Powerpoint in Love 2 (END)

By halfmawrd4u

65.2K 12.1K 1.1K

Sebelum membaca, jangan lupa untuk lebih dulu membaca season pertamanya. Happy reading! More

Prolog
2. Problem
18. Demand Honesty
3. Search an Information
19. Ending?
4. Meet Up
20. I Am Sorry
5. Not in Love Anymore
21. What the-
6. Lie, Again
22. Thank You!
7. Space
23. Magic of McD
8. Club
24. Undefined Day
9. Lil Honest
25. From This
10. Everything Fine
26. To This
11. Our Still Love
27. Let's Wake Up!
12. Powerpoint in Love
28. On A Rain in The Middle Of The Night
13. Cinderella
29. Love Language
14. End of Love
30. D-1
15. Ali Searching Problem
31. D-Day : Semi Final
16. Try to Calm Relationship
32. Get Complicated
17. Prank
33. Hidden Job
34. Deep Talk
35. Missing Him
36. Queen of Denial
37. Destroyed by Own Team
38. On The Road Of His Arms
39. The Nights in the Studio
40. Line of Liars
41. Cat and Mouse Playing
42. Love-hate Friendship
43. Holding on The Clothes
44. First Credit
45. We're Back
46. If He Chooses to Leaves
47. A Little Bit Back to Normal
48. Smoking Area and His Motivator
49. The Electric Hand

1. Start Different

2.2K 311 17
By halfmawrd4u

Author POV

Suasana kampus masih sepi begitu Prilly duduk di salah satu bangku panjang yang ada di taman. Pagi ini ia sengaja berangkat jauh dari jadwal mata kuliahnya yang masih sekitar dua jam lagi dimulai. Entahlah, sangat banyak sekali hal yang dihindari dari suatu tempat bernama rumah. Jika dulu ia begitu betah di rumah, tapi tidak dalam beberapa bulan belakangan ini. Ia selalu merasa tertekan berada di dalamnya.

Semilir angin begitu beruntung karena pagi ini sudah berkontak langsung dengan pemilik mata indah itu. Matanya terpejam sesaat merasakan kesesakan yang hilir mudik masuk ke dalam dadanya.

Ia menghembuskan nafasnya pelan, sebelum kemudian ia menyandang tas selempang berisi binder dan beberapa kebutuhan perempuan seperti tissue, pelembab bibir dan bedak bayi. Ia memang bukan tipe perempuan yang ribet yang menjadikan tas sebagai meja rias berjalan.

Ponselnya berdering pertanda ada panggilan masuk.
Hm, sudah ia duga, pasti akan mengundang telepon darinya setelah ini. Ia tak jadi beranjak dari sana, kembali duduk dan mengangkat panggilan masuk.

"Hallo?" Prilly menyapa lebih dulu.

"Pagi, Fi ... lagi ngapain?"

"Pagi ... lagi duduk," balas Prilly pelan.

"Kamu nggak buru-buru, kan? Aku jemputnya satu jam lagi gak apa-apa? Agak mager hari ini."

"Aku udah di kampus, Ali."

"Haaa?! Kok gak nungguin aku?Bukannya kelas kamu masih 2 jam lagi samaan kayak aku?"

Bisa Prilly bayangkan bagaimana ekspresi shock juga wajah bangun tidur dari seseorang di seberang telepon sana.

"Maaf, jadwal mata kuliah aku di majuin. Aku buru-buru banget dan langsung pergi karena takut telat." dusta Prilly. Jadwal mata kuliahnya tak berubah sama sekali.

"Harusnya, kan kamu telepon aku biar kita berangkat bareng."

Prilly tersenyum kecil. "Pasti baru bangun, kan?" Tanpa menimpali ucapan tunangannya itu, Prilly justru mengalihkan pembicaraan. Ya, Ali yang meneleponnya.

"Ya iyaa, tapi aku pasti bangun kok kalau kamu telepon."

"Kasihan kamu, pasti tidur malem, kan? Begadang lagi main PS?"

"Kamu ngeledek banget. Aku ngerjain tugas asal kamu tau, yaa walaupun nggak lanjut tidur terus main PS sampe subuh."

Prilly tersenyum kecil tak mempermasalahkan, kemudian kembali berujar, "gih siap-siap, jangan mager-mager gitu ah. Bawa buku mata kuliah. Awas ya aku marah kalo tas kamu kosong!"

"Iya, Fi, iya ... aku go-food-in makanan, mau? Pasti belum sarapan, kan?"

"Nggak usah. Aku lagi pengin makan nasi bakar kang Asep sama kamu."

"Ya udah, kalo gitu aku berangkat sekarang ya? See you, Fi. Love you."

"Hati-hati, ya. Love you too."

Sambungan terputus.

Setelahnya pandangannya gadis itu kini terfokus menatap sesuatu yang tak terlihat di langit yang murung pagi menjelang siang ini. Sepertinya langit pun ikut merasakan apa yang sedang Prilly rasakan saat perempuan itu sendiri tak mampu menjelaskannya.

"Tumben udah di sini?"

Prilly hampir meloncat karena kaget saat seseorang duduk diikuti teguran yang sudah sangat familiar di telinganya.

"Ih Satya! Ngagetin deh," gerutu Prilly.

"Ali mana?" tanyanya santai.

"Belum dateng."

"Nggak bareng?"

"Ya enggak dong, Sat."

"Kenapa?"

"Jadwal mata kuliah dimajuin."

Cowok berkumis tipis itu mengerutkan alis terlihat tak percaya. "Masa? Terus kenapa malah santai-santai disini?"

"Kok bawel sih?"

"Aneh aja. Jadwal yang masuk jam segini, kan biasanya anak FKIP sama FT. Bohong, kan lo?" tuduhnya.

"Nggak!"

"Gue tahu lo nggak dari kemarin sore, Ra."

"Yang bilang gitu siapa?"

"Lo bohong, kan?"

"Nggak!"

"Ya udah sekarang masuk, gue antar."

Prilly mendelik. "Apaan sih, masuk masing-masing. Udah sana kuliah! Pak Seno, kan? Buruan masuk kalo nggak mau dikeluarin dari kelas!" Prilly mendorong bahu Satya agar berbalik sementara dirinya segera bergegas pergi. Huh, harusnya ia ke kantin saja tadi. Ia lupa disini akan ada Satya yang pasti akan menyimpan curiga padanya. Tidak, Satya maupun Ali tidak boleh tahu. Tidak boleh tahu!

***

"Katanya pengin makan nasi bakar sama aku? Tapi kok cuma dilihatin doang?" tegur Ali yang membuat mata Prilly berkedip sekali, kemudian tersenyum membalikkan keadaan. Seharusnya ia tidak seperti ini. Ali pasti akan curiga.

"Aku makan," katanya sambil memakan satu suap nasi bakar dari piringnya.

"Mau cobain punya aku?" Prilly menggeleng menolak sesendok nasi bakar yang menggantung di depan bibirnya.

"Ah, cobain deh. Punya aku nasinya di bakar lho," canda Ali konyol. Mau tak mau Prilly tertawa.

"Apa sih kamu? Namanya nasi bakar ya pasti di bakar dong, masa di rebus." Prilly menggeleng kecil masih dengan kekehannya. Melihatnya Ali pun ikut tersenyum.

"Dari tadi aku nungguin kamu ketawa lho," gumam Ali yang membuat Prilly tertegun.

"Ada masalah, ya?" Prilly menggeleng sambil tersenyum kecil, berharap senyumnya mampu menjelaskan kalau ia baik-baik saja.

"Aku males ngampus lho karena langit mendung, bikin aku mikir, mending di rumah, main PS, tidur. Tapi, karena kamu di kampus, aku tetap berangkat, pengen lihat senyum kamu, ketawanya kamu ... tapi, kamunya kok kompakan sama langitnya sih?"

"Aku nggak apa-apa, Ali," balas Prilly meyakinkan.

Ali tersenyum, berusaha percaya. "Aku percaya."

***

Hari ini kebetulan sekali jadwal mata kuliah Prilly maupun Ali selesai bersamaan. Jadi dengan begitu, mereka bisa pulang bersama. Tak ada acara jalan-jalan atau singgah ke suatu tempat, Prilly meminta Ali langsung mengantarnya pulang karena ia sedang malas keluar. Selain karena cuaca yang akhir-akhir ini sulit diprediksi juga karena suasana hatinya yang sedang tak baik. Ia juga lebih banyak melamun dan terlihat seperti banyak pikiran. Bahkan, ia terlihat mengabaikan Ali yang sedari tadi tak henti-hentinya mengoceh sepanjang perjalanan.

"Hari ini aku kesel banget deh, dosennya Pak Ramos," gerutu Ali sembari fokus pada kemudi. Ia melirik kesampingnya saat tak ada respons dari tunangannya. Gadis itu menatap jalanan dari kaca jendela sambil melamun.

"Tuh, kan ngelamun lagi," tegur Ali, sebelah tangannya terulur meraih tangan kanan Prilly membuat gadis itu tersadar kemudian tersenyum.

"Kamu tadi ngomong apa?"

"Lupain," kata Ali, tangannya yang memegang tangan Prilly kembali memutar kemudi.

"Kamu tadi ngomong apa? Aku nggak dengar," tanya Prilly lagi.

"Nanti aja aku ngomongnya, kamu lanjutin aja ngelamunnya," ucapnya dingin.

"Aku tadi ... lagi banyak banget tugas, aku pusing," kelakarnya, wajah yang memelas terlihat menggemaskan.

"Maaf ya, kamu jangan marah dong," rayunya manja, ia meraih sebelah tangan Ali. Tak mendapat penolakan. Ali membiarkan tangannya digenggam oleh Prilly.

"Ali ..." panggilnya pelan.

"Aku nggak marah," kata Ali, seraya melirik Prilly sekilas.

Alunan musik jazz mengalun kecil dari tape. Sengaja berisikan lagu-lagu favorite mereka jika sedang berdua. Isinya tak lebih dari dua puluh lagu, namun lebih dari cukup untuk menjadi back song kebersamaan mereka.

Akhir-akhir ini keduanya memang jarang bertemu. Ini pertemuan pertama mereka sejak tiga hari lalu terpisahkan jadwal mata kuliah. Saat Ali ada kelas pagi, Prilly mendapat kelas siang. Dan pernah pula sebaliknya. Tapi, hari ini sepertinya schedule sedang berbaik hati mempertemukan mereka walaupun Ali sedikit kesal karena di hari pertama mereka bertemu, Prilly justru pergi lebih dulu tanpa berkompromi padanya.

"Stop, stop, stop! Aku turun disini aja." Instruksi Prilly dengan tiba-tiba yang membuat Ali mengernyit bingung.

"Lho? Kan masih harus masuk gang lagi, Fi?"

"Nggak, stop, aku turun di sini aja!" Prilly tetap kekeuh dan melepas seatbelt-nya saat Ali mulai menepikan mobilnya di sisi jalan.

"Tapi kan masih jauh, Fi? Kamu mau kemana sih? Aku biasanya juga anterin kamu sampai depan rumah," protes Ali tak suka.

"Please, kalau kamu anterin aku sampai depan rumah nggak akan bisa puter balik lho. Hari ini tu tetangga sebelah rumah aku lagi nikahan. Ribet. Kamu susah parkirnya nanti. Ya, sayang, ya kamu anterin aku sampai sini aja?" bujuk Prilly dengan segala alasan yang diharapkannya mampu membuat Ali percaya.

"Beneran? Perasaan tetangga kamu itu duda, udah kakek-kakek juga. Nikah lagi?"

"Bukan yang sebelah situ, Ali, yang sebelah Utara," katanya.

"Ya udah, aku tetap anterin kamu sampai depan rumah, jalan kaki."

"Lho? Terus mobil kamu? Ali, disini rawan begal, kamu mau mobil kamu kena begal? Udah ya kamu pulang aja," paksa Prilly.

"Nggak akan ada yang berani begal mobil aku," kata Ali, seraya mengedikkan dagunya kebelakang. Seperti biasa ada mobil Reyhan disana.

"Li, aku bisa sendiri. Lagian aku mampir ke rumah Rana dulu sebentar, mau ngobrolin mata kuliah sekalian jenguk dia yang lagi sakit," katanya memberi alasan.

Mata Ali langsung menerobos kedalam iris hazel gadisnya, menyelidiki kebohongan disana, "Kamu nggak lagi nyembunyiin sesuatu dari aku, kan?"

"Nggak, Li."

"Coba aku liat mana yang nikahan?" Ali celingukan, berjalan beberapa langkah masuk kedalam gang. Namun sebelum itu terjadi, Prilly dengan cepat menahan lengannya dengan ekspresi panik.

"Nggak kelihatan dari sini, Ali," tahannya.

"Kamu bilang di jalan, harusnya kelihatan dari sini dong," protes Ali sedikit kesal dengan Prilly. Tidak biasanya Prilly seperti ini.

"Ini apaan lagi sih?!"

Prilly bernafas lega saat ponsel Ali berbunyi, fokus lakik-laki itu langsung pada ponselnya. Ia terlihat kesal sekali diganggu meskipun hanya lewat via telepon.

"Ya, Pi?"

"..."

"Udah, ini lagi ngantar Prilly pulang."

"..."

"Oh, ya udah, Gana ke kantor sekarang."

"..."

"Iya."

Ali menyudahi panggilan. Sembari mengantungi ponselnya, matanya mengelang menatap Prilly yang juga menatapnya harap cemas-cemas.

"Papi nelepon minta aku ke kantor, koleganya yang dari London mau ketemu sama aku," katanya setengah tak ikhlas.

"Iya, kamu pergi aja."

"Aku tinggal ya? Kalau udah sampai rumah langsung kabarin aku," pesan Ali dibalas anggukan kecil oleh si empunya.

"Kamu juga sampai kantor kabarin aku, hati-hati." Ali mengangguk, tak lupa rutinitasnya sebelum mereka berpisah. Mengusap puncak kepala Prilly penuh sayang, setelah itu lekas pergi.

Melambaikan tangannya mengiringi kepergian Ali disusul membalas sapaan klakson dari Reyhan dengan senyuman.

Ah, kali ini dewi fortuna sedang berpihak kepadanya.

Sebenarnya alasan sedang ada orang menikah hanya kebohongan semata, juga alasan ingin mampir ke rumah Rana sembari menjenguknya yang sedang sakit itu hanyalah akal-akalannya saja. Tidak ada tetangganya yang sedang menggelar acara pernikahan dan menghambat jalan, juga tidak ada acara mampir ke rumah Rana untuk menjenguknya yang sedang sakit. Prilly berbohong untuk yang kesekian kalinya.

Maafin aku, Li.







A/n: hallo, apa kabar? Happy new year ya... tahun baru semangat baru, semoga goals tahun ini bisa terealisasi, dan semoga goals tahun lalu yang belum terealisasi segera terealisasikan di tahun ini

Aku kembali untuk menepati janjiku bawa sequel PIL yang sebenarnya udah lama bangeeettt. Semoga kalian nggak lupa alur season pertama. Yang belum baca season pertamanya, baca dulu ya biar nggak bingung. Sebenarnya aku trauma banget nulis di WP lagi takut tiba-tiba part acak kayak SM, tapi yaudahlah semoga nggak.

Jangan lupa nonton MLMH, hari ini up. Nontonnya di WeTv, yaa :*

Continue Reading

You'll Also Like

138K 16.9K 23
[AliPrilly Fanfiction] Segala hal dalam cerita ini adalah fiksi, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata nama tokoh yang digunakan. Harap menjad...
3.6K 428 39
Ini kisah Lavelyn mengejar lelaki idaman yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Namanya Astalian Altama. Laki-laki yang bahkan tidak per...
93.2K 8.7K 22
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
106K 19.2K 18
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...