-𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -
————————————————————
Waktu seiring waktu yang berputar, pernikahan itu berjalan selama sebulan. Seungji yang baru saja selesai memasak menatap bingkai foto dimana dirinya memakai gaun pernikahan dengan Mark dengan setelah suit nya. Dia benar-benar menikahi pria itu.
Ada hal yang selama ini tak pernah Seungji percaya bahwa dia benar-benar sudah menikah dengan pria yang hanya sebatas ia kenal. Pernikahan ini bukan seperti yang lainnya, kebanyakan yang ia temui beberapa pasangan menikah karena mereka sudah pacaran selama bertahun-tahun, tapi dirinya. Tidak pernah merasakan pacaran itu seperti apa.
Tapi dia langsung menikah.
Bukannya sama saja? Tapi katanya itu berbeda.
Terlintas dalam pikiran Seungji kenapa ia tidak melakukan tahapan pacaran dulu sama Mark? Maksudnya dia akan menanyakan itu pada Mark? Apa memang sudah dijelasin dari kemarin-kemarin? Sudahlah dia pun lupa atau bagaimana
"Sayang."
Seungji yang melamun dengan memegang bingkai foto itu menoleh dengan cepat menemukan Mark dengan muka bantalnya disana. Membenarkan kacamata dengan menutupi kepalanya menggunakan hoodie abu-abu berjalan menuju tempat ia duduk
"Udah bangun ya? Maaf aku masih disini, kamu mau sarapan?" Tanya Seungji mengembalikan bingkai foto itu kembali ke asal nya dengan beranjak dari duduknya
Mark menggeleng, mendekatkan dirinya untuk memeluk Seungji dengan erat. Menaruh kepalanya pada pundak istrinya,
Baru dipagi hari ini Mark bisa merasakan pagi yang senggang dan memeluk istrinya sehabis bangun tidur. Biasanya tidak bisa walaupun sudah sebulan mereka menikah, Mark terlalu sibuk dikantor dan Seungji yang harus berangkat kuliah untuk menyelesaikan S2 nya.
Seungji yang melihat Mark dipundaknya dengan mata terpejam, ragu untuk mengelus kepala suaminya. Dia tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu sebelum Mark yang memulainya, fapi bukannya Mark sudah memulainya?
Tangan kirinya terangkat pelan mengelus kepala Mark disana, dilihat-lihat dari jaarak sedekat ini wajah Mark memang terlihat tampan dengan pipi yang tembam juga garis rahangnya yang terlihat jelas membentuk sempurna diwajahnya
Pantas saja dulu seluruh siswa di SMA mengagumi bagaimana tampannya Mark disekolah. Bahkan diluar sekolah pun dia dikenal oleh semua orang, sepopuler itu.
"Kamu ada kelas jam berapa?" Tanya Mark yang masih memejamkan matanya dengan mengeratkan kembali pelukannya pada Seungji
"Hmm nanti siang, jam jam 11 an." Jawab Seungji
"Kamu gak usah masuk aja gimana? Bolos dulu sehari." Tambah Mark melihat Seungji dengan mata bulatnya, menatap Seungji seperti meminta sesuatu tapi yang dilihat Mark adalah wajah terkejutnya
"Kok aku disuruh bolos? Emang ada apa aku disuruh bolos?"
Mark tersenyum, "kita kan belum pernah ngehabisin waktu yang bener-bener berdua doang. Aku rasa hari ini adalah waktunya, besok kamu udah sibuk lagi kan sama kelas? Kamu juga udah mau lulus dari kampus. Pasti sibuk banget"
Seungji mengangguk, "bukannya kamu harus kerja? Kamu sibuk juga dikantor."
"Aku juga bakal bolos sehari, biar anak buah aku dulu yang kerja. Kamu mau kan?" Tanya Mark lagi
Memang benar, selama Sebulan yang mereka lakukan ini seperti hal pada biasanya. Tidak ada hal yang spesial lah kalau menurut Seungji sendiri, karena keduanya sama-sama sibuk, mungkin kalau Mark yang pulangnya kemalaman dia harus menunggu Mark hingga ketiduran
Dan Mark menggendong Seungji ke kamar dengan ketidak taunya. Pagi-pagi, Mark juga udah pergi ke kantor duluan kalau lagi super sibuk dan senggang sedikit waktunya untuk menjemput Seungji ke kampus lalu kembali lagi ke kantor
Dia kan jadi susah ingin bertanya pada Mark.
"Yaudah deh aku bolos dulu."
Seungji yang mengatakan itu sambil beranjak dari duduk berniat mengambil hp nya untuk mengatakan itu pada teman kampusnya tidak jadi lantas Mark menariknya lebih dahulu dan menjatuhkan badannya pada Mark
"Ihh Mark! Jangan asal narik, untung aja gak jatoh! Ngeselin."
Pertama kalinya mendengar teriakan sebal dari Seungji, kemarin omelan sekarang seperti ini entah semua terlihat lucu di Mark. Tangan laki-laki yang gemas itu akhirnya mencubit pipi Seungji
"Maaf, lagian kamu langsung pergi aja. Udah disini aja sama aku."
"A,aku kan mau ngambil hp. Maaf aku teriak gitu sama kamu. Aku kaget."
"Gak usah minta maaf, jangan pernah minta maaf ke aku. Udah kamu disini aja, kaya gini aja sama aku, jangan pergi kemana-mana."
Mark kembali memeluk Seungji tapi kali ini Seungji yang berada dalam dekapannya, merasakan badan Mark yang menjadi sandaran dan juga ia bisa mencium bau parfume, disepagi ini Mark pakai parfume gitu habis bangun tidur?
Atau mungkin dia tidak menggunakan parfume tapi wanginya berasal dari hoodienya? Haish! Sudahlah tak penting.
"The best morning in my life."
Seungji mendongakkan kepalanya melihat Mark yang masih memejamkan matanya diatas pucuk kepalanya.
"Kamu gak laper? Biasanya juga laper mulu." jelas Seungji dengan mengelus rambut Mark perlahan
Mark menggeleng mengeratkan pelukannya pada Seungji, "ntar aja kita makannya. Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat sama ada yang mau aku omongin."
"Ngomongin apa emangnya?"
"Nanti disana aja, ayo siap-siap."
—//—
Deburan ombak dengan angin yang berhembus tenang dan pelan mampu menenangkan setiap orang yang merasakan akan masuk kedalam dunia yang tenang. Laut yang berwarna seperti hijau mint itu menguasai seluruh lautan
"Wahh!! Udah lama banget gak kepantai!"
Teriakan Seungji yang jelas pada telinga Mark itu mampu membuatnya tersenyum. Melihat perempuan yang cantik berlari kecil menuju arah pantai adalah pemandangan indah baginya, perempuan itu. Tersenyum dengan tenang.
"Waaaaa! Mark ayo main air!" Katanya dengan teriakan dan senyum lebar menghiasi muka dan bibirnya. Mark menghampirinya dengan perlahan
Seakan adegan slow-motion Mark bisa melihat pemandangan ini dengan mimik wajah yang bahagia. Mendengar suara ombak dan tawa itu menyatu dalam kenangannya, hari yang indah.
"Jadi kamu mau ngomong apa?" Tanya Seungji dengan berdiri di tengah air hingga menutupi sebagian kakinya
Mark mengalihkan pandangannya melihat sekeliling lautan yang luas, "Sebuah alasan."
"Alasan? Alasan apa?"
"Aku yakin kamu pasti masih bingung, kenapa? Kenapa aku nikah sama kamu? Kenapa juga aku suka sama kamu. Pertanyaan kaya gitu, masih kamu pertanyaakan dalam diri sendiri bukan?"
Seungji yang masih terdiam, menunduk. Terfikir dalam pikirannya bagaimana bisa Mark mengetahuinya? Ini gak mungkin. Gak mungkin kan dia bisa baca pikiran?
Memang sangat sulit menerima dimana kenyataan dan mana yang mimpi. Apa Seungji salah jika sekarang masih sulit untuk membedakan dimana mimpi dimana kenyataan?
Baginya, semua itu hampir sama.
"Aku, suka sama kamu itu udah lama. Menurutku itu udah lama. 1 tahun lebih. Tapi mungkin ada yang lebih menyukai kamu lebih lama daripada 1 tahun yang aku lakuin." Jelas Mark
"Siapa?" Tanya Seungji
Mark menggelengkan kepalanya, "who knows."
"The reason why, itu karena kamu punya sesuatu yang lebih menurutku. Ya walaupun kamu gak kenal aku, tapi aku yang harus mengenal kamu. Tapi mengenal kamu bukanlah hal yang buruk."
Mark menjelaskan dengan cengiran, meraih tangan Seungji untuk dibawa ke pinggiran pantai. Seungji masih diam melihat Mark yang mau melanjutkan percakapan ini
"Setelah tau banyak tentang kamu, dan kita berkenalan waktu itu. Kamu harus tau rasanya jantung kaya udah mau meledak aja, lebay memang tapi emang bener kok kaya gitu."
"Mark, bukannya kamu udah sama Mina ya?"
"Mina? Aku sama dia dari dulu gak ada hubungan apa-apa. Kalo boleh jujur, aku dari dulu fokusnya ke kamu doang, kamu boleh tanya Jeno atau Renjun gimana exited nya aku tentang kamu." Tambah Mark lagi
"Tuhan, ngasih aku anugerah untuk ketemu kamu. Nyari sumber kebahagiaan dan menyayangi seseorang itu adalah tugas. Tuhan kasih tugas itu ke aku untuk bener-bener dijadikan sebagai anugrah,"
Seungji diam masih menatap Mark dengan seksama, "lalu?"
"Cause you're the reason."
Mark mendekat dengan Seungji menatap setiap inci muka perempuan itu, "kamu adalah alasan kenapa aku berubah menjadi lebih baik, menjadi lebih bahagia dan ada hal yang selalu aku nantikan setiap hari. Itu karena kamu."
Seungji meraih tangan itu, mengelusnya dengan pelan dengan tatapannya yang lembut. Terpaan angin sore itu membawa mereka untuk jauh lebih dalam kepada hubungan mereka, menyadarkan bahwa ada seseorang yang berharga untuk satu sama lain
Perempuan itu memang tidak pernah menyadari ada seseorang yang begitu tulus dan setia padanya selama ini. Bertahun-tahun, menyukainya. Bukankah susah untuk menyukai seseorang dalam waktu yang lama dengan kesetiaan itu?
"Terima kasih Mark, aku akan selalu inget ini. Makasih kamu udah suka sama aku, makasih kamu udah mau ngebahagiain aku dan makasih untuk semuanya." Ucap Seungji dengan memeluk Mark erat, air mata yang tak diundang itu turun dengan cepatnya
Matahari terbenam perlahan, menampakkan karyanya yang luar biasa. Warna langit yang bercampur, bintang yang terang satu persatu mulai muncul.
"Kamu tau, aku pengen banget bisa nyentuh bintang. Nanti kalo kamu kangen aku, kamu liatnya bintang, anggep aja bintang itu aku." Jelas Seungji mengarahkan jari telunjuknya pada langit
Mereka berbaring bersampingan dengan menatap langit malam yang penuh dengan bintang kela-kelip disana.
"Iya aku selalu kangen kamu. Tapi aku gak mau liat bintang maunya liat kamu aja." Jawab Mark melirik ke Seungji
"Suatu hari nanti, kamu akan kangen aku dan berkata pada bintang 'Seungji, aku kangen kamu.' Dengan seolah menyentuh bintang itu, kaya gini."
Jari telunjuk Seungji terangkat ke langit, mencari bintangnya. Menunjuk bintang paling terang disana, juga mengarahkan telunjuk Mark ikut disampingnya
Seungji tersenyum pada Mark. Dan memori itu tidak akan pernah hilang dalam kepalanya.
—//—
Ting tong..ting tong..
"Daddy! Uncle Jeno is Here!"
Suara melengking anak kecil laki-laki itu didepan pintu, meneriakkan dengan sangat senang dengan kehadiran orang yang selalu ia tunggu. Dengan cepat lelaki bertubuh tinggi dengan membenarkan lengan kemejanya membukakan pintunya
"Hay Uncle!!"
"Hay Ryle! Wahh you getting bigger than I thought." Ucap pamannya dengan menggendong badan anak kecil itu
"Daddy give me more chocolate everyday! Do you want uncle?"
Jeno yang tengah menggendong itu cuman tertawa menampakkan matanya yang membentuk eyes smile dan Ryle sangat menyukai itu. Dibuat gemas sehingga tangan kecil Ryle mengikuti garis mata pamannya
"Uncle, katanya mau ajak Ryle main bola kapan?" Tanya anak kecil itu mendongakkan kepalanya
"Habis ini uncle bakal ajak kamu main bola, lu ikut juga ya Mark." Ucap Jeno dengan mengedipkan sebelah matanya
Mark hanya mengangguk pelan, kepalanya terasa berat setelah tadi ia sempat tertidur sebentar akibat kerjaan yang menumpuk. Anaknya yang baru pulang sekolah tidak kenal lelah dan berlanjut bermain sendirian di ruang tamu menunggu pamannya datang.
"Dad, tomorrow is my birthday! Can i have something?"
Ryle Lee.
Anak pertama dari Mark dan Seungji itu sekarang sudah tumbuh dengan sangat baik juga dengan bimbingan yang tidak buruk dari seorang orang tua tunggal, ayahnya. Mark benar-benar membesarkan anaknya seorang diri dengan baik
Kini anak laki-lakinya akan naik ke umur yang ke-4 tahun. Itu berarti sudah hampir 4 tahun ini dia hanya bersama dengan Ryle. Mark, tidak ingin mencari pengganti Seungji.
Mark menghilangkan semua rasa sedih dengan kesibukkannya bekerja juga mengurus Ryle sekaligus. Itu semua tidak mudah, namun ketika dia memiliki waktu senggang itu akan membuatnya menjadi teringat memori lama dan kembali menangis meratapi takdirnya.
Selama ini Mark menganggap Seungji hanya pergi sebentar dan akan kembali padanya. Tapi di kala waktu yang lain, Seungji pergi untuk selamanya.
Mark dengak satu anaknya. Merasakan hal yang terus tak terduga dalam hidupnya, yang ia mau adalah hidup bersama keluarga kecilnya dan bahagia bersama. Tapi dengan cepat, Tuhan merubah takdirnya.
"Daddy.." lirih Ryle dengan mencubit pelan pipi ayahnya
Mark menggelengkan kepalanya, "ya tentu. Besok is your birthday. Kamu mau apa? Mainan helikopter itu?" Tanya Mark memangku Ryle juga membenarkan rambut hitamnya
"Aku mau ketemu mommy, boleh kan dad?" Lirih Ryle pelan dengan menunduk. Bahkan kedua bola matanya tidak berani menatap mata ayahnya
Jeno yang tertegun, Mark yang menunduk dengan perlahan. Lalu tersenyum
"Sure, besok kita akan menemui Mommy."
"Mark, lu serius?" Tanya Jeno dengan membulatkan matanya lalu diangguki Mark dengan cepat.
Jeno menatap Mark dengan tatapan tidak percaya, selama ini Mark jika mendengar dan harus mengulanh memori dengan Seungji didalamnya ia akan merasakan kesedihan dan juga rasa sesak didada yang sangat menyesakkan
Entah gejala itu muncul tiba-tiba, bahkan Mark sendiri serinh merasakan sesak nafas yang amat menyesakkan dan harus dibawa kerumah sakit untuk beberapa kalinya. Mark juga sering meminum obat untuk menenangkan- depresi.
"Ryle, pasti juga kangen sama mamanya." Tambah Mark dengan menatap Jeno yang masih tidak percaya atas jawabannya tadi.
Mark mengangguk kemudian beranjak berdiri dari kursinya, "ayo kita ke Han river. Do you want play a football right?" Tanya Mark pada Ryle dan diangguki cepat oleh anak kecil itu
"Okay! Let's go!"
-
Mark menggendong Ryle menuju lapangan rumput yang luas dipinggiran sungai Han, banyak keluarga dan orang yang mampir kesini untuk berolahraga dan berpiknik. Mark sudah lama tidak keluar dengan banyak orang disekitarnya
"Jen, jadinya lu kapan nikah?"
Jeno yang ditanya hanya menggeleng selagi meijat Ryle memainkan bolanya sendiri dengan dihadapkan oleh Mark, "ga tau gue juga."
"Masih banyak waktu buat mikir, tapi jangan kelamaan." Tambah Mark dengan memukul pelan bahu lebar Jeno
"Sama Ryle gue udah seneng kok, lu berhasil jadi orang tua yang baik Mark. Gue bangga, kali ini seriusan gue bilangnya." Kata Jeno dengan menyengir
Mark mengangguk, "Seungji belum bilang itu ke gue. Apa Seungji..." dengan sangat tiba-tiba Mark memegangi dadanya yang menyesakkan
"Mark! Obat? Obatnya lu bawa?!" Jeno dengan paniknya mendudukkan Mark di bangku panjang dengan tangannya yang meraih saku Mark
Dia tidak membawa obatnya, Jeno yang kebingungan dengan cepat membukakkan air mineral yang ia bawa dan diberikan langsung untuk Mark
"Daddy!! Daddy are you okay?! Daddy..."
Ryle mulai menangis, menggengam tangan Mark yang masih dengan sesak pada dadanya. Jeno dengan segera merangkul Mark menuju mobilnya, syukurlah dengan membuka dashboard dan menemuka inhaler yang langsung di pakaikan untuk Mark
"Nafas pelan-pelan," tambah Jeno
Mark yang masih menetralisirkan nafasnya mencoba untuk memeluk Ryle disampingnya, anak kecil itu terus menangis.
"Daddy, are you okay?"
Lirihan suaranya, persis sekali dengan nada Seungji saat khawatir akan sesuatu. Benar-benar mirip. Bahkan tatapan matanya, semua itu berada dalam diri Ryle.
"I'm okay, Ryle jangan nangis ya." Ucap Mark dengan mengelus kedua pipi Ryle dengan sangat hati-hati lalu menciumi putra tunggalnya yang berharga
"Dad, jangan sakit. Aku sayang daddy."
Ryle menangis dengan kencang dipelukan Mark dan membuat pria itu dengan erat memeluk Ryle yang semakin kencang tangisannya. Jeno yang hanya melihat ikut dengan rasa harunya
Bagaimana bisa sahabatnya menerima takdir Tuhan yang perih? Akankah ini berakhir dengan sangat lama? Atau akan berakhir dengan jalan yang bahagia?
"Hey Ryle, tadi daddy bilang apa? Jangan nangis tapi kamu malah nangis." Jelas Mark dengan lembut mengelus punggung Ryle didekapannya
"Ryle gak mau lihat daddy sakit, daddy jangan kaya gini. Ryle, Ryle sayang daddy!"
"Iya daddy juga sayang Ryle."
Jeno menepuk pelan punggung Mark yang masih dengan memeluk erat Ryle. Mark tidak menangis, atau lebih tepatnya dia menahan itu. Rasa sakit yang ia rasakan kali ini baru pertama kali ditunjukkan kepada Ryle. Dengan ketidak sengajaan
Mark, mengeluh kesah pada Jeno dan Haechan. Kedua laki-laki itu sering mengunjungi rumah Mark maka dsri itu Ryle sangat dekat dengan keduanya. Mark sering tidak sanggup dengan keadaannya dan memilih untuk menghindar dengan memanggil mereka berdua
Disuatu hari pun Mark pernah meminum alkohol dengan kadar yang tinggi, berjalan menuju dapur dan mengambil pisau untuk membunuh dirinya sendiri agar cepat bertemu dengan Seungji tapi dengan cepat Haechan mengambil pisau itu dari genggaman Mark dengan cepat, dia tiba disaat yang tepat
Apakah itu yang Mark bilang semua baik-baik saja?
"Besok, gue bakal ikut ke mana lu pergi. Tanpa penolakan." Tambah Jeno menatap lurus Mark dengan penekanan disetiap kata yang ia ucapkan
Mark masih diam, masih dengan memeluk Ryle dengan erat. Menatap balik sahabatnya itu dengan mata yang lemah
"Maaf, kali ini gue butuh waktu bener-bener nunjukkin Ryle sama mamanya. Entah itu akan baik atau semakin buruk buat gue."
—///—
Say Hi to Ryle Lee!
Oh Hay Uncle Jeno!
Daddy Mark please be strong.