Pikiran Ryujin terus saja berputar-putar memikirkannya. Ia tidak tau bagaimana sebenarnya perasaan cemburu itu. Karena jujur, ia belum pernah merasakan hal aneh pada dirinya seperti sekarang ini. Ia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini jika dekat dengan seorang pemuda. Karena ia memang tidak pernah mendekatkan diri pada seorang pemuda sebelumnya.
Ryujin menggelengkan kepalanya cepat, guna menghilangkan pikiran-pikiran aneh yang melayang-layang di otaknya itu.
"Ngga, ngga. Masa gue cemburu sih?" Ryujin mengigit bibir bawahnya, matanya masih berkeliaran ke sembarang arah.
Ryujin menggelengkan kepalanya, lagi dan lagi.
"Duh, gue ini kenapa sih?"
Sudah kesekian kalinya Ryujin membalikkan badan dengan gelisah di atas tempat tidur. Ia merasa tidak nyaman dengan berbagai macam posisi tidurnya.
"Ya tuhan." keluh Ryujin seraya bangkit dari tidurnya.
Kini gadis itu sudah dalam keadaan duduk.
Tapi kayaknya bener deh, gue cemburu. Dan gue....
"Jatuh cinta sama Beomgyu?" Ryujin mengerutkan keningnya saat mengatakan kalimat itu.
Menghela napas panjang, gadis itu menutup matanya rapat seakan tidak percaya ia akan mengatakan kalimat seperti itu. Dengan cepat, Ryujin kembali menghempaskan tubuhnya ke atas kasur empuknya itu, sehingga kasurnya ikut terpental karena kejatuhan tubuhnya. Ia menarik selimut dan menutup seluruh tubuh sampai kepalanya.
Kayaknya gue butuh tidur!
🌷LoveIsLove
Sementara disisi lain..
Beomgyu sudah berada di dalam kamarnya. Berbeda dengan Hueningkai, Soobin dan Taehyun. Mereka bertiga masih ada di ruangan depan, karena suara mereka masih terdengar oleh Beomgyu.
Bukan tanpa alasan, Beomgyu masuk ke kamarnya terlebih dahulu karena sebenarnya ia ingin menghubungi seseorang. Siapa lagi kalau bukan Ryujin. Tapi sayangnya, sudah ke sekian kalinya ia mencoba menghubungi gadis itu, tapi Ryijin tidak kunjung menerima panggilan darinya. Bahkan mengirim pesan pun tidak ada yang di balasnya.
Kemana sih dia?
Beomgyu berbaring terlentang menghadap ke atap kamarnya sambil memainkan ponsel yang sejak tadi ada dalam genggamannya.
Memutar-mutar ponselnya, berharap Ryujin membalas pesannya atau menghubunginya balik. Tapi hasilnya nihil, gadis itu tidak kunjung menghubunginya sampai saat ini dan itu semakin membuat Beomgyu gelisah.
"Udah tidur kali, ya?"
Akhirnya Beomgyu pasrah. Menaruh ponselnya di atas nakas dekat ranjangnya, ia memejamkan mata untuk tidur. Ia berharap besok pagi saat ia bangun, Ryujin sudah membalas semua pesannya.
🌷LoveIsLove
Dan keesokan harinya..
Ryujin membuka kedua matanya dengan perlahan. Samar-samar ia melihat setitik cahaya. Itu adalah cahaya matahari yang memantul ke jendela kamarnya. Rupanya bi Yen sudah membuka gordennya.
Gadis itu perlahan beranjak dari tidurnya. Ia sedikit menggeliat guna memperbaiki otot serta tulangnya yang kemungkinan kaku setelah semalaman tertidur.
Ryujin baru ingat kalau semalam tidurnya tidak begitu cepat seperti biasa, ia baru bisa tidur sekitar jam sebelas malam dan itu sudah sangat larut baginya yang terbiasa tidur jam sembilan malam. Pantas saja, matanya masih sedikit mengantuk dan badannya terasa tidak enak.
Tanpa sengaja, iris coklat milik Ryujin menatap kearah jam dinding yang ada di atas pintu kamarnya. Jam itu sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Ryujin lalu mengucek sebentar matanya karena belum percaya dengan apa yang ia lihat. Tapi ternyata yang terpampang itu benar. Benar-benar jam sembilan pagi teng.
Ryujin melotot, "ya ampun... gue kesiangan!"
Tanpa menunggu aba-aba lagi, gadis itu bergegas pergi ke kamar mandi. Setelahnya ia bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Ryujin memasukan barang-barang yang ia perlukan ke dalam tasnya. Tidak terkecuali ponselnya yang pagi ini sama sekali belum Ryujin sentuh. Tanpa melihat layar ponselnya, gadis itu langsung memasukannya ke dalam tas. Padahal disana tertera nama Beomgyu yang sudah berkali-kali menghubunginya dan mengirimnya pesan.
Ryujin bergegas keluar kamar. Disana bi Yen sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya. Tapi sayangnya, Ryujin hanya melewatinya saja tanpa menghampiri meja makan yang sudah tersedia beberapa jenis makanan disana.
"Eh, non!" bi Yen memanggil Ryujin yang hampir saja melewatinya.
Ryujin menghentikan langkahnya lalu berbalik.
"Maaf bi, aku kesiangan. Aku makan di kampus aja ya?" ucap Ryujin yang seakan mengerti apa yang ingin bi Yen katakan padanya.
"Tapi, non?"
"Maaf ya bi, aku pasti sarapan, kok. Dah bi..." Ryujin mengatakan kalimat itu dengan nada yang terburu-buru sambil melangkahkan kakinya menuju pintu.
"Oke, tapi jangan lupa sarapan ya, non!" bi Yen sedikit berteriak agar suaranya terdengar oleh nonanya yang kini sudah melesat dari tempatnya.
Ryujin membuka pintu apartementnya dengan sekali tarik. Tapi ia terkejut, karena saat ia membuka pintunya, disana sudah ada seorang pemuda yang tengah berdiri membelakangi pintu.
Tapi pemuda itu sepertinya sudah ia kenal. Di lihat dari postur tubuh dan aroma parfumenya, Ryujin sudah bisa menebak. Ya, orang itu adalah orang yang membuat ia semalaman gelisah. Beomgyu. Choi Beomgyu.
"Beomgyu?"
Beomgyu pun berbalik sesaat setelah mendengar suara seorang gadis yang menyerukan namanya. Gadis yang memang ia tunggu-tunggu sejak tadi.
"Hai, Ryujin?" Beomgyu tersenyum lega mendapati sosok yang ia tunggu-tunggu sejak tadi akhirnya muncul juga.
"Lo ngapain disini? Sejak kapan lo disini?"
"Gue nungguin lo, sejak pagi."
"Nungguin gue?"
"Iya." Beomgyu langsung mengapai tangan Ryujin dan menariknya pergi dari sana, "gue tau lo kesiangan, makanya ayo cepet!"
Dengan raut wajah yang masih tampak kebingungan, Ryujin pun hanya mengikuti Beomgyu dari belakang. Sesekali ia memandangi tangannya yang kini ada dalam genggaman Beomgyu.
Jantungnya kembali berdetak kencang, apalagi saat Beomgyu menoleh ke belakang dan tersenyum padanya. Senyuman itulah yang membuat perasaannya menjadi kacau. Senyuman pemuda Choi itu membuatnya terpana dan kehilangan kewarasannya.
Iya, gue udah yakin sekarang. Kalau gue jatuh beneran jatuh cinta sama Beomgyu
Tidak lama kemudian, mereka berdua akhirnya sampai di parkiran. Beomgyu dan Ryujin pun masuk ke dalam mobil. Selama dalam perjalanan, Beomgyu hanya fokus menyetir, meskipun sesekali ia melirik dan memberikan senyuman andalannya pada Ryujin di sampingnya.
Sedangkan Ryujin, dari pertama mereka masuk ke dalam mobil sampai sekarang, gadis itu terus memandangi wajah Beomgyu. Bahkan untuk berkedip pun rasanya Ryujin tidak rela. Mengamati Beomgyu seolah menjadi sarapan terbaik untuknya pagi ini. Ia bahagia karenanya.
Ya ampun..... kenapa gue jadi gini sih?
Ryujin langsung menggelengkan kepalanya berulang kali. Bahkan kedua tangannya pun ikut memegangi kepalanya.
Beomgyu yang menyadari tingkah gadis itu hanya tersenyum.
"Lo kenapa, Jin?"
Pertanyaan Beomgyu itu berhasil membuat Ryujin seketika menghentikan aktifitas konyolnya itu.
"H—hah?"
Lagi-lagi Beomgyu tersenyum, sebelum kembali bertanya.
"Lo kenapa geleng-geleng kepala gitu? Sakit?"
"Oh, ini, n—nga, kok." kacau, Ryujin benar-benar kacau pagi ini. Bagaimana mungkin ia bisa seperti ini hanya karena Beomgyu.
Ryujin mengigit bibir bawahnya seakan ia ingin mengatakan sesuatu pada Beomgyu, namun keraguan masih menyelimutinya.
"Oh ya, Beomgyu."
"Hm?"
"Lo udah berapa lama kenal sama Minjoo?"
Sial.
Jantung Ryujin seperti akan meledak setelah mulut dan lidah yang tidak bertulangnya menanyakan pertanyaan konyol itu pada Beomgyu. Kenapa ia harus bertanya seperti itu? Beomgyu pasti akan mengira macam-macam tentangnya.
"Hah? Minjoo?" Beomgyu mengerutkan dahinya.
"Eh, lupain aja, Beomgyu. Ngapain juga ya gue nanya-nanya tentang itu? Kan udah Jelas-jelas lo sama dia pasti udah kenal lama." Ryujin terpaksa tersenyum.
Mendapat pertanyaan seperti itu, ada hal aneh yang Beomgyu rasakan. Beomgyu mulai berpikir, apa karena kejadian kemarin Ryujin jadi mengabaikan pesan dan juga telepon darinya. Apa jangan-jangan Ryujin cemburu padanya?
Tanpa disadari seulas senyuman terukir di bibir tipis Beomgyu. Ia lantas mengusap puncak kepala Ryujin dengan lembut, dan itu sudah pasti membuat gadis Shin terkejut dan jantungnya kembali terserang.
"Gue ngga begitu deket kok sama dia, meskipun emang kita udah kenal lama."
"Oh." Ryujin hanya mengangguk pelan.
"Jin?" Beomgyu menatap Ryujin dalam.
"Iya?" Ryujin pun menatap Beomgyu, menunggu apa yang akan pemuda itu katakan padanya.
"Bolos yuk?"
Kedua netra Ryujin membulat saat mendengar ajakan Beomgyu untuk bolos.
"Ngga usah melotot gitu, lagian kita udah kesiangan juga, kok."
"Lo mau kemana emang?" tanya Ryujin ragu. Seumur hidup, ia tidak pernah bolos atau apapun itu. Ia akan tetap pergi kecuali kalau ia sedang dalam keadaan sakit dan harus menerima perawatan.
Ke hatimu, Ryujin.
"Gimana kalau kita jalan-jalan ke pantai?"
Ryujin mengernyit. "Pantai?"
"Iya. Lo mau ngga?"
"Hm.... boleh." Ryujin menganggukan kepalanya seraya tersenyum. Bolos sekali tidak apa kan? Toh ia sudah terlambat juga.
Dengan semangat, Beomgyu melajukan mobilnya yang kini bukan lagi mengarah ke kampus melainkan ke arah lain tempat tujuan mereka saat ini. Pantai.
Ryujin kini memandang keluar lewat jendela di sampingnya. Ia tersenyum tipis dan berteriak dalam hati. Meskipun bolos adalah tindakan yang kurang baik, tapi entah kenapa, bolos ini membuat hatinya senang.
Mungkin karena yang mengajaknya bolos adalah Beomgyu. Itu artinya, seharian ini ia akan bersama-sama dengan Beomgyu di pantai.
🌷LoveIsLove
TBC