Typo bertebaran!
Happy Reading
Seperti kebiasaan nya,tak henti-hentinya Cowok tampan yang banyak di gandrungi oleh kaum hawa menghisap rokok yang kini hampir di habiskannya sebungkus dalam dua hari. Pada hari biasa Mahesa mungkin hanya akan menghabiskan 3 batang atau maksimal 4. Namun karna hari ini Cowok itu sedang dalam keadaan kacau maka Mahesa melarikan diri pada bungkus rokok dan alkohol sebagai pelampiasan.
Kamar yang semestinya rapi kini sudah tak berbentuk. Barang-barang yang seharusnya tertata rapi kini tidak. Semua berceceran. Bayangkan saja kamar Mahesa penuh dengan pecahan kaca dan sisa rokok. Mungkin bisa dibilang seperti kapal pecah. Cowok itu sama sekali tidak menghiraukan keadaan kamarnya.
Semua kekacauan ini di sebabkan karna Papi nya akan segera menikah besok. Sejak kemarin Papinya berusaha membujuk Mahesa agar mau menghadiri acara tersebut. Bukan Mahesa namanya jika tidak memberontak. Cowok itu sudah merencanakan sesuatu untuk menghancurkan acara pernikahan Papinya. Namun sayang,Papinya justru sudah mengetahui akal busuk Mahesa. Maka jadilah acara pernikahan di gelar secara tertutup. Hanya rekan kerja penting dan beberapa kerabat keluarga yang diundang di hari berbahagia Papinya. Bahkan Mahesa yang notabe-nya seorang anak tidak tau dimana acara itu dilaksanakan.
Mahesa tertawa hambar. Hidupnya hancur sejak orang tua nya berpisah. Jika kalian bertanya dimana Mami Mahesa maka jawabannya,Maminya telah tiada karna kecelakaan tepat setelah hakim mengetuk Palu. Saat berniat ingin menyebarang tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang dan langsung membentur tubuh Mami nya. Pada saat itu Mahesa sangat terpukul. Cowok itu saja hampir melakukan bunuh diri.
Alasan yang membuat Mahesa membeci Papinya adalah,ketika Mami nya di panggil tuhan Papinya sama sekali tidak berada di sampingnya,melayat pun tidak. Mahesa melempar vas bunga dengan kasar,membuat benda itu hancur berkeping-keping. Kemudian Cowok itu tertawa meratapi hidupnya.
"Gue benci hidup." Lirihnya.
Cowok itu menatap pantulan dirinya di cermin. Cowok itu kembali tertawa melihat bertapa hancur nya dirinya. Tanpa segan-segan Cowok itu meninju cermin di depan-nya. Di benci dirinya.
"GUE BENCI HIDUP! GUE BENCI TUA BANGKA NGGAK TAU DIRI ITU. Gue benci diri gue. Gue benci. Benci." Lirihnya di akhir kalimat.
Darah segar mengalir dari tangan Mahesa. Perih. Cowok itu dapat merasakannya. Namun,itu bukan apa-apa di banding sakitnya dunia. Sempat ia berfikir apa tuhan tidak sayang dengan-nya? Siapa juga yang peduli dengan manusia hina sperti Mahesa. Pikir Mahesa.
Kaki yang digunakan untuk berjalan tertatih-tatih menuju nakas,Cowok itu berfikir untuk menelpon seseorang. Kakinya terasa perih,semua diakibatkan karena kaki Cowok itu tertancap pecahnya beling botol beer yang sebagai pelampiasan emosinya. Pelan-pelan jari jemari Cowok itu menyentuh layar ponsel dengan keadaan penuh darah. Bahkan layar ponselnya terkena banyak darah uang mengakibatkan bercak darah mengotori layar tersebut. Cowok itu menekan siapa saja untuk menolongnya.
"Tolongin gue." Nada bicaranya bergetar.
●°SOULMATE°●
Adelia
Angkasa lo ada dimana?
Anda
Rumah
Adelia
Gue kerumah lo yah?
Anda
Nggak
Adelia
Kenapa?
Anda
Nggak
Adelia
Nggak nya kenapa saaaa
Anda
Gue bilang nggak ya
Nggak
.
Adelia
Lo kenapa sih! Gue cuman
mau tau rumah lo,bukan minta makan.
Anda
Rumah gue kecil
Adelia
Gue nggak peduli
rumah lo besar atau
kecil.
Pokoknya gue mau kesana!
Anda
Emang tau alamat gue?
Adelia
Enggak. Hehe
Anda
Bego
Adelia
Ya makanya kasih tau!
Anda
Nggak.
Adelia
Saaa
Gue bosen!
Anda
Ga peduli
Adelia
Ngeselin!
Kasih tau saa
Gue cari google nih
Anda
Silakan
Adelia
Bunuh orang dosa
nggak sih!
Angkasa terkekeh melihat balada Adelia. Lucu pikirnya. Gerak-gerik Angkasa tak luput dari pandangan kedua orang tuanya.
"Mas,Angkasa waras nggak sih?" Tanya sang istri.
"Angkasa lagi kasmaran,udah biarin." Sang istri mengangguk kemudian tersenyum.
Anda
Dosa
Adelia
Au ah kesel
Anda
Oh
Adelia
Mati aja lu sono
Angkasa
Gue kesana
Adelia
Hah? Kemana Sa?
Read
Angkasa tak membalas. Cowok itu bangkit bergegas berganti pakaian kemudian memakai jaket. Melihat Sang Anak keluar kamar dengan rapih kedua orang tua nya berkerut.
"Mau kemana Sa? Rapih bener." Tanya Sang Ayah.
"Kencan." Kemudian pergi keluar rumah meninggalkan kedua orang tuanya yang saling berpandangan.
"Itu Angkasa nggak lagi ngelindur kan?" Sang Ayah mengangkat bahu nya acuh.
"Biarin. Mau pacaran kali."
Angkasa kerumah Adelia menggunakan bus. Yah,Cowok itu sudah biasa menggunakan transportasi umum sari kecil. Jadi tidak masalah. Cowok itu menatap pintu rumah di depannya. Kira-kira orang tua Adelia di rumah nggak ya? Kalo ia Angkasa jadi sedikit takut.
Cowok itu mengetuk pintu beberapa kali,tak lupa di sertai salam. Lama menunggu sang penghuni datang,Angkasa jadi bete sendiri. Sebenarnya ada orang dirumah nggak sih? Gerutunya di dalam hati. Sempat berniat untuk pulang Karna menunggu terlalu lama.
Sekali lagi Sa. Kalo nggak ada yang jawab lo boleh pulang.
Cowok itu kembali mengetuk pintu bercat coklat itu." Assalamualaikum."
Belum ada jawaban. Angkasa berdecak. Kemudian membalikan badan hendak pergi. Namun,suara pintu terbuka membuat Cowok itu mengurungkan niatnya. Munculah Wanita yang perkiraan seusia Bundanya dari balik pintu.
Ibunya Adelia mungkin?
"Waalaikumussalam. Maaf tadi lagi masak jadi nggak kedengaran." Angkasa mengangguk." Cari siapa ya?" Mama Adelia bertanya.
"Saya Angkasa Tante. Temennya Adelia." Cowok itu mencium tangan Mama Adelia.
"Oh iya. Cari Adelia ya?" Angkasa mengangguk." Yaudah masuk dulu."
Angkasa mengekori Mama Adelia dari belakang. Setelah masuk rumah Adelia Cowok itu sibuk mengamati seluruh ruangan rumah itu. Angkasa berpikir Adelia orang yang sangat berkecukupan,karna dilihat dari design interior rumah Adelia sangat mewah dan elegant. Namun yang Cowok itu heran,mengapa Adelia selalu berpenampilan sederhana saat di sekolah. Cewek itu juga tidak segan berteman dengan orang kurang mampu. Contoh sepeti dirinya,Angkasa sudah berulang kali berkata bahwa dirinya tidak pantas untuk berteman dengan Adelia yang notabe-nya orang mampu. Namun Cewek itu tetep keukeuh minta berteman.
Pantas saja banyak yang menyukai gadis itu.
"Duduk dulu nak Angkasa. Biar Tante panggilan Adelia." Angkasa mengangguk sebagai jawaban.
Cowok itu duduk di sofa empuk berwarna abu-abu milik keluarga Widiyatama. Mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Tatapan nya berhenti di sebuah foto seorang gadis yang menggunakan baju seragam putih biru. Namun yang menjadi pertanyaan Angkasa mengapa gadis itu tampak beda di foto itu. Emm,terlihat sedikit cupu. Pikirnya.
Apa Adelia mantan nerd? Dalam hati Angkasa bertanya. Namun sedetik kemudian Cowok itu mengangkat bahu acuh. Entahlah,bukan urusannya.
Angakasa mendongak lalu mendapati Mama Adelia yang terlihat manuruni anak tangga. Kemudian menghampiri Angkasa.
"Bentar ya Angkasa. Adelia nya lagi ga baju. Oh iya kamu mau minum apa?" Angkasa tersenyum kikuk.
"Apa aja Tante." Jujur Angkasa gugup.
"Air obokan mau?" Candanya.
"Hah?"
Mama Adelia terkekeh melihat raut wajah Angkasa." Bercanda. Kalo gitu Tante ke belakang dulu." Angkasa mengangguk.
"KAK ARSEN PAKE PARFUM DELIA YA!" Adelia berteriak dari sana. Angkasa sedikit terkejut mendengar teriakan Adelia yang begitu keras.
"ENGGAK DIH. NGACO." Kali ini bukan suara Adelia melainkan suara Pria. Kedua alis Angkasa berkerut.
"BO'ONG! BUKTINYA PARFUM DELIA TINGGAL SEDIKIT."
"BUKAN KAKAK."
"KALO BUKAN KAKAK SIAPA? MANG JAJANG GITU!"
"IYA KALI."
"NGGAK MAU TAU POKOKNYA GANTI!!!"
"DEK JANGAN TERIAK - TERIAK PENGANG KUPING KAKAK."
"KAKAK JUGA TERIAK - TERIAK!"
Angkasa menutup telinga nya yang hari saja pecah. Sebenarnya ini rumah atau hutan sih? Angkasa berdecak. Tak lama kemudian Adelia datang. Terkejut dengan Angkasa yang sedang menggosok-gosok kedua telinganya. Adelia menepuk dahi pelan.
Bego lo Del. Bisa rusak image gue di depan Angkasa.
Angkasa menatap Adelia datar." Udah selesai teriak - teriak nya?" Adelia malah menyengir.
"Udah kok. Hehe." Angkasa memutar bola mata malas.
" Yuk Sa." Adelia menarik tangan Angkasa. Alis Cowok itu berkerut.
"Ngapain?" Tanya Angkasa.
"Jalan lah. Gimana sih." Angkasa berdecak.
"Siapa yang mau jalan? Gue mau ngasih ini." Cowok itu meyodorkan buku yang Adelia tau itu buku biologi.
"Buat apa? Kok di kasih ke gue?" Tanya nya polos.
Angkasa menonyor kepala Adelia pelan." Kan lo yang mau minjem."
Bibir gadis itu mengerucut." Gue nggak mau minjem. Kemaren buat alesan doang."
"Terus alasan lo nelpon gue apa?"
"Nanya kabar pacar lah." Angkasa menelan salivahnya.
Pacar?
"Kata siapa gue pacar lo?"
"Kan lo yang minta. Gimana sih." Kesal Adelia.
"Itu cuman bercanda." Adelia melotot.
Bercanda?
Tiba-tiba air muka Adelia menjadi datar.
Lo berharap apa sih Del.
Melihat perubahan raut wajah Adelia. Angkasa jadi merasa bersalah. Cepat-cepat ia kembali berucap.
"Tapi Bo'ong." Adelia memukul bahu Angkasa keras.
"Rese."
Tak lama kemudian muncul Mama Adelia membawa nampan berisi cemilan dan minuman untuk sang tamu. Mama menatap kedua remaja itu aneh.
"Mama kenapa natep Adelia kayak gitu."
Sang Mama tersenyum." Nggak papa. Angkasa ini di minum."
Angkasa tersenyum kikuk." Iya Tante."
"Betah-betah yah temenan sama Delia. Dia anaknya suka bawel." Kemudian meninggalkan kedua remaja itu.
"Mamaaa."
"Sa,jalan aja yuk. Dirumah bosen." Rengeknya. Baru pertama kali Angkasa melihat Adelia merengek. Terlihat emm,menggemaskan.
"Mau ngap-." Ucapnya Angkasa terpotong dengan bunyi nada dering ponsel Adelia. Cepat-cepat Adelia mengangkat panggilan itu. Adelia mengerutkan kening kala melihat nama Mahesa di layar ponsel nya.
"Siapa?" Tanya Angkasa.
"Kak Mahesa." Sedikit terkejut dengan jawaban Adelia namun Cowok itu masih bisa menutupi ekspresi wajah nya dengan tatapan datarnya.
"Loudspaker." Adelia mengangguk.
"Hal-"
"Tolongin gue."
"Ka-" Sambungan di putus sepihak.
Adelia memandang Angkasa bertanya." Kak Mahesa kenapa ya?" Ada nada khawatir yang di tunjukan gadis itu.
"Nggak usah di pikirin. Bukan urusan lo."
"Apa gue kerumahnya aja ya?"
"Jangan."
"Tap-"
"Gue bilang jangan." Katanya penuh penekanan.
"Sa,gue takut Kak Mahesa kenapa-napa." Ucapnya penuh permohonan.
"Kenapa lo segitu khawatir nya? Lo suka Mahesa?" Mendengar ucapan Angkasa. Adelia cepat-cepat menggeleng.
"Bukan gitu Sa."
"Yaudah nggak usah dinpeduliin." Ucapnya datar.
"Masalahnya kalo Kak Mahesa kenapa-napa nggak ada yang nolongin. Di rumah Kak Mahesa nggak ada siapa-siapa."
"Segitu taunya lo tentang kehidupan Mahesa?" Ucapan Angkasa berhasil membuat Adelia bungkam.
"Gu-gue," Adelia terbata-bata.
"Lo boleh pergi."
Adelia mendongak. Lalu tersenyum.
"Tapi gue ikut." Adelia ragu. Apa akan baik-baik saja kalo Angkasa bertemu Mahesa? Mengingat hubungan keduanya yang sama sekali tidak bisa dibilang baik.
"Kenapa? Lo nggak suka gue ganggu lo?"
Adelia menggeleng cepat." Nggak kok. Yaudah ayo."
Sebelum mereka pergi tak lupa berpamitan terlebih dahulu pada Mama Adelia.
Kak Mahesa:*
May_Lee.