"HIKS.. HIKS.. NANA MAU PULANG.."
"NANA MAU PULANG.."
"Iya Nana nanti kita bisa pulang lagi kok, tapi kamu berhenti dulu ya bikin gelembung ledakannya." seorang pria berusaha menenangkan remaja perempuan yang sedang menangis.
Ia juga menghindari gelembung-gelembung besar yang keluar dari balik tubuh Nana.
Kalau gelembung itu terkena oleh apa pun akan menghasilkan ledakan cukup besar.
Bukan hanya dia saja yang berusaha menghindari gelembung-gelembung ledakan itu.
Tapi ada dua pria lainnya yang juga bergerak kesana kemari untuk menghindari gelembung-gelembung tersebut.
"KALAU NANA BERHENTI NANGIS TAR KOKOH BELIIN ICE CREAM PAS KITA UDAH PULANG!" teriak pria berwajah China.
Ajaib.
Seketika remaja perempuan itu berhenti menangis, tergantikan oleh kedua mata nya yang berbinar cerah.
Tanda gelembung miliknya yang berada disamping mata kiri tak berwarna lagi, padahal sebelumnya aktif berwarna pelangi saat kekuatan gelembung nya keluar.
Tanpa ada perubahan wujud atau berganti lensa mata.
Remaja perempuan itu adalah Nana.
Yang menenangkan Nana tadi adalah Jungwoo, lalu yang bilang akan traktir ice cream itu Winwin.
Sedangkan pria satu lagi adalah Jeno.
"Iya." Balas Winwin tersenyum lembut.
"YEY..ICE CREAM.." teriak Nana riang sembari lompat-lompat.
Ketiga pria berbeda umur seketika menghela nafas lega.
Mudah ternyata membujuk Nana.
Krek..
Bruk..
"HUWAA... SAKIT.."
Karena saking gembira nya sembari lompat-lompat tanpa sengaja pergelangan kaki kiri Nana terkilir membuat ia langsung tersungkur ketanah lalu menangis kembali.
"NANA.." teriak Jungwoo, Winwin, dan Jeno kompak berlari menghampiri Nana.
"Tuh kan jadi terkilir kaki nya, jangan lompat-lompat gitu lagi!" Tegur Jungwoo lembut.
"Nana kan terlalu senang mau dapat ice cream gratis." ucap Nana polos memasang ekspresi menggemaskan.
"Iya.. tapi jangan kayak gitu lagi kan sekarang kamu jadi terluka gini." Winwin mencubit gemas pipi kanan Nana.
"Gapapa.. kan ada kalian yang akan jaga Nana." Nana tersenyum lebar, imut.
"Ini anak umur berapa sih?" Gumam Jungwoo pelan yang merasa gemas oleh tingkah Nana.
"Nama kakak-kakak siapa?" Tanya Nana polos membuat ketiga pria itu kompak menepuk kening pelan.
"Aku Koh Winwin, sepertinya paling tua disini."
"Emang umur Koh Win berapa?" tanya Nana.
"23 tahun."
"Woo.. beda setahun tapi aku lebih muda Koh, namaku Jungwoo."
"Kak Uwwu.." Panggil Nana dengan ekspresi imut.
"Kalau kakak namanya Jeno." Jenis mengusap lembut pucuk kepala Nana.
"Ayo Na naik kepunggung kak Jeno!" kata Jeno.
"Mana bisa jalan sendiri kok." Nana ingin bangkit berdiri tapi ia terjatuh lagi.
"Itu yang namanya bisa?" Ledek Winwin.
"Ihh itu kan tadi cuma contoh." elak Nana.
"Serah lah.." gumam Winwin.
"Ayo Na!" Titah Jeno.
Nana perlahan naik punggung Jeno, lalu Jeno bangkit berdiri dengan menggendong Nana.
"Ayo kita lanjutkan perjalanan!" kata Jungwoo.
"Kak Jeno.."
"Iya apa Na?" panggil Jeno lembut.
"Nana berat ya?" Tanya Nana lirih.
"Enggak kok kamu gak berat, enteng gini."
"Iyalah enteng kan kecil!" sahut Winwin.
"Ihh Nana gak kecil ya, kalian aja yang kebesaran." Nana cemberut, ngambek cerita nya.
"Pasti dirumah Bunda lagi kebingungan cari Nana, biasanya kan Bunda gedor-gedor kamar Nana biar Nana makan siang."
"Gimana ya Bunda sekarang? Ayah juga, apa Bunda udah kasih tau ke Ayah kalau Nana gak ada dirumah."
"Pasti mereka panik, tuh kan jadi kangen Bunda sama Ayah."
Yang lain diam mendengarkan Nana yang terus berbicara.
"Nana pasti bisa kembali, bukan hanya Nana doang tapi kita semua pasti bisa kembali." kata Jeno.
"Ini dinegara apa ya? Amerika? Eropa? Jepang? Asia tenggara kah? Asia? Afrika? atau Korea? Ah tapi kalau Korea kok Nana gak bisa ketemu idol ganteng."
Jeno tertawa pelan, Jungwoo menggelengkan kepala nya.
"Ya mana kita tau, liat aja dipeta sana!" balas Winwin cuek.
"Peta? Tapi Nana gak bawa peta."
"Oh apa gini aja! Nana teriak bilang--"
"DIMANA SEKARANG KITA? DIMANA? AYO KATAKAN SEKALI LAGI, AKU PETA AKU PETA--"
"Nana udah ya!" Potong Jungwoo sabar.
Nana mengangguk lucu, langsung patuh.
"Nana punya sahabat cewek, dia suka galak, kayak cowok, jail banget, suka ngomel-ngomel, buruk banget kalau masak."
"Tapi Nana sayang sama dia. Dia yang selalu maju melawan orang-orang jahat yang ganggu Nana, aku bisa lihat punggungnya yang selalu sigap melindungi Nana."
"Oh ya? Hebat dong dia." kata Jeno.
"Iya dia sangat hebat kayak superhero nya Nana, selalu nyelametin Nana. Maka nya Nana mau kayak dia, Nana gak mau bersembunyi terus di belakang punggung nya, Nana mau melindungi dia juga."
"Kamu pasti bisa!" sahut Jungwoo membelai lembut pipi kanan Nana.
"Nana itu cengeng kak, Koh! Nana bawel, Nana penakut, Nana gak seberani dia."
Nana menyenderkan kepalanya nya di punggung Jeno.
"Kalau kamu punya keinginan kuat untuk berubah jadi lebih kuat biar bisa lindungi dia Yaudah kamu usaha lebih keras." sahut Winwin.
"Iya benar, Nana akan berusaha, semangat!" Balas Nana ceria.
"Kak Jeno jadi penasaran sama sahabat kamu itu, boleh nanti kakak ketemu sama dia?" kata Jeno.
"BOLEH BANGETT... tapi hati-hati dia galak hihihi.."
"Gak papa tar kak Jeno jinakin!"
"Hacimm... Hacimm.."
"Kenapa lo? Bersin-bersin mulu." Ucap Nadi ke Mayra.
Iya Mayra udah bersin berapa kali dari tadi.
"Gak tau nih, kayaknya ada yang ngomongin gue deh."
"Pede banget jadi orang, ngomongin lo juga paling isi nya ghibahan dosa penuh laknat." Sahut Jisung datar.
"Heh tiang berjalan maen nyamber aja lo kayak geledek! Diem kagak?!" sewot Mayra.
"Gue manusia bukan patung yang bisa diam terus, gitu aja gak paham dasar bego!"
"Dek!" tegur Nadi.
"Gue di sekolahin buat pinter bukan bego ya."
"Oia? Tapi kepintaran lo gak guna tuh!"
Jaemin membekap mulut Mayra, sedangkan Johnny membekap mulut Jisung.
Agar kedua nya tak melemparkan kalimat-kalimat frontal lagi.
"Kalian berdua kalau ribut terus tar mas lempar loh ke jurang mau?" sahut Taeil sembari tersenyum manis.
Mayra dan Jisung langsung menggeleng cepat.
Ngeri kalau sesepuh udah turun tangan, begitu yang dipikirkan oleh mereka berdua.
°
°
°
Nantikan cerita berikutnya ya:)