PRIA BERISTRI (LENGKAP)

By TossianaCiciCitra

193K 5K 180

Ada apa dengan pria beristri? Bagi seorang gadis seperti Nadia Ervina, pria beristri cukup menantang. Jangan... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21 (TAMAT)
PENTING!

Part 16

5.5K 206 7
By TossianaCiciCitra

"... Aku minta sama kamu, jangan sakiti aku seperti dia menyakiti hati istrinya."

.
.
.

AUTHOR POV.

Terkadang, ada hati yang harus dijaga demi sebuah perasaan. Tapi keegoisan, membuatnya harus buta sementara.
Dani kini sadar, istrinya lah wanita yang paling sabar. Sabar menghadapi kesalahannya. Wanita yang terbaik yang tidak akan meninggalkan dirinya disaat dirinya sedang di uji oleh sebuah nafsu dunia. Merpati saja yang terbang tinggal nan jauh di mata, mereka tahu kapan akan pulang. Begitu pula Dani, ia menyadari bahwa sebaiknya ia kembali pada yang sah saja. Percuma jika dia memilih Nadia. Kenapa percuma? Secara, Nadia masih gadis dan energik. Tapi sungguh, Dani tak ingin meninggalkan istrinya demi yang baru ia kenal. Sedangkan istrinya sudah bertahun-tahun ia kenal.

"Mah, izinkan papah memperbaiki semuanya ya. Papah nggak mau kehilangan mamah. Papah sayang sama mamah," ucap Dani pada istrinya yang kini sedang berkaca-kaca. Dani telah menjelaskan bahwa dirinya memang mencintai Nadia. Memang Dani tak ingin kehilangan Nadia, namun kehilangan itu tak berarti jika dia merelakan istrinya pergi. Jadi, istrinya lah yang lebih berharga.

"Aku cuma nggak habis pikir aja, atau mungkin aku yang terlalu bodoh?"

"Mah, jangan salahkan dirimu. Papah kan udah bilang khilaf. Papah janji, akan ninggalin Nadia demi keluarga kita tetap utuh."

Rinda mengulum bibirnya menahan tangis yang kini terasa sesak di dada.
"Kemarin kamu bilang kayak gitu, tapi masih diulangi lagi. Kalau aku jadi ke Batam, pasti kamu tetap main diam-diam. Iya, 'kan?" hardik Rinda padanya.

Dani menunduk dan bersimpuh di hadapan istrinya. Menciumi punggung tangan Rinda dengan penuh kasih sayang dan rasa yang tak ingin kehilangan.

"Mah, kemarin memang aku masih bohong. Tapi tolong, beri aku kesempatan untuk membuktikannya. Aku nggak akan berhubungan lagi dengan Nadia. Kemarin, aku hanya belum siap saja kehilangan dia."

"Apa?! Belum siap? Tega banget kamu ya, menyakiti aku demi nafsumu!"

"Mah, nggak ada orang yang ingin melakukan kesalahan terus menerus. Begitupun papah."

"Yaudah, aku nggak mau mengeluarkan banyak air mataku. Aku nggak mau mengeluarkan banyak tenaga karena masalah ini. Terserah kamu, apapun yang kamu lakukan aku beri kesempatan lagi untuk percaya denganmu. Tapi ... Jika kamu mengulangi lagi. Berarti kamu emang gak pantes untukku," jelas Rinda panjang lebar. Dani mengangguk lalu tersenyum.

"Kita perbaiki semuanya, mah. Papah akan jadi suami yang setia dan siaga. Bagaimana pun juga, kamu adalah satu-satunya wanita yang aku perjuangkan selama tiga belas tahun ini," Dani menarik Rinda ke dalam pelukannya.

"I love you, mah."
"I love you, too."

***

Bunyi kicauan burung itu, menemani mereka berdua yang tengah terdiam tak berkutik. Dani dan Nadia, bertemu di sebuah danau karena ada yang akan mereka perbincangkan. Bahkan jauh dari keramaian.

"Kak."
"Dek."

Ucap mereka bersamaan. Membuat mata hitam Dani dan mata coklat Nadia bertatapan. Mencoba mencari cinta. Memang benar, keduanya saling cinta. Tapi cinta yang terhalangi oleh cinta yang sah. Cinta mereka cinta terlarang. Bukan hal yang mudah jika harus berhadapan dengan yang terlarang. Akan ada banyak hati yang terluka, jika mereka melanjutkan hubungan terlarang itu. Memang sih, menantang. Bagaimana tidak. Bersembunyi dari pemeran utama dalam rumah tangga Dani itu tidaklah mudah. Kenapa Nadia menyukai hubungan yang menantang ini? Sebab, ia pernah merasakan bosan jadi pemeran utama yang selalu diduakan. Ini saatnya dia berubah, jadi Nadia yang tidak pernah tega menyakiti sesamanya.

"Kamu duluan dek," ucap Dani.
Nadia menghela napas berat sebelum suaranya keluar.

"Aku nggak bisa terus-terusan begini kak."

"Iya aku tau, aku juga sudah memikirkannya matang-matang,"
Nadia tersenyum. Tapi itu sama sekali bukan keinginannya.

"Aku mau kamu jadi lelaki yang setia, yang selalu ada untuk istri mu. Bukan aku. Aku tempat yang salah. Dan aku akan pulang kampung. Nggak akan aku menemui kamu lagi,"
Dani menatap nanar pada mata Nadia. Gadis itu pun menggigit bibirnya menahan tangisnya. Berharap air matanya tak keluar.

"Silahkan, dek. Aku sudah ikhlas kamu pergi,"
Nadia menelan salivanya susah payah. Tenggorokan nya mulai sakit, hatinya mulai panas. Dan ini.. matanya mulai meneteskan bulir-bulir bening.

"Aku bodoh! Aku bodoh! Kenapa aku mau sama kamu!" bentaknya pada Dani seraya memukuli Dani.
Dani hanya diam. Ia sendiri tidak tahu, kenapa bisa sampai hati mencintai Nadia.

"Sekarang, semuanya udah terlanjur jauh. Kita udah terlanjur masuk ke jurang. Bahkan, aku rela ngasih keperawanan ku untuk mu. Padahal aku tau, kamu bukan jodohku," isak tangis itu menggelegar terdengar tak tertahankan. Rintihan hati mulai tersayat. Sakit. Siapa yang tak sakit, ketika cinta tak harus memiliki. Ketika cinta tak bisa bersama, padahal dua insan itu saling mengasihi dan menyayangi.

"Masih banyak dek, lelaki yang sayang sama kamu dan menerimamu apa adanya. Maafkan aku, ya."

"Maksud kamu?" Nadia memfokuskan pendengarannya. Dadanya mulai panas. Seenaknya Dani bilang begitu.

"Maksudku, aku minta maaf sudah kelewat batas," lalu memegang pundak Nadia dan menatap mata wanita itu. "Tapi kamu juga pantas bahagia dengan seseorang yang menyayangi kamu apa adanya. Yakinlah, seseorang itu pasti ada. Jadikanlah kesalahan ini sebagai pelajaran hidupmu. Aku pun akan memperbaiki semuanya dengan istriku," Nadia menunduk sedih. Ternyata nasibnya begini. Nasi sudah menjadi bubur. Tidak bisa diulang lagi. Andai ia punya mesin Doraemon, ia takkan mungkin mau dengan Dani. Dari awal ia akan keluar dari kantor. Tapi, semuanya memang sudah terjadi. Rumah tangga Dani hampir saja diambang kehancuran. Gara-gara siapa? Semua gara-gara Nadia. Nadia yang tidak permisi, Nadia tamu yang tak diundang bisa masuk saat pemilik membukanya. Sedangkan istrinya lengah. Kini ia sadar, ia benar-benar harus menyudahinya. Menghilangkan perasaan cinta yang telah dalam ini, meski sulit ... Ia harus bisa. Ia harus melepaskan Dani demi imagenya sendiri yang tak ingin disebut pelakor.
Nadia pun tersenyum lega.

"Baguslah. Pertahankan rumah tangga mu. Terimakasih sudah menoreh perhatian meski hanya sesaat. Makasih udah memenuhi segala kebutuhanku," Nadia tersenyum masam. Lalu menghela napas gusar.

"Salam untuk karyawan lain, aku pamit pulang kampung dan nggak akan pernah balik lagi ke kantor mu," Dani mengernyit. Kenapa ia semakin sesak mendengarnya.

"Nadia," tangan Dani menggenggam tangan Nadia. Mata indah mereka saling bertemu.
"Aku sayang sama kamu."

"Hei.. jangan gila. Udah cukup kak, nggak ada lagi kata sayang ataupun yang lainnya," meski perih ia mengatakannya, tapi ia tetap harus bisa mengakhiri. Karena yang ia tau, lelaki jika terus diladeni takkan mau berhenti.

"Dek, boleh aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya?" tanyanya dengan nada canggung.

"Boleh," Nadia mendekati Dani dan menghambur ke pelukannya. Terdiam di dalam kehangatan pelukan yang selalu ia rindukan. Tempat yang selalu jadi tempat keluh kesah, kini harus ia lepaskan. Cukup sudah kejadian ini jadi pelajaran di masa yang akan datang.
Nadia melepaskan pelukannya.

"Aku akan jadi Nadia yang dulu, sebelum aku mengenal kamu. Makasih ya, udah selalu ada buatku."
Dani tersenyum menanggapinya.

"Aku pamit ya. Baik-baik kamu dengan istrimu di sini," ucap Nadia lalu mengusap pundak Dani.

"Hati-hati ya dek. Carilah lelaki yang tidak akan meninggalkan mu dalam keadaan sesulit apapun,"
Nadia tersenyum masam lalu menghela napas berat.

"Aku ikhlas, apapun yang akan terjadi setelah ini ... Aku harus terima."

"Aku selalu mendoakan kamu agar bisa mendapatkan lelaki yang setia dan mampu membahagiakanmu lebih dari apapun,"
Nadia tersenyum.

"Oke, aku harus pergi," Nadia berbalik memunggungi Dani.
"Jaga hatinya, sebagai mana mestinya. Jangan ulangi lagi pada wanita manapun."

***

Satu bulan kemudian. Usai surat pengunduran diri keluar, Satria bergegas mengurus pernikahannya bersama Nadia.
Satria tak lagi bekerja di kantor Dani. Bahkan Nadia sudah lama keluar lebih dahulu. Itupun Dani tidak tahu jika Satria menikahi Nadia. Semua terjadi karena kebetulan. Kebetulan Satria memang mau menerima Nadia dan Nadia mau belajar mencintai Satria.

Mentari pagi memancarkan sinarnya yang sangat berkilauan. Nadia melongok keluar jendela mobil sembari meringis.

"Panas, Sat."

Satria yang melihatnya malah terkikik dan geleng-geleng kepala. Kelakuan Nadia sungguh menggemaskan.

"Sat, ke panti asuhan dulu ya. Alamatnya di Graha Citra Nusantara. Namanya Panti Asuhan Kasih Ibu,"
ucap Nadia dengan antusias.

"Kamu udah minta maaf sama Bu Rinda?"
pertanyaan itu membuat Nadia terdiam, lalu menggigit bibir.

"Nadia?" panggil Satria, karena Nadia tak jua menjawab.

"Hm?" Nadia menoleh, "udah kok." Alibinya. Padahal ia bingung cara meminta maaf bagaimana supaya Rinda tak lagi membencinya. Meski sudah ada panti yang akan jadi milik Rinda dari jerih payah Nadia.
Sesampainya di panti asuhan, Nadia menemui penjaga panti.

"Apa kabar mbak?" tanya Bu Endang penjaga panti.

Nadia tersenyum bahagia. Apalagi melihat anak-anak panti yang sudah hafal betul dengan Nadia.

"Baik, Bu. Ibu dan anak-anak sehat kan?"

"Alhamdulillah, mbak. Oiya, anak-anak kangen sama mbak Nadia. Katanya udah lama nggak nongol," lalu melirik Satria. Satria tersenyum.

"Loh, mbak Nadia udah menikah?"

"Belum kok, Bu. Dia calonku," tunjuknya pada Satria.

"Ooh, kirain udah nikah nggak kabar-kabar," kata penjaga panti sambil cengengesan.

"Hehe.. pasti ngabarin kok, Bu. Tapi nikahnya di Lampung, di kampung halamanku, Bu."

"Wah jauh juga ya.. apa bisa kesana."

"Nggak kesana pun yang penting doanya, Bu."

Satria hanya tersenyum kagum. Ternyata Nadia sangat dekat dengan anak-anak panti asuhan. Bahkan Nadia disebut malaikat tak bersayap. Karena kerap kali datang membawa kebutuhan anak-anak. Meski semuanya ia beli dari uang Dani. Pikirnya ini tak salah, toh sedekahnya mengatas namakan Rinda.

"Gimana, Bu?  Hari jadi panti kapan?"
tanya Nadia pada Bu Endang.

"Hari Minggu besok, mbak. Mbak datang kan?"

"Duh ... saya udah pulang ke Lampung, Bu. Kan Bu Rinda yang akan datang. Oiya, surat undangannya mana, Bu?"

Bu Endang menyerahkan surat undangan tersebut. Berhubung panti ini akan jadi milik Rinda, maka semuanya mengatas namakan Rinda Alves.

"Nad, kok Bu Rinda? Jadi ini bukan panti asuhan mu?"

Nadia tersenyum lalu menarik tangan Satria keluar menuju taman.

"Sat, jangan kaget ya. Sebenarnya.. aku dikasih segalanya sama Dani. Bahkan, masalah kantor yang bakal bangkrut itu, gara-gara dia ngasih uang bendahara ke aku."

"Apa?! Kok kamu mau sih?"
Satria benar-benar tidak menyangka.

"Kan aku udah bilang jangan kaget."

"Terus kenapa kamu mau?" ulangnya.

"Orang aku nggak minta, dia sendiri yang transfer ke rekeningku. Yaudah, aku manfaatin aja untuk kesejahteraan anak panti asuhan. Toh ... aku mengatas namakan Rinda dan Dani. Ini semua aku lakukan untuk menebus kesalahanku."
Satria memegang pundak Nadia.

"Nad, kamu sekarang udah jadi milikku. Meskipun belum sepenuhnya, aku mohon sama kamu, jangan pernah ulangi kesalahan kamu."

"Iya, Satria. Aku tau kok. Dan aku minta sama kamu, jangan sakiti aku seperti dia menyakiti hati istrinya."

Satria tersenyum lalu mengangguk. Mereka saling berpelukan. Ada rasa nyaman saat bersama Satria. Tak ada lagi rasa was-was. Bahkan, ia akan selalu terjaga. Karena Satria hanya untuk dirinya tanpa ada tembok yang akan menghalanginya.

***

Tiga hari kemudian, Nadia mengirim surat pada Rinda. Nadia sangat berharap Rinda tidak membencinya. Karena dari kesalahannya ia bisa mengambil pelajaran, setiap insan berhak punya cinta. Cinta tidak salah. Dan jangan salahkan cinta hanya karena kita mencintai pasangan orang lain. Salahkan diri kita. Kita yang salah menaruh hati, bukan cinta yang kenyataan hanya sebuah rasa.

Dear, Ibu Rinda Alves.

Assalamualaikum, Bu. Tiada kata yang indah selain salam saat kita jumpa. Tiada kata indah selain maaf yang aku ucapkan saat aku bersalah. Surat ini, mewakili diriku yang meminta maaf pada ibu Rinda. Jauh.. dari lubuk hatiku, aku menyesali perbuatanku. Aku tau, hatimu rapuh karenaku. Hatimu hancur karena aku, sesama wanita yang tak punya rasa iba. Maaf Bu, sekali lagi aku meminta maaf setulus hatiku. Takkan aku ganggu lagi Dani. Aku hanya terjebak pada tempat yang salah. Aku takkan terlibat dalam kehidupannya lagi. Semoga ibu mengerti. Semoga keluarga mu SAKINAH, MAWADAH, WARAHMAH. Aamiin. Kamu sudah jadi wanita yang terbaik untuk Dani, sehingga ... dia tidak meninggalkanmu hanya demi aku wanita penuh dosa yang takkan tau arah lintangnya. Sekali lagi, maaf. Ku harap maafku bisa menebus kesalahanku.

Jakarta, 27 November 2018.

Nadia Ervina.

Rinda membacanya dengan penuh rasa aneh. Entah benci entah kasihan. Ia juga harus memaafkan meski hatinya belum bisa menerima kenyataannya. Kenyataan yang membuatnya terluka. Seharusnya, sesama wanita mampu saling menjaga bukan saling menyakiti. Seharusnya, sesama wanita harus saling mengerti. Mengerti untuk tidak melukai hati.
Tapi Rinda hanya bisa tersenyum, berusaha memaafkan. Ia pun membuka surat dari panti asuhan dan mulai membacanya. Dan saat mengetahui isinya, ia terkejut bukan main. Bahkan namanya disebut menjadi Kepala Panti Asuhan Kasih Ibu.
Sungguh hal yang selama ini ia dambakan. Apa ini Nadia yang melakukannya? Sepertinya iya. Rinda justru sekarang ingin bertemu dengan Nadia, ingin memeluknya.

"Di mana dia sekarang?"
Gumam Rinda seraya menatap surat digenggamannya.

Bersambung ...

Continue Reading

You'll Also Like

25.8K 927 24
πŸ‘  Kumpulan Cerita Pendek (CERPEN) wanita tegar yang dibaluti kisah sedih, pengkhianatan, kebohongan, kesetiaan dan kebahagiaan. GENRE: DEWASA πŸ”ž21+...
2.1M 133K 45
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
1.2M 84.9K 26
Dilarang ada hubungan antara senior dan peserta OSPEK, Galen, sebagai Ketua Komisi Disiplin terpaksa merahasiakan pernikahannya dengan Cleo selama sa...
3.1K 242 23
"Cium aku saja belum pernah kok ngajak nikah?" "Ya sudah, nanti kita ciuman ya?" "Iiihs kayak anak SMP saja, pakai ijin segala." Lana tersipu malu. ...