AFTER YOU

By Rozvellecia

3.9K 249 395

[Sekuel SWEET PEA] Zhavier kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya di kota New York. Ia... More

Chapter 1 : Setelah Kamu
Chapter 2 : Nice To Meet You
Chapter 3 : Not That Easy
Chapter 4 : Begin
Chapter 5 : Begin (2)
Chapter 6 : Begin (3)
Chapter 7 : Kebetulan atau Takdir?
Chapter 8 : Tidak atau Belum?
Chapter 9 : Ketertarikan Spontan
Chapter 10 : Teman Baru
Chapter 11 : Ini Takdir 'Kan?
Chapter 12 : Bantuan dari Zhavier
Chapter 13 : Terbongkar
Chapter 14 : Pandangan Pertama
Chapter 15 : Kereta Api
Chapter 16 : Bukan Aku
Chapter 18 : Akhir dari Pertunangan
Chapter 19 : Maaf yang Tertunda
Chapter 20 : Cara Meminta Maaf
Chapter 21 : Acara Pertunangan
Chapter 22 : Acara Pertunangan (2)
Chapter 23 : Kembali ke Masa Lalu
Chapter 24 : Ringkasan Cerita
Chapter 25 : Bicara Tentang Dulu
Chapter 26 : Soal Zhavier
Chapter 27 : Cerita yang Mirip
Chapter 28 : Yang Tak Disengaja
Chapter 29 : Tidak Apa-Apa
Chapter 30 : Siklus
Chapter 31 : Saya Suka
Chapter 32 : Clarissa
Chapter 33 : Pasta
Chapter 34 : Valentine?
Chapter 35 : Valentine!
Chapter 36 : Cia
Chapter 37 : Bingung
Chapter 38 : Happy
Chapter 39 : Birthday
Chapter 40 : Lupa Untuk Sesaat
Chapter 41 : Maaf Aku Lupa
Chapter 42 : Setelah Sekian Lama
Chapter 43 : Takut Goyah
Chapter 44 : Bisa Tidak?
Chapter 45 : Perasaan Aneh
Chapter 46 : Dering Telepon
Chapter 47 : Zhavier dan Tingkahnya
Chapter 48 : Gagasan yang Aneh
Chapter 49 : Reuni
Chapter 50 : Mulai Jujur
Chapter 51 : Diserang Berkali-kali
Chapter 52 : Satu Hari
Chapter 53 : Manis dan Hambar
Chapter 54 : Confidence VS Insecurity
Chapter 55 : Ulang Tahun Perusahaan
Chapter 56 : Ulang Tahun Perusahaan (2)
Chapter 57 : Ulang Tahun Perusahaan (3)
Chapter 58 : Double Date
Chapter 59 : Sama Kamu
Chapter 60 : Wisuda
Chapter 61 : Wisuda (2)
Chapter 62 : Perayaan
Chapter 63 : Berakhir
New Cover
Chapter 64 : Topik
Chapter 65 : Cemburu
Chapter 66 : Menjenguk
Chapter 67 : Balas Dendam
Chapter 68 : Mungkinkah Dia..?
Chapter 69 : Bagaimana kalau..?
Chapter 70 : Zhavier?!
Chapter 71 : Attention
Chapter 72 : Hari dimana Aku Menjadi Milikmu
Chapter 73 : I'm Yours
Chapter 74 : Bucin
Chapter 75 : Nama Pen
Chapter 76 : Rencana
Chapter 77 : Trauma
Chapter 78 : Cerita di Balik Itu Semua
Chapter 79 : Cerita di Balik Itu Semua (2)
Chapter 80 : Cerita di Balik Itu Semua (3)
Chapter 81 : Cerita di Balik Itu Semua (4)
Chapter 82 : Pertemuan Tak Terduga
Chapter 83 : Rencana (2)

Chapter 17 : Sebab-Akibat

42 4 0
By Rozvellecia

Felicia tidak habis pikir dengan kenyataan yang baru saja ia ketahui barusan. Setelah ia cek sendiri di website Surat Kabar RIR, ternyata memang benar apa yang dikatakan Zhavier. Rumor tentang Nabila itu telah tersebar, dan ia tidak tahu siapa yang telah menulisnya.

Bagus, berkat ini, aku jadi dituduh yang enggak-enggak, gerutu Felicia dalam hati.

Felicia menghela napas berat lalu memegangi pelipisnya dengan jemari kiri. Sedari-tadi ia tidak tenang karena Zhavier sudah berprasangka buruk terhadapnya, ditambah lagi sikap Zhavier yang dingin dan terkesan sinis tadi saat di kafe membuatnya resah karena takut dianggap sebagai seorang pengingkar janji.

Gadis itu kesal, juga penasaran. Siapa sih yang udah nge-share berita picisan begini?, batinnya.

Tak punya pilihan lain, ia segera menelepon seniornya, Dennis.

"Halo, kak Dennis..." sapa Felicia saat Dennis menjawab panggilan telepon darinya.

"Ya, kenapa Fel?" Tanya Dennis dari seberang sana.

"Ehm.. anu kak..." Felicia ragu-ragu. "Berita soal perselingkuhan hari ini..."

"Iya, kenapa?"

"Itu siapa yang nulis beritanya ya?" Tanya gadis itu memberanikan diri.

"Oh, itu Lia. Kenapa, Fel?"

Felicia tertegun. Kak Lianna? Kakak itu dapat info darimana soal ini?, batin gadis itu heran.

"Oh, enggak apa-apa kak. Cuma penasaran aja. Soalnya beritanya lumayan booming." Jawab Felicia.

"Oh iya, bener. Lia sampai dimarahin sama atasan karena nerbitin berita seenaknya gitu, yah walaupun beritanya booming banget sih."

"Kudengar, si Nabila ini jadi kayak dibanjiri hujatan gitu, kak."

"Iya. Lia bilang ke gue kalo dia jadi ngerasa bersalah udah nerbitin itu berita," tukas Dennis.

Felicia manggut-manggut, "Kakak tahu gak, kak Lia dapat infonya darimana?" Tanyanya.

"Gak tahu, Fel. Gue sempat nanya sih ke dia, tapi dia gak mau kasih tau siapa namanya. Dia cuma bilang kalau dia dapat infonya dari orang yang berhubungan langsung sama perselingkuhan itu, jadi infonya bisa dipercaya."

Berhubungan langsung? Nabila? Aditya? Masa iya Zhavier?, lalu Felicia tersadar bahwa ada satu nama yang belum terpikirkan olehnya. Thalia?!

Tapi masa iya Thalia?, batin Felicia tak habis pikir.

"Oh, oke deh kak. Makasih ya.."

"Iya, Fel. Sama-sama." Jawab Dennis lalu memutuskan panggilan tersebut.

Setelah usai berteleponan dengan Dennis, Felicia segera mencari kontak Dina lalu segera meneleponnya.

Tepat setelah panggilan telepon itu dijawab, Dina berkata dengan hebohnya, "Halo, Fel! Baru aja gue mau telpon lu. Gila! Berita soal Aditya sama Nabila booming banget seharian ini ya! Gue denger Nabila dibully gitu di sosmed. Kasihan sih ya?"

"Baru aja aku mau ngomongin soal itu, Din." Gumam Felicia. "Aku mau nanya, kira-kira kamu tahu gak siapa yang nyebarin itu?"

"Eh? Gue kira lo yang nyebarin?" Tutur Dina.

Felicia berdecak pelan. "Bukan aku, Din. Aku cuma magang di sana dan kalau mau nerbitin berita atau artikel, harus melalui senior dulu..." jelasnya.

"Oh, jadi siapa dong?"

"Nah itu dia, siapa ya?"

"Yang tahu soal ini kan cuma kamu, aku, Thalia, Nabila, dan Aditya, kan?"

"Iya."

"....." beberapa saat kemudian terdengar jentikan jari dari seberang sana. "Kayaknya Thalia deh, Fel."

"Kenapa gitu?" Kedua alis Felicia tertaut heran.

"Soalnya kemaren itu dia nanya ke gue soal di mana lo kerja, dia juga nanya alamatnya. Gue kira dia cuma kepo-kepo doang, jadi gue kasih tau aja..."

Felicia mengerti. Mungkin itu adalah tindakan balas dendam dari Thalia terhadap Nabila dan Aditya.

"Duh, gue minta maaf ya, Fel. Gue asal bilang aja ke Thalia kalo lo kerja di sana. Kenapa? Lo kena marah ya karena berita itu?"

"Enggak kok, Din. Lagian aku udah gak magang lagi di sana, jadi mana mungkin aku kena marah gara-gara berita itu. Aku cuma penasaran aja sama sumber berita itu."

"Oh gitu... iya kayaknya Thalia deh, Fel. Soalnya bukan gue dan gak mungkin juga Nabila atau Adit, kan? Itu namanya mereka bunuh diri. Atau mungkin tunangannya Nabila?!" Tanya Dina berprasangka.

Felicia menggeleng kecil, walau gelengannya itu tak akan dilihat oleh Dina. "Gak mungkin deh, Din." Zhavier aja baru tahu semalam, lanjutnya dalam hati.

"Iya ya... gak mungkin. Tahu dari mana ya kan?" Tukas Dina. "Tapi gimana menurut lo soal berita ini, Fel? Gue akuin sih kalau kemarin itu gue berapi-api banget pengen Nabila ketahuan sama media, tapi setelah lihat dia dihujat netizen, gue jadi kasihan sama dia. Apalagi pas tunangannya tahu..."

"Sama aku juga, Din." Sahut Felicia.

"Apa setelah ini dia sama tunangannya itu bakalan putus ya?" Tanya Dina.

Felicia dengan spontan mengedikkan bahunya. "Entahlah, Din. Ada sebab, ada akibat."

"Yah, benar. Kita doakan ajalah yang terbaik. Kasihan juga ntar kalau tunangannya diselingkuhin terus, iya kan?"  Tutur Dina.

"Iya. Eh, udah dulu ya, Din. Aku mau mandi dulu," kata Felicia hendak pamit.

"Lah, ini udah mau jam 9 malem dan lo masih belum mandi?" Tanya Dina heran.

Felicia menyengir kecil. "Hehehe, iya. Aku baru sampai di kos."

"Hahaha, baru pulang kerja dari kafe ya?" Tebak Dina. Felicia memang pernah memberitahukan hal tersebut kepada Dina.

"Iya, Din."

"Oke deh, Fel. Mandi yang bersih ya, hahahaha"

Felicia membalas tawa Dina, "Oke, Din." Lalu menutup telepon tersebut.

***

Tepat seperti yang dikhawatirkan oleh Nabila, sang ayah marah besar saat tahu putri satu-satunya itu tengah ada pada sebuah berita perselingkuhan dengan pria lain. Nabila yang baru saja sampai di rumah, langsung dimarahi habis-habisan oleh ayahnya karena kesalahan tersebut.

"Kamu buat Dad malu, Nabila. Zhavier saja bisa menjaga pertunangan ini. Kenapa kamu tidak?" Omel sang ayah, Ardian, setelah Nabila menceritakan secara jujur semua tentang hubungan Nabila dan Aditya selama ini.

"Dad, maafin Nabila..." gumam Nabila takut-takut pada posisi duduknya.

Ardian menggeleng beberapa kali sembari berkacak pinggang dan berdecak pelan. "Ini gak bisa dibiarkan. Pertunangan kalian harus dibatalkan."

Nabila tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Apakah ia harus senang karena akhirnya memiliki kesempatan untuk bisa bersama Aditya? Ataukah ia harus bersedih karena harus melepaskan Zhavier, yang pernah ia cintai dulu? Mungkin keduanya. Perasaannya tercampur aduk.

"Iya, Dad.." jawab Nabila sembari tertunduk malu.

"Dan kamu... kamu gak boleh berhubungan lagi dengan si Aditya itu!" Perintah Ardian.

Nabila yang tadinya menunduk, kontan menengadah karena perintah mengejutkan yang baru saja dilontarkan sang ayah.

"Apa? Enggak! Nabila gak mau." Tolak gadis itu. "Nabila sayang sama Aditya. Nabila gak mau putus sama dia." Ungkapnya.

"Nabila! Hubungan kamu dengan dia itu gak baik. Apalagi si Aditya itu kan awalnya sudah punya pacar, terus mereka udah putus gara-gara kamu. Kamu pikir Dad enggak malu apa?"

Nabila mulai terisak, air matanya jatuh begitu lembut dan membasahi pipinya. "Nabila gak peduli. Nabila mau Aditya, dia bilang dia sayang dan lebih milih Nabila. Bukannya Thalia, Dad."

"Sayang sama kamu? Mungkin dia juga bilang kayak gitu ke puluhan cewek lain. Ingat Nabila, dia itu pernah menyelingkuhi pasangannya dulu, gak menutup kemungkinan kalau kamu juga diselingkuhi nantinya."

"Enggak, Dad. Aditya gak kayak gitu..." sahut Nabila.

"Lagi pula, dasar hubungan kalian adalah kebohongan dan ketidaksetiaan, kalian pikir kalian bisa bertahan setelah ini?" Tutur sang ayah yang terdengar begitu menyakitkan.

"Dad, cukup. Nabila gak mau dengar apa-apa lagi." Kata gadis itu seraya beranjak dari duduknya lalu pergi ke kamarnya dan mengunci pintunya.

"Nabila!" Teriakan sang ayah hanya diabaikan olehnya.

Nabila merebahkan tubuhnya ke kasur, menenggelamkan wajahnya ke bantal lalu menangis sepuasnya di sana. Ada sekitar sepuluh menit lebih ia terisak dalam tangisnya.

Beberapa saat setelah dia merasa sedikit tenang, sebuah panggilan telepon dari Zhavier masuk. Segera Nabila mengusap air mata lalu menjawabnya, "Halo.."

"Halo, Nabila. Kamu kenapa? Kok suaramu serak?" Kata Zhavier dari seberang sana.

"Aku habis nangis." Ujar Nabila dengan suara sengaunya.

"Nangis kenapa?" Tanya Zhavier terdengar panik. "Kamu kenapa?"

Nabila sempat diam sebelum akhirnya mengadu. "Zhavier..... Aku dimarahin Papaku... Aku juga dilarang buat berhubungan sama Aditya lagi..." lalu tangisnya kembali memecah. "Aku harus gimana, Zhavier?"

"Na, jangan nangis..." ujar Zhavier menenangkan. "Aku yakin Papa kamu pasti cuma terbawa emosi. Kalau kamu coba ngomong baik-baik dan bilang kalau kamu mencintai dia, pasti Papamu ngerti, Na."

Nabila menggeleng kuat sembari terisak. "Enggak, Papaku gak pernah semarah ini ke aku. Aku takut kalau Papa serius..."

"Na--"

"Tadi Papa juga bilang kalau pertunangan kita bakalan dibatalin. Kurasa Papaku malu udah punya anak kayak aku.." lanjut Nabila frustasi.

"Nabila!" Bentak Zhavier. "Kamu gak boleh ngomong gitu. Papa kamu sayang ke kamu. Dia cuma mau yang terbaik untukmu, makanya dia marah. Kamu juga tahu kalau kamu salah kan? Jadi berbesar hatilah. Biarkan amarahnya padam dulu, baru coba bicara baik-baik nanti. Ya?"

Nabila sebelumnya sempat diam, tak tahu harus menanggapi bagaimana. Namun setelah diam beberapa saat, akhirnya ia setuju dengan Zhavier. "Iya..." katanya singkat sembari mengusap air matanya yang kembali jatuh tadi.

"Sekarang kamu di mana?" Tanya Zhavier setelah terdengar helaan napas lega dari seberang sana.

"Di rumah Papa."

"Mau ketemu gak?"

Nabila tersenyum samar, "Enggak. Makasih, Zhavier. Aku lagi gak mau kemana-mana, sekarang." Lalu ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. "Udah malam juga..."

"Ya, siapa tahu kamu butuh teman curhat, Na. Aku bisa kok ke rumah Papamu sekarang." Kata Zhavier lagi, penuh pengertian.

"Kamu bisa ke sini?" Tanya Nabila.

"Bisa."

"Tapi gimana reaksi Papaku nanti?"

"Tenang aja, nanti aku bilang mau jumpa kamu. Kamu mau aku datang, gak?"

"Iya. Datanglah," tukas Nabila akhirnya, suaranya masih terdengar sengau. Selain ingin menceritakan banyak hal kepada Zhavier, Nabila juga berniat untuk mengembalikan cincin tunangan yang belakangan ini ia simpan di lemarinya kepada Zhavier. Ini saatnya mengakhiri hubungan palsu mereka.

"Mau dibawain apa?"

"...." Nabila diam. Sibuk memikirkan pilihan makanan.

"Nabila?"

"Bawain aku martabak nutela ya..." Akhirnya ia memutuskannya.

"Oke. Tunggu ya," tukas Zhavier seraya menutup telepon.

***

Gilang, ayah Zhavier, memarkirkan mobilnya dengan sempurna tepat di depan halaman rumah Ardian, ayah Nabila. Begitu pria paruh baya itu turun dari sana, Ardian menyambutnya dengan penuh keramahan.

"Selamat malam, Gilang!" Seru Ardian.

"Malam. Maaf aku terlambat datang. Aku baru saja selesai dari kantor." Sahut Gilang.

"Ahahah, iya tidak apa-apa. Maafkan aku atas kelakuan putriku ya?," kata Ardian sembari menjabat tangan Gilang.

Gilang mengangguk pelan. "Ya, tidak apa-apa." Jawabnya. Di dalam hati, pria itu bersyukur karena akhirnya pertunangan palsu yang mengikat putranya bisa segera dibatalkan. Tapi di sisi lain, ia juga merasa iba terhadap Nabila yang menjadi sasaran netizen karena berita gempar ini.

"Oh iya, ayo masuk. Kita bicarakan ini di dalam." Kata Ardian sembari menjamah tubuh Gilang.

"Baiklah," kata Gilang seraya mengikuti jalan Ardian.

Sesampainya di ruang tamu, Gilang disuguhkan minuman dan beberapa makanan oleh pembantu rumah tangga yang ada di sana.

"Ehm... jadi begini, Gilang." Ardian siap membuka topik pembicaraan. "Saya paham kamu kecewa. Tapi, apa boleh buat. Semuanya sudah terjadi. Nabila juga menyesal dengan apa yang sudah dia perbuat."

"Iya. Saya mengerti, Ardian." Sahut Gilang.

"Baguslah kalau kamu mengerti. Dengan berat hati dan penuh maaf, saya minta pertunangan ini dibatalkan saja..."

Gilang mengangguk pelan. "Baiklah, akan saya sampaikan ini kepada Zhavier."

Beberapa detik kemudian, sebuah mobil lainnya berhenti manis tepat di halaman rumah Ardian. Lalu seorang pria yang bernama Zhavier segera masuk dengan sopan, tak lupa mengetuk pintu depan.

"Syalom, Om." Sapa Zhavier.

"Syalom." Balas Ayahnya dan Ardian, mereka berdua berdiri dari posisi duduk mereka.

"Zhavier...." tukas Gilang, ayahnya.

"Papa... kok di sini?" Tanya Zhavier.

"Papa lagi bicara penting sama Papa Nabila. Kamu?"

"Aku mau jumpain Nabila." Jawab Zhavier sembari menunjukkan sekotak martabak pesanan Nabila yang dibungkusi kantung plastik. "Ini pesanan Nabila."

Gilang tersenyum sumringah melihat kelakuan baik putranya itu.

"Aduh, saya jadi gak enak kalau kamu baik begini ke Nabila..." tutur Ardian.

"Gapapa, Om. Sebagai teman sejak kecil, kami harus saling mendukung dan menghibur." Kata Zhavier.

Ardian ikut tersenyum senang, lalu tersadar. Eh? Katanya sebagai teman sejak kecil dan bukannya tunangan?, batin pria itu sedikit heran.

"Nabila-nya mana ya, Om?" Tanya Zhavier, tak menggubris ekspresi bingung Ardian.

"Oh, ada di kamar." Jawab Ardian.

"Oh oke, Om. Saya permisi ke sana ya, Om?" Ucap Zhavier, permisi.

"Ya, tolong sekalian bujuk Nabila untuk bicara sebentar ke sini ya," tukas Ardian.

"Siap, Om!" Zhavier segera pergi dari sana untuk menemui Nabila.

***

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 259K 57
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
519K 4.2K 22
WARNING 21+ **** Jeriko mesum, Jeriko sangean, Jeriko nafsuan. Jeriko sudah memiliki lebel yang sangat buruk dalam otak Keyna. Tapi, kenyataan dunia...
593K 18.9K 33
Dax, bangun di sebuah kamar hotel dalam keadaan telanjang bersama dengan seorang wanita yang bukan pacarnya. Setelah mengetahui wanita itu ternyata...
7.2M 200K 89
WARNING ⚠ (21+) πŸ”ž π‘©π’†π’“π’„π’†π’“π’Šπ’•π’‚ π’•π’†π’π’•π’‚π’π’ˆ π’”π’†π’π’“π’‚π’π’ˆ π’˜π’‚π’π’Šπ’•π’‚ π’šπ’ˆ π’ƒπ’†π’“π’‘π’Šπ’π’…π’‚π’‰ π’Œπ’† 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 π’π’“π’‚π’π’ˆ π’π’‚π’Šπ’ 𝒅𝒂𝒏 οΏ½...