan Aura. Dia memang harus berterimakasih dengan gadis yang satu ini. Hanya meniup lilin saja sudah membuat hati Eden bisa sebahagia ini. Belakangan ini Eden terlalu gampang merasakan bahagia dengan hal sederhana.

"Tapi tetap aja ini bukan kue ulang tahun lo," Aura menjulurkan lidah ke arah Eden. Bukannya kesal, Eden malah senyum melihat tingkah kekanakan Aura. Usia 17 tahun bukan waktu yang tepat untuk berebut kue ulangtahun.

Aura kembali meletakkan kue ulang tahun di depan foto Aira. Perhatian Eden ikut terseret pada gadis yang ada di dalam foto itu.

"Lo ngerayain ulang tahun siapa?" tanya Eden penasaran, jika Aura menjawab merayakan ulangtahun orang yang ada di dalam foto, berarti tebakannya benar.

"Ulang tahun kakak gue, kak Aira."

"Jadi, orang yang ada di foto ini kakak lo? Gue nggak pernah tahu lo punya kakak," tanya Eden memperhatikan kemiripan mereka. Dan tentu saja dia tidak menemukan kemiripan dari segi manapun. Aura albino, berambut pirang, iris biru dan berkulit pucat. Sementara Aira normal, kulitnya kuning langsat dan berambut hitam.

"Gue kelihatan aneh, ya? Ngerayain ulang tahun di depan foto." Aura mengulas senyum kecut. Dia sadar kelakuannya yang satu ini memang aneh.

"Selama lo punya alasan melakukannya, lo nggak kelihatan aneh," sergah Eden.

Aura menarik nafas berat, lalu mamandang wajah Aira yang tersenyum di dalam foto. " Usia kak Aira berhenti di angka 17 sejak 10 tahun yang lalu," suara Aura mulai parau.

"Maksud gue, usianya tetap bertahan di angka 17 dan nggak akan pernah bertambah," sambung Aura dengan suara yang lebih lirih.

Eden mulai paham dengan arah pembicaraan ini. Dan lebih mengerti lagi saat melihat bulir bening turun dari pelupuk mata Aura.

"Hari ini tanggal 17 mei, hari ulang tahun Kak Aira sekaligus 10 tahun kepergiaannya." Aura semakin berat untuk melanjutkan kalimatnya. "Kak Aira pergi untuk selamanya." Airmata Aura semakin deras mengalir. Dia tampak lemah dengan jejak air mata.

Tanpa aba- aba, Eden menarik Aura ke dalam pelukannya. Yang Eden tahu wanita butuh kenyamanan saat bersedih. Dia berharap pelukannya bisa membuat Aura merasa nyaman. Aura sempat terkejut dengan pelukan ini, tapi dia tak kuasa untuk menolak. Karena pelukan itu menenangkannya.

"Kalau lo butuh bahu, silahkan. Tumpahkan semuanya, jangan di tahan." Eden menepuk pelan punggung Aura.

Aura menangis di bahu Eden tanpa suara. Entah kenapa dia bisa menceritakan tentang Aira pada Eden. Dan entah kenapa pelukan hangat itu terasanya amat nyaman. Seolah- olah pelukan Eden adalah tempat ternyaman yang pernah Aura rasakan.

"Gue rindu kak Aira," lirih Aura dalam pelukan Eden.

"Dia juga pasti merindukan lo."

Aura melepaskan pelukan mereka. Lalu dia mengusap airmatanya. Menggikis habis dan hanya menyisakan jejak air mata di pipinya. " Gue menangis kayak orang bodoh."

"Lo punya alasan utuk menangis."

"Ini udah 10 tahun semenjak kepergian Kak Aira, tapi rasa sakitnya masih bertahan disini," Aura memegang dadanya untuk menunjukkan letak hati.

"Luka paling sakit di dunia ini adalah kehilangan orang yang kita sayangi."

"Eden, please, jangan tanya gimana Kak Aira pergi, karena gue nggak akan sanggup buat ceritainnya," Aura masih sibuk menghapus airmatanya yang tak mau berhenti.

"Gue nggak akan tanya," Eden memang maklum walaupun dia sedikit penasaran bagaimana Aira meninggal dan membuat Aura serapuh ini sampai sekarang.

"Gue sayang kak Aira."

"Dan gue yakin, Kak Aira lebih menyayangi lo."

Aura menggangguk setuju. Sewaktu kecil, dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama Aira di banding Bunda Mia. Tumbuh menjadi anak kurang perhatian membuat Aira menyayangi adiknya melebih apapun.

"Hai kak Aira, aku Eden majikannya Aura." Eden melambaikan tangan ke arah foto Aira. "Adikmu, Aura tumbuh menjadi gadis yang cengeng, tidak percaya diri dan menyebalkan. Dia sering menyulitkanku. Tapi aku dengan penuh kesabaran selalu menemani adikmu ini. Tenang aja, aku akan membuatnya menjadi budak yang penurut."

Aura menyikut Eden, lalu dia tertawa pelan. Butiran airmatanya tersamarkan oleh tawa itu. Eden selalu bisa membuat Aura merasa lebih baik. Semalam Eden meneleponnya di saat yang tepat dan hari ini bertingkah aneh yang mirip lelucon di mata Aura.

"Thanks ya udah dengerin cerita tentang Kak Aira," Aura akhirnya mengucapkan terimakasih untuk Eden.

"Thanks juga udah ngasih kesempatan gue meniup lilin." Eden tersenyum tipis dan nyaris tak terlihat. Tapi dia benar- benar bahagia hanya karena meniup lilin. Dia tidak pernah tahu rasa bahagia bisa muncul dari hal paling sederhana.

*****

hari ini aku triple up. Wow! Oh Tuhan betapa baiknya akuuhhh. Jangan lupa kasih komen dan votenya ya biar aku semangat ngelenjutin nih cerita.

Hai semuanya. Pandora udah 25 part aja nih. Nggak kerasa. Oh ya, maaf ya kalau cerita ini nggak sesuai ekspetasi kalian. Aku rasa konflik keluarganya lebih menonjol di banding bagian romancenya. Tapi mau gimana lagi, Aku sendiri paling susah buat cerita yang romantis. Buat momen yang romantis kelemahan aku. hehehe. Maaf ya kalau Eden dan Aura belum buat kalian greget dan baper,, Kemampuan Author cuma segini aja soalnya.

Dan sebenarnya dari awal mengkonsep cerita ini, aku memang pengen nonjolin kisah keluarganya. Kalau cerita romantis dan cinta- cintaan banyak tuh, tapi kalau yang bisa buat makna tersirat tentang keluarga itu sedikit ya, kan. Nah author kepengen nyampaikan pesan pentingnya keluarga dalam cerita ini.

Bye.. bye.. see u soon.

Nih aku kasih foto halu Vrene

26 Oktober 2019

Continue Reading

You'll Also Like

56.4M 5.6M 51
"πš‚πšŽπš™πšŠπšœπšŠπš—πš πš•πšžπš”πšŠ πš’πšŠπš—πš πš‹πšŽπš›πšŠπš”πš‘πš’πš› πšπšžπš”πšŠ." -π’œπ“‚π‘’π“Žπ“ˆπ’Ύπ’Άπ’Ά, 𝟒𝟒.𝟒𝟒 "Tolong jemput gue, Ka," pinta gadis itu. "Gak bisa, gue...
145K 2.4K 17
"Dasar kang coli"-irene "Kang coli juga kamu suka"-v "Idih pd gila"-irene "Aciat ciat ngeblush"-v "Apaan siiii"-irene "Kamu ngeblush kannnn"-v PLETAK...
15.4M 218K 8
Sudah terbit
1.5M 94.8K 40
bagaimana jika kekasihmu; orang yang kamu cintai sekaligus orang yang paling kamu percaya menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia pembunuh...