Flashback...
Berjalan keluar dari kantor Johan dan Aldi. Mirandah tampak memasang ekspresi dingin, namun dalam hati menahan rasa sakit hati terhadap sikap Aldi yang masih belum bisa memaafkannya. Meski terucap dari bibir Aldi, jika telah memaafkan namun Mirandah paham betul orang seperti apa si Aldi.
Aldi tak mampu/pintar berbohong di hadapan Mirandah. Semakin Aldi menutupi kebohongannya, semakin perih yang di rasakan Mira, maka semakin banyak hal-hal yang dilakukan atau dia ucapkan kepada Aldi, di luar nalarnya sendiri.
Kejadian di ruang meeting tadi, sebelumnya memang Mira memutar pandangannya ke sekeliling. Ada tujuan yang memang telah ia rencanakan. Bukan karena ingin melakukan suatu kejahatan ke Aldi. Bukan sama sekali.
Ini karena sikap Deri sang suami yang tak pernah jujur ke Mira. Sama sih, 11 12 dengan Aldi. Dan, apakah memang semua laki-laki kebanyakan bohongnya? Yah meski memang Mira akui, jika Deri selalu saja bersikap biasa saja saat berada di rumah. Sikap manis, dan seakan-akan menunjukkan rasa cinta ke Mirandah, tapi menurut Mira semuanya palsu. Memang pernikahan mereka di dasari atas keinginan kedua orang tuanya. Dan Mira tak mampu membohongi, jika dirinya sempat terlena dengan sikap Deri yang manis di muka, tapi pahit di belakang.
Semakin lama Mira akhirnya sadar. Tentu saja, menurut Mira jika Deri berada di luar rumah, Mira sangat paham betul seperti apa suaminya diluar sana meski belum ada bukti yang kuat menunjukkan jika suaminya bermain gila dengan wanita lain, maka dari itu Mira masih diam saja. Menunggu dan tetap mencari bukti, dan setelahnya ia akan melampiaskan semua amarah yang di pendam selama ini. Hanya satu bukti yang sering Mira temukan, yaitu aroma parfum wanita lain. Mira menyadari akan hal itu, ketika beberapa kali menghirup aroma parfum yang bukan berasal dari parfum Deri, maupun parfum Mira sendiri. Apalagi kalau bukan, parfum wanita lain di luar sana yang menjadi selingkuhan Deri?
Mira diam saja. Berhubung karena kerjasama bisnis antara orang tua mereka. Dan jika mereka bercerai dalam waktu dekat, maka di pastikan bisnis ayahnya yang selama ini di bangun sejak lama, akan gulung tikar.
Mira tak memungkiri jika ayah Deri memang banyak membantu bisnis ayahnya. Juga investasi baik tanah, rumah, gedung dan lainnya akhirnya bisa terjaga dengan baik, tanpa perlu menjual untuk menutup hutang-hutang ayahnya di supplier. Itulah mengapa dia meninggalkan Aldi. Salah satunya juga karena dia merasa sudah tak lagi mampu memberikan kebahagiaan ke Aldi. Juga telah malu, karena banyak janji yang tak mampu ia tepati. Pengorbanan Aldi atas hidupnya, itulah yang ingin Mira bayar selama sisa hidupnya.
Satu sisi juga, rasa cintanya ke Aldi yang tak pernah berubah. Menjadikannya mempunyai keinginan besar untuk bisa bersatu dengan Aldi. Yah! Meski Aldi belum bisa menerimanya kembali. Karena juga statusnya sebagai istri Deri. Namun, Mira hanya menunggu waktu sebentar saja. Saat perusahaan ayahnya telah stabil, maka ia akan mengambil langkah seribu untuk meninggalkan Deri.
Juga...
Inilah tujuannya melakukan hal di ruangan Aldi. Mengambil foto berciuman dengan Aldi, dan memastikan adanya CCTV yang On (Lampu Menyala), ia pun memberanikan diri melakukan hal memalukan tersebut. Salah satunya bertujuan untuk senjata dikala Deri tak ingin berpisah dengannya. Dia akan menunjukkan foto tersebut ke Deri, dan biarkan hukum yang memisahkan mereka. Juga! CCTV itu untuk memastikan agar jika Deri melaporkan Aldi nanti sebagai 'Perebut Istri Orang'. Maka Aldi mempunyai senjata untuk membantah tuduhan tersebut. Yah! Mira orangnya pintar. Juga Licik. Tapi, demi memuluskan rencananya, apapun akan ia lakukan. Untuk satu kata 'Maaf' yang ikhlas dari Aldi. Karena jika saja dikemudian hari, Aldi tak ingin berbalikan dengan Mira. Maka Mira gak akan memaksanya. Juga Mira akan memilih pergi jauh dari kehidupan Aldi.
Salah satunya kenapa Mira belum bergerak, karena Deri baru berduka atas kematian sang ibu. Korban kebakaran atas kecerobohan melupakan mematikan kompor yang sedang menyala di rumah, juga adanya perkiraan dimana selang tabung gas terjadi kebocoran.
Ayah dan Ibu Deri telah lama bercerai. Ayahnya menikah lagi dengan wanita muda, dan Deri paling dekat dengan Ibunya.
Maka dari itu, Mira paling sering bertemu dengan Ibu Deri ketimbang ayahnya. Juga, salah satu alasan Mira bertahan dengan Deri selama ini, karena wanita itu. Yang selalu memperlihatkan sisi yang tulus dan baik terhadap Mira, menyayangi Mira selayaknya putri sendiri. Yah! Karena satu hal yang Mira pun baru ketahui setelah menikah. Wajah Mira mirip dengan almarhumah adik kandung Deri, yang telah meninggal karena bunuh diri beberapa tahun yang lalu.
Hidup Deri memang berantakan. Dan! Seburuk apapun Deri di mata Mira, tapi kenyataannya memang Deri tak pernah melakukan suatu kekerasan dalam rumah tangga mereka. Juga selalu mengalah jika mereka bertengkar. Tapi, itu tetap saja tidak menggoyahkan keinginan Mira untuk berpisah, juga salah satunya karena Deri yang memang tak bisa jujur jika tak sayang lagi ke Mira.
Apa salahnya kalau jujur, jika mencintai wanita lain dari pada istrinya. Kan, tak perlu menunggu lama untuk berpisah. Juga agar Mira tidak di nilai oleh ayah Deri, sebagai istri yang tak tau malu. Sebagai yang memang menginginkan perpisahan.
Untuk saat ini, Ya! Memang Mira bertahan dan tetap tak ingin ayah Deri memutuskan hubungan kerjasama dengan ayahnya.
Tapi balik lagi. Kalau semua sudah selesai, maka Mira akan melakukannya sendiri tanpa menunggu persetujuan dari Deri.
Karena Aldi...
Karena cinta pertamanya yang telah membuktikan semua janjinya ke Mira.
"Aku Janji, Di... tapi, berikan aku kesempatan untuk membuktikan jika aku tulus meminta maaf ke kamu." Gumam Mira sembari berjalan mendekati mobil.
Sang supir pribadi, dengan sigap membukakan pintu mobil bagian belakang.
Dan setelah Mira berada di dalam mobil, maka si supir menjalankan mobil ke tempat yang baru di sebutkan oleh Mira barusan.
.
.
Sengaja Mirandah ke Club malam setelah meninggalkan kantor Johan dan Aldi tadi. Tujuannya untuk mencari hiburan atas kesedihannya yang juga masih tak mendapat respon baik dari Aldi.
Setelah kepalanya pusing. Juga waktu yang telah menunjukkan pukul 12 malam. Maka Mira pun memilih untuk pulang.
Tiba lah dia di rumah...
"Dari mana?" Deri rupanya seperti biasa, menunggu Mira di ruang tamu. Kondisi Mirandah yang telah mabuk, seakan tak mendengar pertanyaan dari Deri. Berjalan berlalu begitu saja.
Deri beranjak dan mengejar langkah Mira. Di pegangnya pundak kanan wanita itu, lalu memaksanya berbalik kepadanya. "Aku tanya, kamu dari mana?"
Mirandah menatap wajah Deri dengan senyum menyeringai. "Gak liat apa, aku mabuk gini? Masa gak tau, aku dari mana."
"Kamu ke Club malam lagi?"
"Kalo iya, kenapa?"
"Mir... aku itu suami kamu, tidak bisakah kamu bersikap yang semestinya sebagai seorang istri?"
"Itu terus yang selalu kamu katakan... Kalo aku bukan istri kamu, ngapain aku tinggal di rumah kamu?" Mira menjawab sembari tersenyum menyeringai.
Akhirnya terjadilah hal yang memang sering terjadi. Pertengkaran mereka tak terelakkan lagi. Deri bertahan agar tak melayangkan tamparan ke wajah sang istri, yang menurutnya tak ada perubahan sikap hingga sekarang.
Malah yang ada, Mira yang terlihat paling emosi. Di ungkapkannya lah semua hal yang terjadi sejak awal. Mulai dari perkenalan mereka, juga kedekatan mereka. Hingga kedua orang tua mereka pun ikutan dekat.
Padahal Deri sama sekali tak pernah membahas masalah bisnis orang tua mereka. Entahlah! TS pun tak mengerti siapa yang salah di sini. Mira yang juga sebetulnya tak bisa mengungkapkan amarahnya yang terpendam selama ini ke Deri, juga Deri yang tetap bersikap mengalah dihadapan Mira. Siapapun yang akan melihat sikap Deri, tidak akan menganggap Deri yang salah dalam hubungan rumah tangga ini.
Karena tak ingin panjang, maka Deri berjalan meninggalkan Mira menuju ke kamarnya.
Flashback End...
Siapapun yang akan melihat foto di dalam HP istri, akan melakukan hal yang sama dengan Deri saat ini. Sekian lama Deri hanya diam, karena saking cintanya ke Mirandah. Maka ia tak sanggup untuk tidak mengatakan ke Mira langsung.
Semalam, dia telah mencopy tiga foto tersebut dari ponsel Mira. Dan pagi ini, di tunjukkannya foto tersebut.
"Apa ini?" Mira terdiam. Juga menarik nafas setelah melihat foto di layar ponsel Deri.
"Foto aku di cium sama Aldi. Kenapa emang?" Mira bertanya balik. Masih saja menujukkan sikap angkuh dihadapan Deri.
"Mir... belum cukupkah kamu menyakitiku? Ibu baru meninggal, kamu buat ulah seperti ini lagi? Arghhhhhhh!" Deri mengerang penuh emosi. Sembari menahan agar kedua tangannya tak bergerak menghajar wajah sang istri.
"Menurutmu... aku menyakitimu?"
"Ini apa? Kenapa kamu mencium pria lain... padahal kamu itu istri aku Mir."
"Entahlah... terjadi begitu saja, aku juga lepas kontrol." Mira menjawab dengan santai.
"Mir... aku tau, kamu pasti akan menceraikanku kalo kerja sama ayah selesai. Tapi, tidak bisakah kamu mengharagaiku... memberikanku kesempatan untuk membuktikan jika aku juga pantas untuk memiliki kamu selain Aldi."
"Sudahlah Der... kan ini hanya kejadian yang tak di sengaja saja," kata Mira dan ingin melangkah meninggalkan Deri begitu saja seperti biasanya.
"Tak di sengaja katamu?"
"Terus... masa iya aku yang memaksa Aldi untuk berciuman?"
"Jadi Aldi yang memaksamu untuk berciuman?"
"Menurutmu?"
Deri menarik nafas dalam-dalam. Kemudian menatap Mira dengan amarah.
"Apa kamu mau aku tunjukkan foto ini ke ayah kamu dan ayahku?" mendengar itu, sontak Mira menghentikan langkahnya.
Ia menoleh dan menatap wajah Deri dengan tajam. "Kenapa rumah tangga kita, harus ada campur tangan orang tua sih... Dewasa Der... jangan kayak anak kecil kek gini."
"MIR... AKU CUKUP DIAM SELAMA INI. TAPI KAMU YANG MEMANG GAK PERNAH MENGHARGAIKU SEBAGAI SUAMI."
"Sudah ah... jangan teriak-teriak, sakit kuping nih."
Karena tak mampu menahan emosi yang telah meluap-luap, juga kecemburuan karena ini sudah jelas-jelas telah merusak harga dirinya sebagai seorang pria juga sebagai seorang suami. Maka Deri pun menarik nafas dalam-dalam sesaat. "APA KAMU MAU ALDI MASUK PENJARA LAGI? IYA!"
"Maksud kamu?"
"Dengan foto ini, aku bisa memenjarakan Aldi lagi... agar dia gak mengganggu mu lagi!"
Mira menyeringai sesaat. "Cihhh! Aldi gak bodoh... juga gak akan bisa tertangkap lagi hanya dengan bukti cemen kek gitu, Der!"
"Mungkin Aldi memang bekerja di Firma Hukum... tapi, aku juga punya kekuatan di kepolisian. Kamu lupa yah?"
Mendengar itu, Mira menghela nafas. Juga memikirkan kata-kata Deri, sembari membenarkannya. Karena Deri memang mempunyai koneksi kuat di kepolisian, berasal dari kekayaan sang ayah, juga memang almarhumah sang ibu yang mantan seorang Jaksa terkenal di ibu kota.
"Aku ngelakuin ini, agar orang tua kamu gak menyalahkanmu Mir." Gumam Deri membuat Mira menarik nafas kembali.
"Gak ada cara lain, selain tidak pakai jalan hukum?"
"Kecuali kamu mengaku, jika kamu memang yang mencium Aldi."
"MENGAKU?" Teriak Mira tiba-tiba. "JADI KAMU ANGGAP AKU WANITA MURAHAN?"
"Maaf Mir... tapi-"
"Sudahlah Der... aku malah berantem melulu sama kamu, lakukan apa yang harus kamu lakukan sebagai seorang suami. Aku capek! Mau tidur lagi..."
"Baiklah... aku akan bersikap sepantasnya sebagai suami, dan berharap Aldi bisa membuktikan jika memang bukan dia yang melakukan di awal."
"Silahkan..." Mira cuek, dan berjalan meninggalkan Deri dengan pikiran yang berkecamuk. Harapan Cuma satu, Aldi dapat mematahkan tuduhan dari Deri, dan juga tak merugikan pihak Mira nantinya.
.
.
Dan disinilah Deri berada.
Bersama kenalannya seorang Kanit Reserse, Deri baru saja melaporkan Aldi dengan tuduhan yang awalnya ia belum yakin. Namun setelah melihat foto tersebut, menurut Kanit jika kasus yang dilaporkan akan di pakai 'Tindak Pidana Pelecehan Seksual'. Sebagaimana di jelaskan di Undang-Undang, pada KUHP yang menjelaskan Pasal 281 KUHP. Dikatakan bahwa kesopanan dalam arti kata kesusilaan merupakan perasaan malu yang berhubungan dengan nafsu kelamin. Misalnya bersetubuh, meraba buah dada perempuan, meraba tempat kemaluan wanita, memperlihatkan anggota kemaluan wanita atau pria, mencium, dan lain sebagainya.
Orang yang melakukan pelecehan seksual dapat dituntut dengan dasar Pasal 281 KUHP, karena perbuatan tersebut menyerang kehormatan yang mengenai nafsu kelamin.
Juga karena
Bukti Permulaan yang Cukup, maka sesuai Pasal 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ("KUHAP"), maka di keluarkannya Perintah penangkapan kepada Aldinata Syaputra yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
KUHAP dengan tegas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "bukti permulaan yang cukup" ialah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana sesuai dengan bunyi Pasal 1 butir 14 KUHAP. Pasal ini menentukan bahwa perintah penangkapan tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi ditujukan kepada mereka yang betul-betul melakukan tindak pidana. Jadi, bicara soal Pasal 17 KUHAP, maka pasal ini tidak terlepas dari ketentuan Pasal 1 butir 14 KUHAP yang berbunyi; Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Merujuk pada Pasal 17 beserta penjelasannya, tidak ada ketentuan yang eksplisit menyebutkan apa saja bukti permulaan yang cukup itu. Namun kemudian, dalam putusannya bernomor 21/PUU-XII/2014 Mahkamah Konstitusi menyatakan inkonstitusional bersyarat terhadap frasa "bukti permulaan", "bukti permulaan yang cukup", dan "bukti yang cukup" dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP sepanjang dimaknai minimal dua alat bukti sesuai Pasal 184 KUHAP.
Dan alat bukti yang sah yang telah berada di tangan Kanit, yaitu pernyataan Korban. Yang entah darimana Deri dapatkan, juga tiga foto yang meruju ke kejadian 'Berciuman' dengan alasan ketidak berdayaan korban tanpa melakukan perlawanan. Mengenai saksi, sekalian akan di undang para karyawan yang bekerja di Tempat Kejadian Perkaran (TKP).
Juga...
Kanit pun melakukan tindakan secepatnya, yah karena dukungan 'Pemulus' dan faktor 'X' hingga dengan ceroboh tanpa memikirkan banyak hal, akhirnya mengeluarkan surat penangkapan kepada yang bersangkutan.
~ •○●○• ~
Present...
Melihat adanya dua Jaksa dan juga seorang pengacara yang baru-baru ini namanya naik daun, awalnya membuat ke-empat anggota kepolisian sempat keder. Namun, karena perintah oleh atasan maka mau gak mau ia pun memberanikan diri menunjukkan surat penangkapan atas nama 'Aldinata Syaputra' dengan tuduhan telah melakukan tindak pidana pelecehan seksual.
Ke-lima orang yang berada dalam ruangan tentu saja terkejut, setelah mendengar kasus yang di tuduhkan ke Aldi. Mirandah? Sherly pun tampak sedang berfikir. Di tatapnya wajah Aldi, dengan kening mengernyit.
Juga baik Amanda maupun Alexa, ikut menoleh ke Aldi.
Johan sendiri, beranjak berdiri. Namun Aldi segera menggerakkan tangan kanan, menghentikan Johan untuk melakukan sesuatu.
Aldi lalu berdiri dari duduknya. "Saya Aldi Pak,"
"Silahkan ikut kami ke kantor untuk di lakukan pemeriksaan, Pak Aldi."
Sherly yang merasa adanya keganjalan dalam kasus kali ini, juga karena merasa kejadian ini seperti Dejavu baginya. Yang pernah menyalahkan Aldi tanpa bukti yang kuat, hingga Aldi mendekam di penjara selama 4 tahun lebih lamanya. Akhirnya berdiri sembari menatap tajam ke petugas polisi yang berjalan ingin menarik Aldi ikut dengan mereka. "Tunggu! Anda tidak boleh menangkap seseorang tanpa adanya bukti yang kuat."
"Sher... biar-"
"Sorry Di, saya gak mau kejadian dua kali terjadi lagi... Pasti kamu mengerti dengan maksud saya, kan."
Aldi akhirnya tersenyum, dan menganggukkan kepala. Memang hal inilah yang sedang ia tunggu, Sherly bereaksi.
"Ada CCTV kok Pak." Amanda ikut menimpali.
"Maaf, kami dari kepolisian tetap akan melaksanakan tugas untuk membawa sudara Aldinata ke kantor... Kami harap Ibu Jaksa mengerti."
"Kami juga punya Hak, untuk menahan agar petugas tak membawa 'Tersangka' karena 'Atas Asas Praduga tak bersalah' seseorang... Mau berdebat masalah Kitab Undang-Undang Hukum yang berlaku? IYA!" Sherly berdiri dan masih saja menatap tajam ke petugas itu.
MATI LOE! Para Readers Menghujam para petugas kepolisan. Eh salah yah! TS SAY
"Kami punya buktinya..." Kata petugas itu, kemudian mengeluarkan selembar copy 'Foto' yang memang telah dijadikan alat bukti satu-satunya untuk mengeluarkan surat penangkapan tersebut. Juga keterangan 'Korban' yang menerangkan jika dirinya tak berdaya saat di paksa berciuman dengan tersangka.
Aldi hanya tersenyum menyeringai. Kemudian kembali duduk, dan memang sengaja membiarkan Amanda, Sherly maupun Johan mempelajari bukti tersebut. Justru, Aldi membuka ponsel dengan cuek sembari bermain game.
Lexa, menoleh. "Kok loe bisa secuek itu sih, Di?" bisik Lexa.
Aldi menoleh dan menatap Lexa dengan senyum tipis. "Udah biasa kok,"
"Ck...ck... Pantas!"
"Pantas apaan?"
"Loe cuek banget."
"Kan udah pernah ngerasain hidup di Bui... Hehehe," Aldi menjawab masih dengan berbisik pelan.
"Ohhh i see... Hehehe,"
"Dah... tungguin aja mereka bekerja. Yah! Itung-itung, biar tuh para Ibu Jaksa sadar! Seperti apa sih, tugas seorang penegak Hukum yang semestinya." Amanda ternyata mendengar ucapan Aldi, ia menoleh dan menatap Aldi sambil geleng-geleng kepala.
"Gue dah sadar!" gumam Amanda membalas ucapan Aldi.
"Goodlah!" Kata Aldi sembari menggidikkan dua bahu, membuat Amanda mencibirnya.
Sherly yang telah melihat dan mempelajari secara seksama, akhirnya geleng-geleng kepala. "Kalo melihat dari foto/bukti yang ada... Sepertinya 'Dari posisi berciuman mereka' ini, apakah ia tersangka/Aldi memaksa korban yang posisinya malah berdiri, sedangkan Aldi sendiri sedang duduk. Gimana yah, bisa di illustrasikan kejadian tersebut?"
"Maaf Bu, kami hanya menjalankan perintah."
"Saya juga bekerja sebagai penegak hukum seperti bapak-bapak sekalian, tapi tidak pantas kalian menangkap seseorang tanpa adanya bukti yang kuat seperti ini."
"Gue akan menjadi 'Penasehat Hukum Bapak Aldi'." Kata Johan menyela.
"Boleh ikutan gak?" Amanda pun nunjuk tangan.
Tentu saja, para anggota kepolisan makin keder dibuatnya. Tak mampu lagi mengeluarkan kata-kata, yang hanya bisa mereka lakukan adalah menunggu 'Bukti' ketidak bersalahan Aldi yang akan di tunjukkan oleh ketiga ahli hukum dalam ruangan.
"Silahkan duduk dulu bapak-bapak." Kata Johan mempersilahkan ke empat petugas untuk duduk.
"Kami di luar saja," ketiga polisi yang masih berdiri di dekat pintu, pun berucap.
"Saya saja Pak," petugas satunya lagi, yang berada dalam ruangan yang menunggu.
"Bentar... gue cek rekaman CCTV dulu," kata Johan selanjutnya. "Di, kejadian nya kapan?"
"Hmm, lupa sih... tapi seingatku, yang pas si boss ngasih berkas kasus 378 kemarin sih." Kata Aldi masih dengan sikap santai, dan percaya memang jika dirinya gak bersalah kali ini.
"Ohhh i know... wait," Johan segera beranjak dan berjalan meninggalkan ruangan.
Sembari menunggu, Amanda tampak menatap para petugas dengan berbagai pikiran. Mengingat juga karena kejadian ini, makin membuka kedua mata Amanda. Dimana rupanya memang sering terjadi kasus pelanggaran terhadap hak tersangka, terdakwa dan terpidana yang terjadi dinegara yang sangat kita cintai ini.
Dan tak jarang kejadian, seorang yang di anggap 'Tersangka' digeledah, ditangkap, ditahan, dan dipenjara namun kemudian terungkap fakta bahwa dia tidak bersalah. Mungkin masih segar dalam ingatan Amanda atas kasus Alexa baru-baru ini.
Pada prinsipnya sepertinya mungkin ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut. Pertama, aparat yang berwenang bisa jadi mau cari mudah, maksudnya bahwa penyidik atau penuntut terkadang mengabaikan prosedur yang telah ditentukan ketika melakukan penyidikan dan pemeriksaan. Untuk mendapatkan pengakuan, seseorang kadang dipaksa dengan berbagai modus bahkan mungkin sampai disiksa.
Kedua, masih banyak warga masyrakat yang kurang mengetahui hak-haknya terutama ketika digeledah, ditangkap, ditahan, maupun ketika dipenjara. Akibatnya ketika menghadapi masalah hukum, mereka menurut saja apa yang dilakukan pihak yang berwenang/aparat penegak hukum, bahkan perlakuan yang bertentangan dengan KUHAP/aturan yang berlaku sekalipun diterima begitu saja.
Penyidik/pejabat/pihak yang berwenang bisa menyambangi rumah kita atau menghampiri kita kapanpun dan dimanapun kita berada dengan maksud untuk menangkap. Kita mungkin kaget/terkejut atau bahkan shock.
Dan inilah pelajaran buat para readers yang membaca tulisan ini.
Mau dibaca monggo, mau gak dibaca (Skip) Monggo juga...
[quote]Untuk menghindari hal-hal tersebut mungkin ada baiknya kita mengetahui seluk-beluk penangkapan. Penting juga untuk anda cermati adalah mengenai apa alasannya dan apakah proses tersebut telah mengikuti mekanisme/prosedur yang telah diatur dalam ketentuan yang berlaku.
Berikut hal yang berkaitan dengan penangkapan dalam peradilan pidana yang mungkin dapat menjadi sedikit informasi yang bermanfaat untuk kita semua seperti mengetahui hak-hak kita sekaligus memastikan bahwa kita ditangkap sesuai dengan prosedur
1. Hakikat Penangkapan
Penangkapan adalah tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan seseorang apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau pengadilan. Artinya bahwa tindakan penangkapan ini dilakukan terhadap seseorang yang diduga keras telah melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup, bukti permulaan minimal didasarkan pada dua bukti atau keterangan terkait tindak pidana yang dilakukan, misalnya adanya barang bukti dan keterangan saksi/ahli
2. Para Pihak Yang Berwenang Melakukan Penangkapan
Pihak yang berwenang melakukan penangkapan adalah penyidik dan penyidik pembantu. Penyidik terdiri dari pejabat polri dengan pangkat minimal inspektur dua dan PNS yang diberi wewenang khusus oleh UU yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I (golongan II/b atau yang disamakan dengan itu) sementara penyidik pembantu terdiri dari pejabat polri dengan pangkat minimal Brigadir Dua dan PNS dilingkungan POLRI dengan pangkat minimal Pengatur Muda (golongan II/a atau yang disamakan dengan itu)
3. Persyaratan Penangkapan
Suatu penangkapan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu :
Penangkapan dilakukan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan atau peradilan.
Penangkapan dilakukan setelah memiliki suatu bukti permulaan yang cukup.
Penangkapan dilaksanakan berdasarkan surat perintah penangkapan yang ditandatangani oleh kepala kesatuan atau instansi misalnya Kapolda, Kapolres atau Kapolsek.
Penangkapan dilakukan terhadap tersangka pelaku pelanggaran yang mangkir dua kali berturut-turut tanpa alasan yang sah saat dipanggil oleh penyidik.
Petugas pelaksana wajib berita acara penangkapan setelah dilakukan penangkapan.
Jangka waktu penangkapan paling lama sehari. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kejelasan status orang yang ditangkap apakah selanjutnya ia ditahan, wajib lapor atau dilepaskan. Bila pejabat yang berwenang menangkap seseorang lewat dari sehari maka dapat dikategorikan pejabat tersebut telah melakukan tindakan sewenang-wenang (pasal 19 ayat (1) KUHAP).
4. Tata Cara Penangkapan
Tata cara penangkapan yang diatur dalam KUHAP yakni :
Harus memperlihatkan surat tugas kepada tersangka dan keluarga tersangka.
Memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa. (Jangan Maen Nerimo ae).
Menyerahkan surat perintah penangkapan kepada keluarga tersangka segera setelah penangkapan dilakukan.
5. Isi Surat Perintah Penangkapan
Surat perintah penangkapan dalam prakteknya menggunakan model Serse : A. 5 dan memuat beberapa poin antara lain :
Pertimbangan dan dasar hukum tindakan penangkapan.
Nama-nama petugas, pangkat dan jabatan.
Identitas tersangka yang ditulis lengkap dan jelas.
Uraian singkat mengenai tindak pidana yang disangkakan.
Tempat/kantor tersangka akan diperiksa.
Jangka waktu berlakunya surat perintah penangkapan.
Hak-hak Ketika Ditangkap.
Walaupun ditetapkan sebagai tersangka namun seseorang tetap mempunyai hak-hak yang harus diperhatikan oleh penyidik, antara lain
1) Hak untuk meminta surat tugas dan surat perintah penangkapan terhadap dirinya kepada petugas yang melakukan penangkapan.
2) Hak untuk meminta penjelasan tentang tuduhan kejahatan yang dituduhkan kepadanya, tempat ia akan dibawa/diperiksa atau ditahan, serta bukti awal terhadap tuduhan yang dituduhkan kepadanya.
3) Hak untuk diperlakukan sebagai orang yang tidak bersalah.
4) Hak untuk memperoleh perlakuan yang manusiawi dan hak-hak yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, selama masa penangkapan atas dirinya.
5) Hak untuk mendapatkan juru bahasa atau penerjemah yang akan menjelaskan kepada tersangka bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami.
6) Hak untuk mendapatkan juru bahasa yang menguasai bahasa isyarat apabila ia seorang tunarungu atau tunawicara.
7) Hak untuk segera mendapat pemeriksaan dari polisi atau penyidik.
8) Hak untuk didampingi oleh satu atau lebih penasihat hukum yang ia pilih sendiri untuk mendapatkan bantuan hukum.
9) Hak untuk mendapatkan penasehat hokum secara Cuma-Cuma atau gratis.
10) Hak untuk mengungkapkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan tanpa adanya tekanan.
11) Hak untuk diam dalam arti tidak mengeluarkan penyataan ataupun pengakuan. Jadi tidak diperkenankan adanya tekanan.[/quote]
"Ini silahkan di putar rekamannya." Johan telah tiba di ruangan, dan membawa FD.
"Pake laptop saya saja, biar sekalian saya copy videonya." Kata Sherly sembari membuka laptop.
KLIK!!! Play.
Rekaman kejadian mulai terputar. Di video memperlihatkan Aldi yang sedang duduk di dalam ruangan, dan tak lama datangan seorang wanita. Sherly dan Aldi mengenal wanita itu, yah! Dialah Mirandah.
Kemudian wanita itu melangkah masuk ke dalam ruangan, sembari menutup kembali pintu. Saat telah berada di ruangan, tampak Mirandah sedang berdiri memperhatikan seisi ruangan.
Dan sepertinya juga baru saja terlihat mengatakan sesuatu.
Terjadi obrolan sesaat. Dan Mira pun menarik kursi di sebelah Aldi. Duduk sembari menatap Aldi.
Mereka mengobrol lagi...
Tapi disini, terlihat jelas jika orbolan di dominasi oleh Mirandah.
Sherly, Amanda pun sempat menoleh ke Aldi saat menyaksikan rekaman video.
Sherly tersenyum, mengangguk seakan mengatakan 'Bukti Jelas, kamu gak bersalah!'. Aldi membalas anggukan kepala Sherly dengan senyuman, dan sama sekali tak membalas tatapan dari Amanda.
Amanda menghela nafas, karena di cuekin. Kemudian melihat kembali video tersebut.
Aldi dan Mirandah masih mengobrol.
Dan selanjutnya yang terjadi, wanita itu menangis.
"Sungguh memalukan." Gumam Amanda setelah melihat video itu.
"Dia cewek kamu Di?" bisik Lexa ke Aldi.
Aldi hanya menggelengkan kepalanya.
"Terus?"
"Panjang ceritanya."
"Ohhh..."
Rekaman menunjukkan jika dimana Amanda telah memegang lengan Aldi. Bahkan ketiga perempuan dalam ruangan, merasa malu sendiri melihat sikap Mirandah di video. Mirandah lalu menggenggam kedua tangan Aldi. Seperti menginginkan sesuatu dari Aldi.
Dan setelah ngobrol lagi, Mirandah melepas genggamannya di tangan Aldi. Menatap Aldi dengan senyuman lembut, kemudian ia beranjak berdiri.
Mira lalu berjalan mendekati Aldi.
"Ini dia kayaknya." Gumam Amanda sesaat.
Mira lalu meraih ponselnya. Dengan cepat membungkukkan badan, menarik kepala Aldi. Lalu melumat bibir Aldi dengan bringas.
"NAHHHHHH!"
"Busyet... ini mah, si Aldi yang pen di perkosa." Kata Johan speechles melihat rekaman tersebut.
Dan terlihat sekali jika memang Aldi yang tak menginginkan kejadian tersebut. Karena Aldi lalu mendorong paksa tubuh Mira, hingga membuat wanita itu terdorong ke belakang.
Dan...
PLAK! Aldi lalu menampar pipi Mira dengan keras. Semua orang, membelalak, menganga melihat sikap Aldi dan juga kejadian tersebut.
"Kenapa gak di jambak aja," gumam Amanda.
"Sangar juga loe Di." Lexa menimpali.
"Ck...ck...ck, dasar borokokok! Ada juga yang jadi korban PHP loe tuh," Johan menambahkan.
Dan tak lama, video pun di off-kan.
"Sudah jelaskan Pak... siapa yang salah di sini?" kata Sherly yang memang terlihat paling tenang.
"Tapi Bu?"
"Kalo memang di butuhkan, saya, Ibu Amanda juga, dan Pak Johan... akan menjadi pendamping Pak Aldi dalam pemeriksaan nanti, tapi... Jangan salahkan saya, jika setelah Pak Aldi bebas, kami yang akan menyerang/menuntut pihak bapak telah menangkap seseorang yang tak bersalah. Bagaimana?"
Petugas itu terdiam...
"Berani menerima konsekuensinya?"
"Gue dah rasain sih, Pak... Menangkap orang yang gak bersalah." Kata Amanda sesaat, menoleh ke Lexa dengan senyum kecut. "Makanya, mending bapak gak perlu melanjutkan pemeriksaan ini. Toh, pihak bapak yang akan di rugikan nanti." Kata Amanda selanjutnya.
"Bawa kembali surat penangkapan kalian, dan sampaikan salam saya buat Pak Kanit." Kata Sherly.
Setelah berfikir, maka para petugas kepolisian itu pun akhirnya mengikuti keinginan Sherly.
"Baiklah Bu Jaksa... kami akan melaporkan ke pimpinan, dan akan di masukkan ke berita acara penolakan," ujar petugas itu.
Meski mereka hanya menjalankan tugas sebagai penyidik yang tentu saja, perintah langsung dari KANIT yang mempunyai pertimbangan sendiri menangkap dan memerintahkan langsung menahan Aldi. Yang dikhawatirkan, akan melarikan diri, menghilangkan barang bukti dan mengulangi perbuatannya jika tak ditahan.
Dan dengan ini, Aldi pun di sertai kuasa hukum (JOHAN) dan dibantu oleh dua Jaksa, berita acara yang akan dibuat yaitu menolak menandatangani surat penahanan. Menolak menandatangani surat penangkapan kepolisian atas tuduhan 'Pelecehan Seksual' yang dilaporkan oleh suami Korban Ibu Mirandah.
"Baiklah Bu, kalo begitu kami permisi dulu... Maaf sudah mengganggu waktu bapak dan ibu sekalian."
"Terima kasih, jangan lupa... titip salam buat Pak Kanit."
"Salam juga dari Amanda yah Pak." Amanda ikut menimpali.
"Baik Bu."
Sepeninggalan para petugas kepolisian, mereka menarik nafas dalam-dalam. Lalu, semua pandangan pun langsung tertuju ke Aldi.
"Sepertinya loe kudu jelasin nih ke kita semua, kenapa, dan siapa dia... Jangan sok diam kek gitu." Kata Johan sesaat.
"Betul itu Di, jangan sampai dikemudian hari dia melakukan hal yang sama lagi." Amanda menimpali.
Sherly sendiri hanya mengangguk, tapi sejujurnya dalam hati dia mengetahui seperti apa hubungan Aldi dan Mirandah dulunya. Toh juga, mereka pernah bertemu, juga Aldi pernah menjelaskan meski singkat, ke Sherly.
Lexa, ikutan menoleh yang memang duduk di samping Aldi. "Kalo belum siap cerita, gak apa-apa." Bisik Lexa.
"Kenapa kalian membantuku?" Degh!!! Mendengar itu, semua orang menatap Aldi dengan speechless.
"Busyet dah..." Gumam Johan.
"Serius loe Di... Keknya bukan loe banget deh." Amanda pun ikut bersuara.
"Sudahlah... lupakan aja," Aldi pun mengalihkan pembicaraan, sembari menarik nafas dalam-dalam.
Sherly hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
"Keknya loe punya PR, kudu cerita ke gue deh Di." Lexa lagi-lagi berbisik ke Aldi. Dan itulah yang membuat Amanda menatap mereka berdua dengan cemberut. Aldi sendiri tak memberikan respon/jawaban atas perkataan Lexa.
Ia lalu kembali menatap semua orang. "Yang jelas, asal kalian tau... Yang terjadi sebenarnya bukan kesalahan dia." 'Dia; disini yang dimaksud Aldi adalah Mirandah.
"What?" Amanda terkejut.
"Ahhhhhh capek kalo berurusan ma nih borokokok! Dah ah, mending kita capcus aja, nyari apa kek di luar." Kata Johan sembari beranjak berdiri.
Lexa lagi-lagi menoleh. "Sepertinya, dia cinta pertama loe."
"Lex... loe kenapa berbisik mulu sih ma Aldi? Huh!" Amanda pun akhirnya memprotes apa yang dilakukan Lexa dan Aldi.
Sontak, semuanya berganti dari menatap ke Aldi. Kini malah menatap ke Amanda.
"Eh! gue salah ngomong yah?" tanya Amanda yang tersadar.
"Gak kok!" kata Lexa.
"Adek gue mah, gak bakal pernah salah ngomong."
Amanda menoleh, dan menatap ke Aldi. Dan anggukan kepala Aldi, pun malah yang menjawab pertanyaan Amanda, jika dirinya memang telah salah ngomong.
"Ada yang 'jealous' kayaknya. Hihihi!" bisik Lexa lagi ke Aldi.
"Udah deh, ntar kalian berantem lagi." Aldi menjawabnya.
"Oopsss!"
"Btw, saya sepertinya gak ikut kalian yah.." Sherly bersuara. Dan yang lain memandang kepadanya.
"Emang mau kemana?" tanya Johan.
"Pengen istirahat sih,"
"Jiahhhh. Kak Sher, ikutan aja yuk!" kata Amanda.
"Bos! Mending kalian berdua aja... Aku, ma dua 'Nenek Sihir' ini aja. Katanya Lexa kan mau traktir." Aldi lalu ikutan bersuara.
"Gak asyik donk, kalo gak ada kak Jo ma kak Sherly." Kata Lexa menimpali.
"Hmm, tapi gak usah sampe malam banget yah..." kata Sherly yang akhirnya ingin mengikuti mereka.
"Oke deh."
"Ya udah yuk!"
~ •○●○• ~
Flashback...
Bang Ben, itulah nama dari seorang mantan anggota kepolisian, juga mantan nara pidana yang saat ini sedang menjalankan tugasnya. Beberapa jam setelah bertemu dengan 'Pihak Pemberi Kerja' akhirnya dia pulang dengan menggunakan motor kesayangannya, Kawasaki Ninja 250cc yang telah dimodifikasi dengan aliran Cafe Razer, melewati beberapa gang yang terkenal akan kejahatan yang sering terjadi disekitaran wilayah tersebut.
Malam ini, ia baru saja mendapatkan suatu pekerjaan yang baru beberapa bulan ini ia geluti. Sebagai seorang debt collector.
Rupanya tempat TO, berada tak jauh dari rumah seseorang yang memang selama ini ia pantau. Tiba-tiba Bang Ben menghentikan laju motornya karena mendengar suara jeritan seorang wanita.
Bang Ben melepas helm lalu menoleh ke kanan.
'Rumah Kebakaran' dan Sekilas pria itu seperti akan pergi mengacuhkan apa yang dia lihat barusan. Inilah kesalahan yang ia lakukan. Membiarkan teriakan wanita itu tanpa berusaha melakukan sesuatu.
Bang Ben paham betul siapa pemilik rumah yang terbakar. Seringaian tipis tersirat di wajahnya. Kemudian ia melajukan kembali motornya menuju ke tempat yang semestinya.
Tiba di depan rumah TO, bang Ben melepas helm. Kemudian turun dari motor.
Dua orang berdiri di dekat pintu masuk, mengetahui kedatangan bang Ben, langsung bersiaga penuh.
"Hmm, sepertinya ada yang sok jagoan nih..." Gumam Bang Ben.
Sekilas pria menyeringai, lalu melangkah dengan santai. Sesaat ia menghentikan langkahnya, "Ada Pak Sodiq?"
"Siapa anda?"
"Gak usah banyak nanya." Kedua orang itu, berpandangan sesaat. Kemudian mereka menyeringai.
Bang Ben sendiri, menggerakkan kepala ke kiri dan kekanan sambil menatap ke arah para pria itu dengan sangat tajam. "Gue... lagi haus mangsa."
"Hahaha, sombong bener loe."
Bugh... bugh... bugh...!!! Dengan santai, ia menghajar dua pria itu tanpa mengatakan apapun. Saat ia mencekik seorang dari mereka dengan penuh kemarahan. Tiba-tiba seorang pria lainnya berlari keluar dari rumah.
"Loe yah yang namanya Sodiq?" Sontak, pria itu menghentikan langkahnya. Tubuhnya bergidik saat mendapati tatapan tajam dari Bang Ben.
Bang Ben melepas kedua pria sebelumnya.
"Iya... ka-kamu suruhan Pak Ilo?"
"Iya."
Ternyata Bang Ben mengetahui, jika salah satu pria yang tadi ia serang. Bangkit dan mulai menyerang Bang Ben dari belakang. "Bangsat..." Tap... Kriekkkk...!!! Saat baru saja ingin menerjang, lengannya ditahan lalu di tekuk ke belakang hingga terdengar suara bunyi sepereti tulang patah.
"Game Over." Bang Ben melepas pria itu, lalu menghadiahkan sebuah bogem mentah di pelipis kirinya. Bugh!!!
.
.
Akhirnya Bang Ben sudah mendapatkan sejumlah uang untuk membayat hutang Sodiq ke Pak Ilo. Juga menunjukkan jika pekerjaan Bang Ben berhasil, dan tentu saja akan mendapat bayaran yang setimpal atas kerjanya hari ini.
Bang Ben dengan santainya melangkah menuju ke motornya.
BRUUUUMMMMM!!! Bang Ben mengendarai motornya.
Dalam diamnya, ia mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya. Dan akhirnya, setelah memikirkan yang paling terbaik. Bang Ben berniat menolong wanita yang teriak tadi dari lantai dua.
Dia gak boleh membiarkan wanita itu tewas. Yah! Bukan hal itu yang di inginkan Bang Ben. Wajahnya terlihat penuh amarah.
Namun naas, dan terlambat Bang Ben tiba di TKP. Dimana saat ia tiba, rumah terbakar itu telah hangus. Api pun mulai padam, dan sebuah ranjang dorong mengangkut mayat seorang wanita menuju ke mobil ambulans.
Wanita itu tewas...
Padahal selama ini, Bang Ben sama sekali tak punya niat untuk menghabisi nyawanya. Dengan mata yang memerah, ia mengebyer laju motornya meninggalkan tempat kejadian.
Flashback End...
"Arghhhhhhhhhh!" Beni, baru saja teringat kejadian beberapa hari yang lalu. Kejadian yang membuat Beni merasakan penyesalan yang begitu besar.
Dan, untuk target berikutnya. Dia tak boleh gagal!.
Dan juga tak ingin kejadian yang sama terjadi terhadap target Beni yang kedua.
Dialah 'Sherly' yang memang orang kedua setelah Bu Jum yang tewas atas kebakaran rumahnya sendiri. Yang telah menuntut Beni bersalah atas apa yang ia tidak lakukan kala itu. Mengakibatkan, Beni mendekam di penjara selama 8 tahun lamanya.
~ •○●○• ~
Dua hari kemudian...
Dalam ruang persidangan, tampak Sherly yang saat ini bertugas sebagai Jaksa penuntut umum baru saja menghadirkan empat saksi dalam sidang kedua kasus narkoba atas terdakwa. Pria berumur 40an ini, tersangkut kasus narkoba merupakan Seorang Pejabat Tinggi Negara.
Dalam sidang yang dipimpin oleh hakim Merdin Muhajrin SH,M.Hum ini, jaksa penuntut umum Sherly Deviana SH,MH menghadirkan empat saksi.
Dua saksi pertama yang dihadirkan adalah anggota Ditresnarkoba Polda. Sedang dua saksi kedua yang dihadirkan adalah Ketua RT.01/RW.01 Kelurahan ABB.
Dalam keterangannya, Saksi mengungkapkan kronologis penangkapan terdakwa merupakan hasil pengembangan dari penangkapan terdakwa lain. Yakni, seorang pria berinisial NW.
NW yang ditangkap terlebih dahulu di daerah BCD, kemudian mengungkapkan bahwa barang haram yang ia gunakan itu berasal dari pria lain berinisial DT. Dari pengembangan terhadap informasi itu, tim Ditresnarkoba Polda kemudian melakukan penangkapan terhadap DT di depan rumahnya pada tertera, sekira pukul 14.00 Wita.
Saat itu, NW menghubungi DT dan menyampaikan bahwa persediaan 'Barang Haram' habis dan meminta DT memberinya untuk dikonsumsi. DT yang mempercayai permintaan itu lalu menunggu NW. Polisi yang datang lalu melakukan penggeledahan di tubuh, di kamar serta mobilnya.
Dari tubuhnya, ditemukan Barang Haram. Sedangkan di kamar, polisi menemukan 'ALAT' yang digunakan oleh DT. Dan di mobilnya, polisi menemukan satu buah sweeter yang digunakan untuk mengelabuhi saat pengiriman barang haram itu.
DT juga membenarkan bahwa ia telah menggunakan barang tersebut untuk bersenang senang. Juga sesuai dengan keterangan dari saksi.
Dua saksi lain, juga mengaku cukup dekat mengenal DT dan keluarganya. Mereka yang dilibatkan saat penangkapan itu bahkan awalnya tidak menyangka kalau yang akan ditangkap terkait kasus narkoba itu adalah DT.
Dalam sidang tersebut, terdakwa kooperatif dan menjustifikasi keterangan yang diberikan para saksi.
.
.
Setelah sidang selesai, tampak Sherly merapikan peralatan dan juga berkasnya. Kemudian ia merentangkan dua tangan ke atas, meregangkan otot-ototnya. Lalu ia pun berjalan keluar dari ruang sidang.
Cukup lelah menjalani 4 sidang hari ini. Dan tak lama, ponselnya berdering tanda adanya panggilan masuk.
"Aldi?" gumam Sherly sesaat.
Sambil berjalan, Sherly menjawab panggilan telfon Aldi.
"Yah Di,"
"Sibuk kah?" tanya Aldi di seberang.
"Hmm, baru selesai nih sidang terakhir."
"Bos Jo kayaknya ada di sana juga yah?"
"Hmm, tadi sih dah pulang, kenapa gitu Di?"
"Tuh Amanda pengen ngajakin ketemuan."
"Ngajakin?" Entah mengapa, mendengar perkataan Aldi perasaan Sherly berkecamuk. Gak! Dia gak boleh larut dengan perasaan seperti ini. Sangat tak pantas, seumur dia menyukai seorang pria yang umurnya jauh dibawah dia.
Maka dari itu, ia pun berusaha tersenyum dan mengalihkan pikirannya.
"Iya, tapi aku malas euy."
"Kenapa malas?"
"Pengennya keluar ma kamu aja,"
"Etdahhh! Udah deh, berhenti menggombal kakak kamu."
"Kakak?"
"Kan emang sudah sepantasnya saya jadi kakak kamu,"
"Ya udah deh, kakak Sherly yang cantik dan menawan..."
"Arghhhh! Udah deh, berhenti ngegombal... atau gak, saya tutup nih telfonnya."
"Iya... iya maaf! Hehehe... btw, kamu masih di kantor kan? Tunggui Aldi,"
Dan...
Saat ingin menjawab perkataan Aldi. Seorang pria berjas hitam dan bertopi, berdiri di belakang Sherly.
"Ibu Sherly..." DEGH!!!
Still Continued...