The Chance โ€ข [SuRene]โœ”๏ธ

By ayassia_1818

154K 11.1K 1K

Irene adalah wanita pertama yang berhasil Suho sakiti. Juga wanita pertama yang berhasil membubuhkan bekas me... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Epilog
Bonus Chapter๐Ÿฅณ

Chapter 30

3.1K 266 28
By ayassia_1818





-
T H E   C H A N C E
Suho x Irene
-





And all this time I'm still crying
Right here for you I'm still waiting
Till my heart can take no more
Please come back to me again and again
No matter how long
I don't care if you still here,
to be my love.




🍂






Irene beberapa kali mengerjapkan matanya. Lagi-lagi paginya kali ini terasa begitu kosong.

Tidak terasa juga sudah beberapa waktu berlalu semenjak hari-hari indahnya bersama Suho di Jepang untuk berbulan madu bersama.

Bahkan Irene mencetak foto-fotonya bersama Suho saat di Jepang dan menempatkannya di bingkai-bingkai cantik untuk dipajang di kamarnya bersama Suho ini.

Kini rutinitas sibuk Suho kembali lagi. Tidak jarang Irene kembali dibuat khawatir karena Suho yang akhir-akhir ini sedikit mengabaikannya karena suatu masalah di kantor yang bahkan sampai saat ini masih Suho rahasiakan darinya.

Dan tidak seperti biasanya, Suho yang sulit dibangunkan menjadi bangun lebih awal darinya. Berkali-kali juga Irene mendapatkan Suho sudah tidak berada di sampingnya lagi saat ia bangun.

Akhirnya setelah menghela nafas, Irene memilih beranjak dari tempat tidurnya dan menuju ke salah satu sisi kamar yaitu walk in closet yang ternyata masih ada Suho disana yang sudah sibuk memilih-milih jam tangan apa yang ingin ia pakai hari ini.

"Kamu berangkat pagi lagi?"

"Aku harus memeriksa beberapa berkas penting pagi ini."

Irene hanya mampu tersenyum mencoba untuk tenang. Lalu gadis itu menyambar salah satu dasi yang sudah Suho siapkan tadi dan ia pasangkan ke leher suaminya itu.

"Ini masih pagi sekali Bae, sebaiknya kamu lanjutkan tidur ya?" Ucap Suho namun, Irene tidak mendengarnya.

"Aku istri kamu Suho, jangan sungkan untuk meminta bantuanku kapan saja."

"Tapi sejak kemarin wajah kamu pucat bae, debaiknya kamu istirahat hm?"

Irene seketika berhenti, lalu ia sedikit berpikir tentang sesuatu aneh yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Mulai dari mudah sekali lelah, mual, dan wajahnya yang pucat.

Namun, bahkan ia tidak memiliki waktu untuk bercerita kepada Suho tentang hal-hal kecil itu.

"Aku bawakan sarapan ya, untuk kamu makan di kantor." Tawar Irene sambil ikut menuruni anak tangga bersama Suho yang terlihat buru-buru di depannya.

"Tidak usah bae,"

"Tapi aku tidak ingin kamu sakit Suho. Dengarkan aku sekali saja ya?"

"Aku hanya menyuruh kamu istirahat bae, sesulit itukah?"

Wajah Suho sudah terlihat sedikit dingin. Jantung Irene sedikit berdetak kencang, ia takut Suho marah. Semenjak ada masalah di kantornya Suho juga menjadi lebih sensitif kepadanya.

"Ba...baik, bye Suho," Ucap Irene pasrah sambil melambaikan tangannya ke arah pria itu yang hendak berjalan meninggalkannya.

"Tunggu." Panggil Irene lagi. Suho kembali menoleh, lalu Irene berjalan mendekat kepadanya sambil tersenyum.

Cup

Diluar dugaan, gadis itu mengecup bibir Suho sekilas sambil tersenyum manis. "Selamat bekerja suamiku." Ucapnya pelan.

Lalu tanpa membalas apapun, Suho langsung pergi dari hadapan Irene seperti kilat. Irene menatap Suho nanar dan mencoba mempertahankan senyumnya.

Setelah itu, Irene memilih berada di balkon kamarnya untuk menyesap teh pagi favoritnya dan sedikit menenangkan pikirannya yang sejak tadi selalu penuh dengan Suho.

Wanita itu melangkahkan kakinya masuk menuju ke toilet besar di dalam kamar itu. Ia menatap wajahnya di cermin dengan ekspresi sangat datar.

Lalu tangannya mulai bergerak mengambil sebuah alat berukuran kecil yang ia sembunyikan di selipan salah satu laci yang ada di toilet itu.

"Haruskah aku mencobanya?" Ucap gadis itu pelan. Tangannya masih menggenggam alat berupa test pack kecil yang sempat ia beli beberapa hari yang lalu itu degan ragu.

"Ya, aku harus mencobanya." Ucap gadis itu untuk meyakinkan dirinya sekali lagi sambil tersenyum. Entah apapun hasilnya, ia harus bisa membuat Suho tersenyum kembali.

***

"Halo Seulgi."

Irene terlihat memulai pembicaraan dengan seseorang di seberang telepon dengan mood nya yang sangat baik di akhir hari yang mulai malam ini.

"Ya eonni, ada apa?" Jawab gadis itu.

"Apa Suho masih ada di kantor?"

"Benar eonni, banyak sekali yang terjadi di perusahaan beberapa hari terakhir. Hampir semua karyawan bahkan lembur beberapa hari ini."

Irene tampak mengangguk paham, walau hatinya sedikit kecewa. Karena Suho pasti akan datang saat Irene sudah tidur dan berangkat lagi saat Irene masih belum terbangun.

Namun kalau terus seperti ini, kapan ia bisa memberi kejutan yang spesial itu kepada Suho?

Kejutan yang sekarang sudah ia siapkan di dalam kotak kecil yang terikat pita cantik itu.

"Tapi baru saja Suho berpesan kepadaku eonni, untuk memastikan kamu tidur terlebih dahulu dan tidak menunggunya datang."

"Ehm baik Seulgi bilang kepadanya juga untuk jangan pulang terlalu larut dan tidak meminum terlalu banyak kopi,"

"Baik eonni!" Ucap Seulgi sebelum Irene memutus panggilannya.

Gundah masih memenuhi pikiran Irene malam ini. Gadis itu menengok lagi ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Namun Suho belum juga pulang.

Namun lagi-lagi senyuman terulas di bibir Irene saat ia membuka kembali isi kotak yang akan ia berikan ke Suho itu.

Sebuah test pack yang mampu membuat seluruh kekhawatiran Irene akan Suho seakan sirna seharian tadi.

Irene menutup kembali kotak itu dan meletakkannya di meja kerja Suho yang sejak tadi ia tempati dan memilih untuk menunggu disana sampai ia sedikit terlelap beberapa saat.

Namun, suara pintu yang terbuka membuat Irene kembali terjaga.

Irene segera menghampiri Suho yang sudah tampak di depan pintu masih dengan setelan jas nya dan wajah yang tampak sangat lelah.

"Kamu masih belum tidur?"

"Suho, biar aku siapkan air hangat untukmu mandi ya?"

"Bae jawab aku."

Irene mengela nafas. "Bagaimana aku bisa tidur saat kamu masih terjaga dengan setumpuk beban di kantor."

"Aku sudah bilang jangan menungguku, kamu tidak peduli kata-kataku?"

"Tapi aku tidak bisa Suho. Aku istrimu, bukan hanya hiasan di rumahmu, aku juga pertu tahu kondisimu Suho!"

"Tapi pada ujungnya aku yang merasa terbebani bae, bisa kamu mendengar kata-kataku sekali saja?"

Irene hanya terdiam menahan segara hasratnya yang sejak tadi ingin ia ucapkan. Gadis itu menghela nafas kasar.

"Kamu ingin makan ap—

"Tidak."

"Suho aku bertanya padamu."

"Terserah."

Jantung Irene berdenyut nyeri. Ia baru melihat Suho bertingkah seperti ini. Di lain sisi, ia merasa seperti gagal menjadi seorang istri. Ia bingung harus bertindak seperti apa pada kondisi seperti ini.

Akhirnya ia memilih menyerah dan membiarkan Suho berlalu di depannya. Irene masih berusaha menahan laju air matanya yang sejak tadi sibuk ia tahan.

"Ada apa denganmu Suho?" Batin Irene di dalam hati sambil menatap pria itu yang kini sudah terlelap membelakangi dirinya.

Keesokan harinya Irene memutuskan untuk bangun lebih pagi. Ia tidak ingin kehilangan sedetik waktu saja untuk berbicara kepada Suho. Ia ingin berbicara kepada pria itu sejelas-jelasnya.

"Suho ayo sarapan terlebih dahulu."

"Tidak, aku akan langsung berangkat." Ucap pria itu lalu berjalan melewatinya tanpa menoleh.

"Bisa tunggu sebentar saja? aku ingin bicara."

Irene menahan lengan Suho untuk berhenti. Suho menoleh, lalu menatap wajah gadis itu dan menunggunya berbicara.

"Bisa aku bertanya kepadamu mengapa kamu menjadi seperti ini akhir-akhir ini?"

Suho menghela nafas. "Aku bilang kamu tidak perlu tahu bae,"

"Aku istrimu Suho, kamu lupa? Apa aku tidak berhak tahu tentangmu sedikit saja?"

"Dengar Irene, aku mohon kepadamu untuk tidak menambah beban pikiranku sekali saja. Bisakah?"

Irene meremas baju yang ia kenakan, lalu memberanikan untuk berbicara walaupun sesak.

"Jadi aku beban pikiranmu Suho?"

"Kamu bilang kamu istriku kan? Seharusnya kamu bisa mengerti aku Irene."

"Tapi tidak seperti ini Suho. Aku khawatir kepadamu, setidaknya beri aku penjelasan."

"Aku baik baik saja Irene! Bisa tidak berlebihan?!!"

Irene sedikit tersentak ketika Suho menaikkan volume suaranya.

Gadis itu menggigit bibirnya keras menahan denyutan yang sangat terasa di dadanya.

"Waktuku habis bae," Ucap Suho sambil meremas rambutnya.

Bodohnya Irene, ia malah terdiam melihat Suho pergi begitu saja saat bahkan ia belum selesai bicara. Padahal suatu hal belum ia sampaikan kepadanya.

Sesuatu yang begitu penting dan berharga, menyangkut masa depan mereka berdua.

Sepenggal kalimat Suho tadi juga yang membuat Irene membatu dan menahan katanya yang tertimbun oleh rasa sakit yang mendalam dan pada akhrnya hanya membatu melihat Suho pergi.

"Aku hanya ingin memberitahumu sesuatu Suho. You're going to be a daddy."

"Tapi mengapa aku malah menangis di saat yang berbahagia seperti ini? Mengapa aku masih ingin memelukmu disaat aku seharusnya meninggalkanmu dan membuatmu menyesal? Mungkin karena aku terlalu mencintaimu."

Irene memejamkan matanya dan meluruhkan segala keluh kesahnya tepat saat Suho benar-benar hilang dari pandangannya.

"Andai kamu tahu kalau ada malaikat kecil yang sangat kau cintai saat ini. Namun, apa dia juga akan menjadi beban di pikiranmu? Tolong jangan, biar aku saja Suho."

Tiba-tiba ponsel Irene berdering. Gadis itu sesegera mungkin mengusap air matanya.

"Halo Seulgi ada apa?"

"Eonni, aku baru mendapat kabar dari Jennie, kakak Wendy. Ia mengatakan kalau Wendy berangkat ke Korea hari ini tanpa sepengetahuannya dan bermaksud menemui seseorang yang ia kira adalah Chanyeol yang memintanya untuk bertemu di Korea melalui pesan singkat, namun aku yakin itu bukan berasal dari Chanyeol. Kamu tahu bukan sampai sekarang Chanyeol belum bisa memiliki akses masuk ke Korea lagi?"

"Hah? Kita harus menemukan Wendy sekarang juga Seulgi. Bagaimana bisa? Ia sedang hamil tua Seulgi, sangat berbahaya untuknya."

"Aku baru saja dikirim oleh Jennie alamat yang ada di pesan singkat itu, setelah ini aku akan menjemputmu, ayo kesana bersama."

"Baik, aku tunggu Seulgi."

"Namun eonni, jangan lupa izin terlebih dahulu ke Suho."

Irene terdiam dan menarik senyuman getirnya.

"Aku rasa ia tidak perlu tahu, aku tidak ingin menambah beban pikirannya."

Continue Reading

You'll Also Like

17.5K 1.7K 24
"Memang, terkadang apa yang membuat sakit, itulah obatnya" - Njh "Jangan membenci terlalu lama, nanti jatuh sayang" - Dks
22.7K 2.9K 70
{BELUM REVISI! MAKANYA BAHASANYA KACAU BANGET:))))} "Kau pikir aku akan mencintaimu? Lalu menerimamu,begitu?" "Bermimpilah setinggi mungkin karena ha...
17.3K 1.9K 33
[Jaehyun x Karina] Hidup Karina berubah setelah bertemu dengan duda tampan yang tinggal di apartemen lantai lima, Jung Jaehyun Genre: Drama, Romance ...
381K 36.4K 77
Gara-gara sebuah ramalan, Sehun dan Yoona dipaksa untuk menikah, padahal mereka sama sekali tidak mengenal satu sama lain. Sehun adalah seorang pemu...