Menemukanmu
Reza termenung menatap foto pernikahan yang hampir ia peluk semalaman bersama dengan selembar kertas dari istrinya. Ia tidak pernah merasa sesakit dan semenyedihkan ini sebelumnya. Bahkan saat ia dikhianati oleh Melda, ia merasa rasa sakit yang dialaminya tak seperti ini.
"Mau sampai kapan lo ngurung diri terus, Za?" Reza mendongak mendapati sahabatnya berdiri tegap didepan pintu.
"Sampai istri gue ketemu, maybe." lirihnya.
Lelaki itu tertawa sinis, "Kemana aja lo selama ini? Saat istri lo nangis sendirian dirumah, lo malah enak pacaran sama Melda. Saat istri lo rela tidur di ruang tamu buat nungguin lo pulang, sementara lo malah seneng-seneng sama Melda di apartemen. Gue rasa ini belum sepadan sama apa yang istri lo alamin Za." tukasnya.
"Cukup Nar! Gue tau gue salah! Gue emang gk tau diri, gue emang jahat, gue emang lelaki yang gk berguna. Gue juga suami yang gk tau diuntung. Gue suami yang gk becus jaga rumah tangganya. Ya! Itu gue!"
Danar terpaku "Syukurlah, kalo lo sadar." sinisnya kemudian.
"Buat apa juga sekarang lo nyari Sarah, bukannya lo gk cinta sama dia? Bukannya lo emang pengen pisah sama dia? Seharusnya lo seneng kalau dia pergi dari sini. Ya kan?!"
Reza bangkit dan mencengkram kerah kemeja sahabatnya itu dengan kasar.
"Gue emang belum cinta sama istri gue, tapi gue juga gk mengelak kalau gue udah mulai sayang sama Sarah!" ujarnya tegas.
Danar mendecih "Halah basi lo, kalau udah gk ada aja baru dicari, baru bilang sayang. Kemana aja lo selama ini waktu istri lo nunggu lo bilang itu?".
Reza termenung, apa yang dikatakan Danar memang benar. Penyesalan memang selalu di akhir dan kini ia merasakannya. Ia menyesal, sangat-sangat menyesal telah menyia-nyiakan Sarah, istrinya.
Danar berdehem sembari merapikan kemejanya yang terlihat kusut,
"Mending sekarang kita cari Sarah, percuma lo diem dirumah meratapi nasib kayak gini. Gue juga udah nyuruh anak buah gue buat nyari Sarah." Danar berkata dengan tenang. Walaupun ia benci terhadap sikap sahabatnya itu, tapi tak dapat dipungkiri bahwa ia masih peduli.
Reza tersenyum tipis "Thanks, Nar."
"Hm, ayo cepet. Gue tunggu di bawah."
~ ~ ~
"Kamu dimana sayang? Aku harus nyari kamu kemana lagi?" Reza meremas rambutnya frustasi.
Reza hampir saja putus asa mencari istrinya. Ia sudah mendatangi rumah Almarhum orang tua istrinya dulu berharap dapat menemukan Sarah disana, tapi hasilnya nol. Ia juga sudah mencari dengan bertanya pada teman dan sahabat terdekat Sarah tapi mereka juga seakan menutup informasi. Mereka malah dengan terang-terangan menyampaikan ketidaksukaan nya pada Reza.
"Sarah pergi? Syukur deh, akhirnya sahabat gue sadar juga kalo suaminya ini cuma laki-laki bajingan yang gk bertanggung jawab."
Kalimat itu seakan menohok ulu hati Reza. Ia seolah tersadar bahwa selama ini ia memang lelaki yang tidak berguna. Lelaki yang bodoh, tolol, bajingan. Mempertahankan rumah tangganya saja ia tak bisa. Laki-laki macam apa dia ini.
Ia memandang foto Sarah yang dipegangnya. Reza tersenyum melihat Sarah yang terlihat cantik di foto itu. Istrinya itu terlihat sedang tertawa sambil membawa rangkaian bunga mawar merah. Selama ini ia tak pernah melihat Sarah seintens ini.
Istrinya itu memang cantik, sangat cantik. Dengan mata bulat, bibir tipis merahnya dan alis tebal rapih yang menghiasi wajah cantiknya. Ia terlihat seperti seorang malaikat yang turun ke bumi dengan sejuta kebahagiaan.
Drrt Drrt
Reza mengambil ponselnya dalam saku celananya dan mendapati panggilan dari sahabatnya, Danar. Mereka berdua memang berpencar untuk mencari Sarah.
"Halo? Gimana, Nar?"
"Anak buah gue baru aja telepon dan mereka berhasil nemuin keberadaan Sarah."
Jawaban dari Danar seolah membuat jantung Reza lepas dari tempatnya. Ia seolah mendapat sebuah air di padang pasir yang gersang. Reza tersenyum bahagia.
"Halo, Za? Reza? Lo masih disana kan?"
Reza tersentak "Iya, gue masih disini. Lo dimana sekarang? Gue bakal samperin lo sekarang!" jawabnya cepat.
"Gue ada di rumah lo sekarang, lo cepetan kesini!"
"Sip. Gue otw kesana."
Tut
Sambungan telepon itu terputus. Reza dengan segera mengendarai mobilnya membelah kemacetan yang ada. Hatinya seolah lega saat mendengar berita itu. Ia merasa hatinya berbunga-bunga. Entahlah. Yang jelas ia sangat bahagia saat ini. Ia memandangi foto Sarah sekali lagi.
"Tunggu aku sayang." gumamnya.
Tbc.