The Life Of: Bae & Kim™

By bibitungguldong

57.1K 6.1K 1.3K

Welcome the coutry of Bae&Kim! Kehidupan manis, asin, pedas, pokoknya berbagai macam rasa dari dua pasangan... More

Bae&Kim | Welcome, boo!
Bae&Kim | Comeback Home
Bae&Kim | The Freaky Boss[SERIES 01]
Bae&Kim | The Freaky Boss[SERIES 02]
Bae&Kim | Neighbor[Di jodohin?!]
Bae&Kim | Miss
Bae&Kim | Dear, Diary
Bae&Kim | Dear, Diary [Series 01]
Bae&Kim | Dear, Diary [Series 02]
Bae&Kim | The Way I Loved You
Bae&Kim | The Way I Loved You [Series 01]
Bae&Kim | Neighbor [Series 01]
Bae&Kim | Neighbor [Series 02]
Bae&Kim | Neighbor [Series 03]
Bae&Kim | Bucin, yeah.
Bae&Kim | Dua hati, beda rasa
Bae&Kim | Dua hati, beda rasa [Series 02]
Bae&Kim | Mianhe..
Bae&Kim| Mianhe [Series 02]
Bae&Kim | Mianhe [Series 03]
Bae&Kim | Mianhae [Series 04]
Bae&Kim | Mianhae [Series 05]
Bae&Kim | Mianhae [Series 06]
Bae&Kim | Mianhae [Series 07]
ALITHEIA
Bae&Kim | Another Series
Bae&Kim | Bad Dreams
Bae&Kim | Be a Mate to
Bae&Kim | Bad Dreams [Series 02]
Bae&Kim | Bad Dreams [Series 03]
Bae&Kim | Bad Dreams [Series 04]
Bae&Kim | Partner in Crime
Hi, Bad dream!
Bae&Kim | Partner In Crime [Series 01]
Bae&Kim | Partner In Crime [Series 02]
Bae&Kim | Tentang Reyhan
Bae&Kim | Tentang Reyhan [Series 02]
PROMOSI NEW STORY

Bae&Kim | Bad Dreams [Series 05]

818 146 195
By bibitungguldong


Sebelumnya, maaf jika ada typo. bahasanya kurang enak dan membosankan, aku ngebut ngetiknya. alhasil jadi seperti ini. pokoknya maaf banget kalau mengecewakan! I love u to the moon. 

...

Bad Dreams [Series 05] – Just act

...

Pintu kamar Taehyung tertutup secara perlahan. Mataku terpejam, pintu belakang menjadi sandaran saat tidak terasa seluruh ragaku merosot ke dasar lantai. Sekuat apapun aku menahan tangis, airmata terus saja lintas deras di Pipi. Sebisa mungkin aku membekap mulut, agar suara tangis1annya tak dapat didengar siapapun.

Cukup aku, cukup aku yang tau—aku terluka saat ini.

Cukup aku yang mengetahui bahwa aku cemburu melihat Taehyung memiliki kekasih.

Bukankah aku terdengar bodoh? Bodoh karena sudah menaruh harapan pada Taehyung selama beberapa minggu ini. Bodoh karena jatuh pada pesona lelaki itu meskipun dia sangat cuek kepadaku? Gila. Katakan cinta ini gila! Aku sendiri tidak bisa mengendalikan perasaanku saat bertatapan dengannya. Bayangkan—bayangkan jika kalian jadi diriku, apa kalian mampu menahan rasa saat melihat Pria tampan satu rumah denganmu?

Bagaimana pun juga aku Wanita normal, kami sudah tinggal satu atap selama sebulan. Mustahil jika aku tidak memiliki perasaan padanya.

Namun, nyatanya tindakan yang aku ambil, semakin membuatku jatuh – sejatuhnya. Wanita malang, culun mengenakan kacamata, kampungan, mana mungkin Taehyung menyukaiku. Dilirik saja tidak pernah. Kenapa aku bisa berharap dicintai? Haha, bodoh.

Nyatanya, perasaanku tak sekuat Wanita pada umumnya.

Aku rapuh ya, Tuhan. Hatiku belum sepenuhnya membaik, tapi kau menghancurkan lagi dan lagi.

Tolong, aku ingin pergi. Aku ingin hidup seperti dulu, dimana yang ada pikiranku hanya belajar, belajar, dan belajar. Tidak seperti sekarang.

Lantas, haruskah aku menyerah? Mengatakan semua kebenaran pada orangtua? Tapi... bagaimana jika mereka kecewa? Bagaimana jika mereka terluka dan tidak lagi percaya padaku? Seketika, raut wajah sedih Tuan Kim terbayang jelas dalam ingatan.

Kepalaku menggeleng, menangis tersedu-sedu. "Tapi, aku tidak sanggup, Pah."

Putera-mu begitu sulit ku gapai. Aku tidak bisa mengambil hatinya sedangkan dia sudah memiliki seseorang. Meskipun aku status sebagai Istri, jika dihatinya ada orang lain? Aku bisa apa?

Ting... Nong...

Isakanku terhenti. Suara bel berhasil menarik perhatianku, dengan cepat aku bangkit dari hadapan kamar Taehyung. Menghapus jejak-jejak airmata walau perasaanku belum sepenuhnya tenang.

Dalam hati, aku mulai bertanya, "Siapa yang bertamu sepagi ini?"

Tunggu, tidak mungkin orang itu kekasih Taehyung. Tidak mungkin dia datang berkunjung ke Apartement ini, tapi... bagaimana jika itu benar? Perasaanku mulai kalut. Lantas apa yang harus aku katakan pada Wanita itu?

Mengaku! Ya, mengaku bahwa aku adalah Istri seorang Kim Taehyung dan dia tidak berhak memiliki hubungan special dengan suaminya. Kau harus berani Irene, katakan sejujurnya—agar Wanita itu tidak bisa bertingkah seenaknya.

"Kau bisa, Irene!" Kedua tanganku mengepal seolah meyakinkan diri sendiri. Aku mulai melangkah menuju pintu utama, selama itu aku menyiapkan mental untuk tidak terlihat lemah dimata Wanita tersebut. Namun, sebelum aku membuka pintunya lebar-lebar, aku melirik ke layar intercome yang menampilkan seluruh keadaan luar.

Seketika, tubuhku terpaku ditempat.

"Ib—ibu?" ku terkejut bukan main. "Untuk apa Ibu datang kesini?"

Ting... Nong...

"Astaga, bagaimana ini? Bagaimana jika Ibu curiga melihat hubunganku dengan Taehyung? Duh," Tubuhku bergerak mondar-mandir, memikirkan idea untuk menyelesaikan masalah ini. "Berpikir Irene, berpikir!" Sialnya, otakku tak bisa bekerja sama dengan baik. Sampai-sampai, aku memukul kepala keras-keras.

"Kenapa kau mondari-mandir begitu?"

Suara seseorang khas bangun tidur mengalun pelan, hingga gerakanku terhenti.

"Taehyung?" Mataku mengerjap melihat sosok lelaki itu dengan pakaian lusuh. Oh tidak, pikiranku semakin kacau melihat kehadiran Taehyung, haruskah aku mengatakan jujur padanya? aku menggigit kuku ragu.

"Bukankah kau ingin pergi? Kenapa masih disini?"

Dia sudah membaca stick note rupanya.

Lelaki itu tampak tak peduli dan ingin beranjak darisana. Buru-buru aku menghadangnya.

"Tunggu," kataku kemudian berdiri dihadapannya. "Ad—ada sesuatu yang... ingin aku katakan,"

"Apa?"

"Mmm, Ib... ibuku..." Demi Tuhan aku takut mengatakannya, bagaimana jika Taehyung menolak kehadiran Ibuku? Bagaimana jika dia mengusirnya? Ugh, lama-lama aku bisa frustasi.

Saking gugupnya, aku tak sadar sudah meremas ujung baju hingga lecak.

"Kenapa Ibumu?"

Ting... Nong...

Aku dan Taehyung serempak melirik pintu.

"Ibuku ada diluar!" Kataku cepat terdengar tak jelas.

Kedua mata Taehyung terkejut. "Kau serius?" Lelaki itu segera mengecek seperti yang aku lakukan. Reaksinya pun sama. Kemudian, kami saling pandang.

"Kau yang menyuruhnya datang kesini?!"

"Jangan menuduh sembarangan! aku saja tidak tahu jika dia akan datang,"

Taehyung mengusap rambutnya, frustasi. "Usir saja."

"Uh? Apa kau bilang?!"

"Usir dia. Bilang saja kau dan aku sedang ada urusan dan tidak bisa diganggu."

Tatapanku berubah kesal. "Mana bisa begitu! Ibuku sudah datang jauh-jauh kesini, masa aku mengusirnya."

"Ya terus bagaimana? Kau mau dia mengetahui hubungan kita?"

Aku menggeleng.

"Yasudah, usir saja. Ibumu juga pasti mengerti,"

Ah, benar 'kan apa kataku! Dia pasti menyuruhnya pergi. Tapi, aku tak sejahat itu. betapa teganya aku mengusir Ibu yang sudah datang jauh dari rumah kesini. Aku juga ingin sekali berbincang lama dengannya, ada banyak hal yang ingin aku sampaikan.

Yatuhan, lalu bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?

Begitu aku mendongak, Taehyung sudah tidak ada lagi ditempat. Langkah kakinya menuju dapur dan mengambil segelas air untuk diminum.

Mengenai ucapan Taehyung, aku tidak setuju. Aku tidak mau mengusirnya. Lalu, aku mengikutinya dari belakang.

"Tidak bisakah aku menyuruhnya masuk?"

"Kemudian Ibumu tahu bahwa kita bukan keluarga harmonis." Ucapannya begitu tajam, hingga membuatku diam. Kepalaku menunduk, menatap nanar lantai dapur.

"Tapi, jika kita mengusirnya... aku tidak tega,"

"Yasudah tidak perlu dibuka!"

"Taehyung!" Reflek aku berteriak mendengar ucapannya. Kemana perasaan lelaki itu? Apa dia sadar dengan yang dia katakan barusan? Bagaimana bisa Taehyung setega itu, membiarkan Ibunya menunggu berjam-jam, padahal anaknya ada didalam.

Aku membuang napas pelan. "Maaf, aku tidak bermaksud membentak suamiku."

Tak disangka, idea gila muncul.

Dengan cepat, aku merubah ekspresi menjadi memelas. "Bolehkan aku meminta satu hal padamu?" Aku mengumpulkan segala keberanian untuk berbicara ini. Bahkan, aku sudah menentukan cara ketika Taehyung menolaknya.

Lagi, lagi kami saling memandang. Alih-alih merasa berani, nyaliku seketika menciut saat irisnya yang tajam menatapku lamat. Alhasil, aku mengalihkan pandangan ke arah lain. Lalu berdehem—mencairkan suasana.

"Kau belum pernah memberiku hadiah apapun semenjak pernikahan kita."

Seketika raut wajah Taehyung berubah. "Apa itu penting? Kau dan aku—"

"Ya, memang. Pernikahan ini dilakukan secara paksa. Tapi, dihadapan Tuhan... kau dan aku menjadi suami – istri sungguhan. Jadi wajar saja, aku meminta sesuatu dari suamiku? Bukankah itu hal yang wajib bagi pengantin baru?"

Taehyung diam, sepertinya dia sedang memahami perkataanku.

"Jadi, aku ingin meminta sesuatu darimu. Bisakah kau mewujudkannya?" sebelah alis Taehyung terangkat. "Aku ingin kita berpura-pura."

Kening Taehyung mengkerut bingung. "Maksudmu?"

"Aku ingin kit—kita... kita berakting layaknya pasangan mesra diluar sana. Seperti ini," Aku mengambil sebelah tangan Taehyung, kemudian menggenggamnya erat. Taehyung melirik kebawah, dimana tangan kami menyatu.

Taehyung ingin menarik tangannya, namun aku tahan.

"Kau—"

"Aku mohon, Taehyung. Hanya hari ini saja." Aku tersenyum kecut, "Setelah itu aku tidak akan meminta apa-apa lagi padamu," Kali ini, aku memberanikan diri memohon dengan jarak sangat dekat. Dan setelah satu bulan lamanya, genggaman ini adalah skinship pertama kami setelah kejadian tak diinginkan.

...

"Ibu?" Aku berteriak senang dan langsung memeluknya erat.

"Yaampun, anak Ibu!" Nyonya Bae tak kalah senang melihat Putrinya. Selepas pelukan terlepas, Ibu membelai lembut rambutku. "Kenapa lama sekali membuka pintunya?"

Aku menyengir tanpa dosa. "Maaf, Irene sedang di dapur, jadi tidak dengar ada suara bel."

Ibuku tersenyum memaklumi. "Tidak apa-apa. Oiya lihat," Kedua tangan beliau terangkat menunjukan sebuah kantung plastik berisi penuh. "Ibu bawa makanan buat kalian,"

Dengan senang hati, aku mengambil bungkusan tersebut. "Makasih banyak bu, kalau begitu masuk yuk." Aku membuka pintunya lebar dan membiarkan beliau masuk.

"Taehyung dimana?"

"Mmm, dia—"

"Aku disini." Taehyung berteriak dari depan kamar. Baju yang sebelumnya kusut dan berantakan, kini sudah terganti jadi lebih rapih. Begitu pula rambutnya yang ditata semenawan mungkin. "Pagi, bu..." Dia tersenyum hangat sembari memeluk erat Ibuku.

Sungguh, pemandangan yang selalu aku harapkan saat aku menikah.

"Kenapa Ibu tidak bilang mau datang kesini? Nanti 'kan Taehyung bisa jemput."

"Ey, tidak perlu repot-repot. Ibu cuma kebetulan lewat daerah sini, biasa ada arisan Ibu-ibu. Terus Ibu ingat kalau kalian tinggal disini, jadilah Ibu mampir dulu." Jelas Nyonya Bae.

"Oh, begitu. Duduk dulu, bu." Taehyung mempersilahkan sang mertua duduk.

"Aku buatin minum dulu ya, Ibu mau apa?"

"Teh hangat saja, nak." Aku mengangguk mengerti, lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Gimana hubungan kamu sama Irene? semuanya baik-baik aja?"

Taehyung mengangguk. "Baik, kok. Seperti yang Ibu lihat."

"Syukur deh, Ibu hanya khawatir dengan Irene. Dia itu susah tidur kalau sendirian, apalagi kalau musim hujan, baru mendengar suara rintik hujan saja—dia sudah merengek ditemani tidurnya."

"Ohya?" Taehyung bertanya meyakinkan sekali lagi. Dalam hati, Taehyung memikirkan Irene yang memang tidur sendirian. Apakah Wanita itu tidur dengan nyenyak?

"Iya, tapi sampai sekarang dia tidak merepotkanmu 'kan?"

"Tidak bu, justru Taehyung berterimakasih pada Irene, karena dirinya Taehyung jadi tidak kesepian."

Nyonya Bae tersenyum haru. Tiba-tiba suara ponsel berdering dari saku celaan Taehyung. "Sebentar bu, Taehyung angkat telepon dulu."

Nyonya Bae mengangguk.

Taehyung pergi dari hadapan Nyonya Bae menuju dapur, karena tanpa sadar—langkahnya terbawa kesana.

Saat aku hendak berbalik, aku melihat Taehyung yang melangkah terburu-buru ke arahku.

"Ada ap—"

"Ssst!—Ya, halo?"

Teh hangat untuk Ibu sudah siap ditangan, hanya tinggal jalan dan memberikannya. Tapi, panggilan dari ponsel Taehyung membuatku penasaran. Siapa yang menelpon Taehyung? kenapa lelaki itu harus mengumpat untuk menerima panggilan? Iya, Taehyung memilih mengangkatnya disudut ruangan dapur dekat kulkas.

Diam-diam, aku berjalan mendekat dan menguping ucapannya.

"Maaf, maaf. Aku tidak sempat mengecek ponsel." Suara lelaki itu berubah lembut, berbeda ketika Taehyung berbicara denganku. "Iya, Honey. Tentu saja aku ingat."

Seketika hatiku nyeri. Honey? Jadi panggilan itu dari Honey—Wanita selingkuhan Taehyung? Berani sekali dia menelpon Taehyun diwaktu seperti ini?

"Baiklah, aku akan siap-siap sekarang. Tunggu aku ya, lima belas menit. Bye, I love u."

Aku tersadar cepat-cepat dan berlagak masih menyeduh Teh hangat di Pantry.

"Irene," Dia memanggil, lalu berdiri disamping. "Aku harus pergi sekarang, kau berdua dengan Ibu saja, ya."

"Mau kemana?" Aku menoleh, melihat raut wajahnya yang terlihat panik. Astaga begitu pentingnya kah selingkuhan itu sampai membuat Taehyung berkeringat dingin?

"Ada sesuatu yang aku urus,"

Bagus. Dia bahkan berbohong.

"Urusan apa?"

"Ya, pokoknya ada lah. Urusan dengan temanku, soal bar."

"Bar atau Wanita?" Gerakanku mengaduk teh sengaja terhenti. Aku menoleh, tanpa sadar mataku memanas. Gejolak yang sudah lama aku pendam, tidak bisa ditahan lagi. Aku harus mengungkapkan semuanya. Taehyung harus tahu jika yang Ia lakukan salah!

Taehyung terkejut, hingga kedua alisnya menukik. "Apa maksudmu?"

"Siapa Wanita itu? Apa dia lebih penting dari Ibuku?!" kataku sedikit berteriak. "Taehyung, jawab aku! Siapa Honey?!" Airmata yang sedari tadi aku tahan, mendarat mulus pada permukaan pipi. "Apa selama ini kau berselingkuh? Katakan padaku apa kau berselingkuh?!"

"IYA! AKU BERSELINGKUH. PUAS KAU HUH?!" Aku menunduk takut mendengarnya berteriak. "AKU TIDAK SUKA DENGAN PERNIKAHAN INI, AKU TIDAK SUKA DENGANMU! SEMENJAK KAU DATANG HIDUPKU JADI HANCUR, AKU BAHKAN SAMA SEKALI TIDAK MENGHARAPKANMU JADI ISTRIKU!"

Teriakannya semakin kencang, aku berjongkok dihadapan Taehyung dengan kedua tangan menutup telinga. Tangisanku semakin menjadi-jadi. Sampai Ibu datang menghampiriku.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau berteriak begitu?!"

"Tanyakan semuanya pada anak Ibu!" Taehyung melenggang pergi, tanpa memperdulikan keadaan yang mengenaskan.

"Sayang... Apa ada sesuatu yang terjadi? Katakan pada Ibu."

"Ibu..." Aku terisak dalam pelukannya. "Aku ingin cerai. Aku tidak kuat bu, aku ingin berpi—HUEK!" buru-buru aku bangkit dari lantai, berlari ke wastafel. "HUEK!"

"Irene, kau baik-baik saja, nak?"

"HUEK!" Aku mengangguk. Namun, rasa mualku tak dapat berhenti. Aku sudah siap memuntahkannya, tapi tidak ada apapun yang keluar.

Yatuhan, kenapa rasanya pusing sekali? Apa yang sebenarnya terjadi? 

...

Hayo sampai sini mari kita ucapkan selamat tinggal. 

gimana, gimana masih mau lanjut? ugh udah cukup yaa... nanti kebanyakan:( hehehe

sebenernya sih gampang kalau mau fast update, tinggal spam comment. Insyallah aku update cepet, tapi ga janji deng... hehehe. 

Continue Reading

You'll Also Like

607K 62.4K 45
Bertransmigrasi menjadi ayah satu anak membuat Alga terkejut dengan takdirnya.
195K 23.2K 28
Misi pertama gue udah berhasil bikin ka gita mencair, sekarang misi gue selanjutnya adalah bikin ka gita nikahin gue! - Kathrina.
507K 36.4K 44
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
44.7K 3K 21
Aelin tidak menyangka kalau sang ibu menikah lagi dengan seorang duda, ayah Aelin meninggal dunia sekitar 3 tahun yang lalu karena serangan jantung...