KLANDESTIN | MINV

By friska134

84.4K 9.7K 2.4K

{segala hal, tokoh, karakter, alur hanyalah fiksi. Tidak boleh dikaitkan dengan kehidupan member asli.} Jimin... More

0.0
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0.10
0.11
0.12
0.13
0.14
0.15
0.16
0.17
0.18
0.19
0.20
0.21
0.22
0.23
Cinderella - End of Story

0.1

5.3K 606 111
By friska134

VOTE DULU YA GAIS(◍•ᴗ•◍)❤

biar aku cemungut, kalian nya barokah(●♡∀♡)

.



.




.

"Makan pelan-pelan." sergah Jimin cemas, "Kau bisa tersedak tulang ikan kalau begitu caranya."

Jimin mengerenyit pusing ketika pria tunawisma ini melahap rakus 3 mangkuk nasi tumis tuna yang dipesan dari kedai bibi Mo.

Yah, itung-itung sedekah di hari ulang tahunnya mungkin tak apalah.

Tidak menggubris, pria yang belum ada satu jam tertampung di rumahnya itu-- cuma melongo dan bergestur takut.

Beralih ke dapur, Jimin mengambil segelas air dingin untuk pria itu. Lelaki normal yang dipungutnya,-- di depan rumah barusan?

"Bibirmu." Jimin menunjuk sudut bibir lelaki itu, kembali lagi seraya menyodorkan gelas.

"Hng?" Ada tanda tanya besar di atas kepala, lelaki itu pun meraba bibirnya. Ada dua butir nasi yang menempel rupanya.

Satu handuk kering dan satu set pakaian bersih pun ada di pucuk meja.

"Habiskan makananmu cepat, lalu kamu bisa bersihkan dirimu." suruh pria Park, kemudian lelaki itu menunjuk satu pintu kaca dekat wastafel.

Pria itu cuma mengangguk patuh, menatap wajah Jimin lekat-lekat seakan dia sudah ditargetkan sebagai majikan barunya. Dasar anjing kampung.

Jimin menanggapi seadanya. Menghela napas berat, dia pergi ke luar teras untuk menjernihkan kepala mumetnya.

Jimin meraih ponsel dalam saku, menelepon seseorang.

"Yo, wassoyo bro? Apalagi? Tenang aja, pasti dateng kok entar malem."

"Kepalaku pusing, ga tau jadi ato engganya acara kita nanti malem."

"Loh? Ada masalah apa nih? Orang tuamu?"

Jimin berjongkok depan kebun tomatnya. Memerhatikan tiap bongkahan bulat montok merekah itu.

Batang pendek itu berbuah lebat dan siap panen. Segar dan mengkilap, merah berkilau. Pasti rasanya sangat enak.

"Bukan. Ada pengemis masuk rumahku sekarang. Kayanya dia juga ga punya tempat tinggal."

"Ha? Seriously?" Sosok itu berdecak disana, "Tanyain identitasnya dulu, bro."

"Dia ga mau jawab, eh--- belum sempat kutanyain sih siapa namanya."

"Astaga. Usir aja bro atau bawa dia ke satpam komplek."

Kini, pemuda Park memutar-mutarkan tangkai tomat itu, dipetiknya satu. Pas seukuran bongkahan tangannya.

"Dia memberontak. Dia tak mau kubawa kesana. Terus kayanya dia korban KDRT deh."

Ada ketawaan penuh cemooh, "Gila, Jim. Kalau aku jadi kau, udah kutendang atau kulaporin polisi sekalian."

Digigit kecil bilah empuk tomat segar itu, Jimin merasa asam--keset--manis bercampur satu. Enak.

"Eii, denger gak aku ngomong apa? Kau bilang dia punya banyak luka, gimana kalo dia orang jahat wey? Perampok, tukang begal ato teroris?"

Ah. Pekak.

Jimin menjauhkan ponselnya dari kuping. Samar ada tampilan wajah orang yang ditelepon Jimin, si lelaki eksotis kulit legam itu. Kai.

"Jangan gampang percaya sama orang, udah usir aja mendingan."

"Iyo, iyo. Gampang dah entar kuurusin."

"Btw, gimana tampang pengemisnya? Masih muda ato udah lansia? Kalo udah tua jangan kasar lu ngusirnya. Bisa kualat."

"Bawel dah. Masih muda sih kayanya, gua taksir umurnya baru kepala 2 kalo ga salah."

Jimin beranjak dengan tiga buah tomat semok yang baru dipetiknya, dia harus kembali ke dapur untuk mengambil bakul agar bisa memanen semuanya.

Menggosok-gosok tomat basah itu ke sisi celana baju, Jimin kesusahan memegang HP nya.

"Ck, bego. Iya gua paham. Ngomong tuh ga usah diulang-ulang. Argh, bikin eneg aja. Udah entar malem lo bawa cewek satu buat main."

Jimin jengkel, berdecak sepanjang jalan hingga langkahnya tercekat di ambang pintu.

Sosok baru yang terasa asing itu.

"Ahjussi.." panggilnya gugup, pria itu duduk rapat di satu kursi plastik pendek dekat meja kerjanya.

Disitu, di kursi kecil itu biasanya Jimin menghabiskan hari sampai tidak tidur untuk melukis desain artistik rumah.

Sosok itu tengah menggosok-gosok rambut basahnya dengan handuk.

Park Jimin tertegun di tempat.

Matanya tidak bisa berpaling. Kelewat terperdaya atau bagaimana Jimin seperti robot linglung.

Meneliti tiap lekuk dan penampilan pria itu dari pucuk kepala hingga bawah kaki.

Bagaimana pasnya saat kemeja putih itu dipadukan di tubuh lelaki itu.

Kemeja putih yang tidak pernah dipakai Jimin dan berakhir tertumpuk sia-sia di lemari kenapa terlihat epik begini.

Ingat, Jimin masih ingat saat dia mengeluh karena ukuran kekecilan dan terlihat pres saat dipakainya.

Otot dada Jimin yang lumayan bidang itu kendala pria Park susah menemukan baju pas.

Bulu mata selentik diserutkan maskara, hidung tegak dan bibir pink alami yang agak lecet.

Sial. Dia seperti telanjang karena ukuran kemeja panjang sebatas paha itu. Padahal dibalik itu, dia mengenakan celana pendek yang sayang tertutup oleh size baju.

"Apa ahjussi baru memetik tomat?" katanya, tersenyum kalem dan teduh.

Jimin masih di ambang kesadaran. Bahkan suara lelaki muda itu seperti bius racun yang mendayu-dayu.

"Ahjussi?" Dia memanggil Jimin sekali lagi, merenggut segala hayalan anehnya.

"Eoh?" Jimin terkelu, "Oh, y-ya. Aku punya kebun tomat di belakang. Mau lihat?"

Shit.

Apasih. Kenapa justru berakhir mengajaknya ke kebun tomat?

Dia pun menyanggupi, berjalan menggiring Jimin di belakang.

Sejak tadi, Jimin peka bahwa lelaki itu berjalan payah,-- sedikit pincang. Wajar, Jimin pun kewalahan putar otak untuk melepas jeratan pasung di kaki pria itu.

Jimin memutuskan berbalik, berlari kecil ke arah garasi.

Lelaki itu keheranan, menatap kemana arah punggung itu pergi.

"Disana ada banyak batu kerikil. Pakai ini."

Oh, rupanya Jimin mengambil sepasang sandal kebun.

Dia tersenyum kaku, memakai sandal jepit pemberian Jimin.

"Terimakasih."

Jimin menggaruk tengkuk canggung, "Aku menaruh banyak kerikil di terasku supaya kalau hujan, tomatku gak merembet kemana-mana."

"Apa disini sering turun hujan?" tanyanya aneh. Loh, kan mereka sama-sama warga Korea? Masa bertanya hal dasar begini.

"Iya, sedang masuk musim hujan."

Dia mengangguk, melanjutkan jalan dan mendahului Jimin menuju kebun tomat 7 jengkal di depan.

"Merah banget.." kagumnya berbinar-binar, meraba-raba permukaan tomat itu diiring senyum merekah.

"Ya. Itu tomat zamrud. Boleh dicoba langsung dari pohonnya, rasanya sangat manis." bangga Jimin, bukan apa itu kualitas unggul dan tentu sensasi manis itu mampu menggoyangkan lidah.

Lelaki itu terus memandangi tomat milik Jimin.

Cukup lama berpekuk disitu, "Nah, selesai." Jimin menyeka keringatnya yang jatuh.

Bakul kosong itu terisi penuh dengan tomat-tomat merah. Cantik dan menggemaskan.

Jerih payahnya tidak berhianat.

Satu pegangan kecil ada di ujung kaus Jimin.

"A-aku bisa menyapu rumah dan mengepel." ujarnya tiba-tiba, dia merunduk ke bawah.

"Aku juga bisa mencuci baju, aku bisa memasak, aku bisa membenarkan atap bocor, aku juga akan membersihkan rumput di kebun tomatmu ahjussi."

Jimin menukik lurus ke bawah.

Berdecih seadanya, Park Jimin paham apa makna dibalik ucapan bertele-tele ini.

Jimin menjauh dan melangkah ke pintu utama, berseru keras. "Aku akan pergi belanja. Kau tentu ikut denganku kan?"

Pria lugu itu mendongak cepat.

Buru-buru mengangguk berulang, dia mengekori Jimin.

Jimin mengulurkan sebelah tangan berototnya, tersenyum datar.

"Jimin. Kamu bisa panggil namaku begitu."

Pria muda itu balas menjabat tangan Jimin ringan, tidak dekat dan juga jauh. "Taehyung."

Usai perkenalan singkat itu, pengemis yang baru diketahui namanya-- Taehyung itu tidak henti-hentinya mengangakan mulut ketika dibawa ke mall paling besar dan bergengsi di Seoul.

Dia melirik kecil wajah Jimin di sebelahnya. Taehyung merasa sedikit senang, dan tentu dia harus tau diri untuk berucap,--

"Ahjussi, terimakasih sudah membawaku kes--

Ucapan Taehyung terhenti tengah jalan.

Tak ada sahutan, pria Park mempercepat langkahnya dengan sorot mata lurus sambil memasukan dua tangan ke saku.

Ah, mungkin sepertinya Jimin ingin membeli barang penting.

Jimin singgah di bakery, berdiri pongah sambil memilih aneka jenis kue yang cocok untuk acaranya nanti malam.

"Mau ambil yang mana ya, Pak?" Pelayan toko menyambut Jimin ramah.

"Caketart yang ini." tunjuknya, lalu menepuk bahu wanita itu, "Oh ya, ambilkan juga lilin angka 3 dan 8."

Menunggu pesanan diambil, Taehyung duduk kikuk di kursi bakery bagi tamu yang ingin menyantap kue di tempat.

15 menit dia menunggu, barulah Jimin menghampiri Taehyung. Pria itu menenteng satu paper bag yang cantik.

"Temani aku beli barang sebentar lagi gapapa?"

Taehyung mengangguk.

Ah, Jimin mengeluarkan dua lembar sepuluh ribu won sisa kembalian kue tadi.

"Untukku?"

"Oh, Kau bisa pergi kesana?" Jimin menunjuk satu kedai. "Disitu ada jual eskrim dan hotteok."

Netra Taehyung fokus menatap pergerakan bibir Jimin yang seakan jadi ala slow motion.

"Mm, kau bisa beli eskrim untuk kita berdua, kan?"

"Y-ya?"

"Apa kamu mau hotteok? Kalau gitu kutambahin uang--

Taehyung menukas, "Ga! Gapapa, eskrim saja sudah cukup."

Taehyung mundur beberapa langkah, dia berlari kecil penuh semangat untuk mengantri eskrim yang lumayan ramai itu.

Berjalan dengan senyum yang tak pernah pupus, Taehyung membawa pesanan eskrim yang diinginkan.

Walau awalnya kesusahan memilih varian rasa yang disukai Jimin, tapi kini Taehyung puas pada pilihannya.

Choco banana.

Siapapun setuju bukan perpaduan rasa yang spektakuler itu, bukan? Semua orang menyukai cokelat.

"Ahjussi, ini eskrim--

Deg.

Taehyung tercekat karena bayang pria dewasa itu tidak ada lagi di bakery tadi. Celinguk mencari wujud pria berkemeja navy itu, nihil.

Dia mulai panik, gelisah, dan tentu ketakutan.

"Ahjussi?" Kaki Taehyung melemas dan suaranya menjadi serak.

Kepalanya bergabut dan pandangnya jadi buram karena banyaknya pengunjung mal yang lalu lalang berdesak-desakan.

Satu hal yang Taehyung terlambat sadari, pria Park belum menyetujui ucapan nya di kebun tomat tadi.

Terlebih, lelaki Park pun tidak berkata dia akan berada dimana dan Jimin tidak pernah berkata dia akan menunggu Taehyung kembali di bakery.

Taehyung kembali dibuang.

.



.





.

TBC

hayo ada yg nungguin ini updet? hehe setiap hari Minggu entar updet kok.

kenapa kalian ngeship MinV bukan Vmin yang notabenenya si Tae jauh lebih gede+tinggi dari Jimin?

yo wes tak editin biar bisa bayangin enchim tinggi😳🤣

10 biji komentar buat next chapt

Continue Reading

You'll Also Like

759K 35.1K 35
*** Divana Veronika wanita berusia 25 tahun yang meninggal hanya karena novel milik sahabatnya akan dirinya kembalikan terjatuh saat ia menyebrang ja...
670K 17K 181
Di bawah umur tolong jangan ya, ini adalah area dewasa 🔞.... Dan untuk yang sudah dewasa dan cukup umur baca aja ya ... kalau suka kasih vote ok, ma...
46.7K 3K 34
Fujo ama fudan berkumpul âš âš âš âš âš  Tp yg homopobia harap mundur Yang shiper kookv kumpul Ada polos polosnya.....tpi yang baca nanti nggak polos Top (jeon...
44K 3.8K 16
" tolong jaga lion kecilku , aku akan mengambilnya 1 bulan yang akan datang" ucap ibu Jungkook kala itu #1 in taehyungie #1 in allmem #2 in babylion ...