LOVE CEO (2019)
VERSI REVISI.
°°°
Marga adalah salah satu nama keluarga yang harus keluarga itu miliki sebagai pertanda dari mana keluarga mereka berasal. Bagaimana jika mereka tidak memiliki marga? Tidak ada yang tidak mungkin di korea, semua orang korea pasti memiliki marga dari orangtuanya atau keturunannya.
Sama halnya dengan kehidupan Lisa. Papanya berkewarganegaraan korea asli, sementara mamanya mempunyai darah keturunan asli thailand, jadi apa marga Lisa sebenarnya?.
Kim Lalisa Manoban, marga kim masih harus tersemat didepan nama Lisa. Lahir di thailand tidak mengharuskan Lisa mempunyai wajah seperti orang korea, yang membedakan yaitu matanya. Mata papanya dan mata Lisa jelas berbeda, mata papanya agak sipit sementara mata Lisa dibentuk dengan cantik. Pipi tembam nya juga sudah menjadi ciri khas Lisa.
Semenjak orangtuanya diketahui mengalami kecelakaan pesawat, Lisa harus hidup Sendiri, harus mandiri. Lisa yang baru berusia 18 tahun pasti sangat terlihat rapuh saat itu, tapi Lisa yang sekarang, Lisa yang berusia 21 tahun sudah jaya dengan perusahaan peninggalan papanya.
Siapa sangka Lisa bisa membuat perusahaannya lebih terkenal daripada sebelumnya. Sebelumnya Lisa sama sekali tidak berniat untuk meneruskan perusahaan peninggalan papanya. Jika jalan takdirnya begini, Lisa pasti akan menerima. Menjalankan apa yang sudah tuhan takdir kan, mungkin ini adalah salah satu jalan menuju kebahagiaannya di dunia ini, tanpa ada sosok orang tua yang menemaninya.
Perusahaan Kim Korp's hampir sebaya dengan perusahaan Jeon Company, bahkan perusahaan Kim Korp's berada diurutan kedua, tentu saja itu terjadi setelah dengan lancangnya Jeon Company menanam saham dengan paksaan di perusahaannya.
Kim Jeno, nama papa Lisa. Papanya berhasil membesarkan perusahaan, lalu dengan teganya Lisa harus menelantarkan perusahaan yang sudah susah-susah papanya dirikan?. Lisa tidak akan tega sampai harus melakukan itu, papanya bekerja keras juga demi mewujudkan impiannya dulu. Lisa tidak mau disebut anak durhaka.
Hidup sendiri di usia yang baru menginjak 18 tahun tidak semudah yang kalian bayangkan, hidup kalian diusia yang beranjak 18 tahun memang disebut gampang. Lisa berbeda dengan kalian, disaat harus bernostalgia mendalami dirinya sebagai mahasiswa, justru kenikmatan itu harus Lisa bagi demi memikirkan bagaimana nasib perusahaan kedepannya.
Ada yang bilang ' hidup tinggal hidup, toh kamu kan anak orang kaya ', semudah itu mereka mengucapkan deretan kata itu. Lisa hanya bisa bersabar sampai saat ini, ternyata buah sabarnya membuahkan kebahagiaan yang mungkin orangtuanya juga rasakan.
°°°
2 hari yang lalu Lisa mendapat kabar dari Hye Ra jika jennie baru saja melahirkan, Lisa kira tidak akan secepat itu. Keponakannya Lisa malah lahir disaat pekerjaannya menumpuk banyak, Lisa janji, setelah pekerjaannya selesai, Lisa akan langsung menuju rumah dimana bayi itu berada. Perempuan atau laki-laki Lisa juga tidak tahu.
"Ini berkasnya." Ucap Hye Ra
Lisa mendengus, dia meminta berkas ini beberapa hari yang lalu, tapi kenapa baru sampai sekarang?.
"Jangan marah, kemarin kemarin kan kamu sakit, jadi tidak mungkin Ji-Hyo memberikan berkas itu."
"Besok kosongkan jadwalku, bertemu keponakanku mungkin akan sedikit meredakan stres ku." Hye Ra mengangguk.
"Baiklah." Setelah mengucapkan itu, Hye Ra langsung keluar dari ruangan lisa.
Wajahnya masih menunjukan wajah marahnya, rupanya Lisa masih belum memaafkan Hye Ra, akan tahan sampai kapan mereka menghadapi situasi seperti ini?.
Setelah dirasa sudah cukup memeriksa berkas keuangan itu, Lisa menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi kerjanya, rasanya Baru beberapa hari yang lalu dia keluar dari rumah sakit, tapi sekarang kepalanya sakit lagi. Lisa hanya bisa mengandalkan obatnya.
Lisa memilih keluar dari ruangannya hanya untuk menjernihkan kepalanya, mungkin berkeliling kantor tidak ada salahnya. Selama menjadi direktur juga Lisa sama sekali tidak pernah memperhatikan detail desain perusahaan ini, sempat mengganti beberapa desain tapi Lisa tidak pernah melihatnya.
"Selamat siang bu." Sapaan para karyawan kantor Lisa balas hanya dengan anggukan dari kepalanya.
"Arini tolong antar kan aku teh ya ke taman kantor, sekalian minta cemilannya juga."
Arini adalah office girl yang bekerja di perusahaan Kim Korp's, selama Lisa di sana dia hanya tau office girl yang bernama arini, selebihnya dia tidak tau.
"Baik bu." Arini sedikit membungkukkan badannya untuk berpamitan pada Lisa.
"Ternyata indah juga suasana di kantor ini, sayangnya aku baru melihat hal ini." Gumam Lisa.
"Lisa." Teriak Hye Ra
Lisa menolehkan pandangannya kebelakang, ternyata Hye Ra yang membawa nampan berisi teh itu, bukan Arini.
"Kapan kamu akan menjenguk bayi Jennie?" Tanya Hye Ra
Lisa mengangkat bahunya. "Besok mungkin, sudah aku katakan besok kosongkan jadwalku. Besok aku akan menjenguk keponakanku."
"Aku lupa."
Lisa sama sekali tidak menggubris apa yang dikatakan oleh Hye Ra, dia lebih memilih fokus pada suasana kantor ini.
°°°
Sesuai janji, hari ini Lisa sudah berada dikediaman Kim Jennie, sahabat sekaligus sudah Lisa anggap kakaknya sendiri.
Kedekatan mereka mampu membuat siapapun iri, layaknya kakak dan adik kandung yang sama sama memberi perhatian.
Kim Taehyung adalah sahabat Jungkook. Lisa bosan mendengar kata 'kalian cocok jika bersama', jodoh Lisa siapa yang tahu, mereka bukan yang maha kuasa kan? Jadi jangan sok tau tentang kehidupan orang lain
"Mirip Taehyung ternyata, aku kira akan mirip denganmu eonni." Ucap Lisa.
Jennie terkekeh, "dia laki-laki Lisa, wajar saja jika dia lebih mirip Taehyung."
"Tidak semuanya bayi laki laki mirip ayahnya, dia juga pasti ada sedikit kemiripan denganmu, cuma belum terlihat saja karena masih kecil. Tidak takut Taehyung marah, atau justru malah kebalikannya? Kamu yang marah."
Jennie mendengus kesal.
"Taehyung sudah kebal dengan teriakan ku."
"Bolehkan aku memanggil baby kim ini keponakan? Jika perlu, akan aku anggap dia anakku."
Jennie dengan spontan menggeleng. "Buat sendiri sana. Cepatlah menikah Lisa, Jangan terus menerus mengurus pekerjaan, pekerjaan hanya akan membuat kamu suntuk."
"Umurku masih muda untuk menikah, aku mau menikah jika umurku sudah matang. Aku belum mau merasakan sakitnya persalinan, atau pusingnya dunia pernikahan, urusanku masih banyak." Jawab Lisa
"Umurku saja sudah 22 tahun tapi sudah menikah. Kita hanya beda satu tahun Lisa, artinya kamu dan aku sudah boleh menikah." Jennie masih ingin terus memprovokasi Lisa supaya sahabatnya itu mau dan segera menikah.
"Aku belum terlalu minat untuk menikah muda, merepotkan."
Jennie tau Lisa keras kepala, dinasehati sampai abad manapun jika menurut dia belum saatnya pasti masih akan terus menolak.
"Boleh aku jadikan pacar eonnie?, kenapa dia tampan ya." Ucap Lisa kagum.
"Bermimpi Lah Lisa, dia masih bayi. Mana mungkin kamu berpacaran dengan anakku. Makannya lahir kan anak perempuan dan ayo kita jodohkan mereka berdua, baru aku setuju."
Berujung pada nikah lagi, Lisa sudah tidak nafsu untuk membicarakan soal ini.
Ucapan jennie melantur kemana saja.
.
Setelah berpamitan kepada jennie beberapa jam yang lalu, Lisa asalnya berada di rumahnya, tapi otaknya malah memutar soal pekerjaan. Benar juga, daripada berdiam diri tidak ada gunanya, lebih baik Lisa menuntaskan pekerjaannya di kantor.
Lisa hanya ingin fokus pada pekerjaannya untuk saat ini. Baru beberapa menit saja Lisa fokus pada laptopnya, Hye Ra memberi kabar jika perusahaan Jeon Company mengundang dia untuk makan siang.
Usahaku untuk menjauh darinya gagal lagi hanya karena Hye Ra menerima ajakan itu dengan tiba-tiba, tidak ada jalan lain selain menerima.
"Bilang padanya aku tidak mau makan di restoran, kalau bisa kita makan dikantornya saja." Ucap Lisa datar.
"Itu sudah dia rencanakan, ayo kita berangkat sekarang." Paksa Hye Ra.
"Duluan saja, aku harua mencari obatku dulu."
Hye Ra mengangguk, melarang Lisa sama saja dengan membuang waktu. Lebih baik membiarkannya.
.
Jeon Company banyak sekali karyawan perempuan, pantas saja sih. Direkturnya saja cari perhatian, apalagi karyawannya.
"Selamat datang di perusahaan Jeon Company, silahkan masuk." Ucap salah satu resepsionis.
Tidak lama setelah orang itu bicara, Jimin muncul dari arah berlawanan. Jimin tampan tapi sayangnya Lisa tidak tertarik, Jimin sama sekali bukan tipe idealnya.
"Silahkan masuk keruangan direktur di lantai 15, aku akan ke restoran depan dulu." Ucap Jimin mempersilahkan mereka berdua untuk masuk.
"Selamat datang bu." Sapa salah satu karyawan.
"Terimakasih." Lisa menjawabnya dengan sedikit senyuman.
Tidak terasa ternyata mereka sudah sampai didepan ruangan direktur, direktur Jeon Company. Jeon Jungkook.
Tulisannya sama sekali tidak beda dengan tulisan yang berada didepan ruangan Lisa, yang membedakan hanya warnanya saja
"Permisi."
"Silahkan masuk, Lalisa duduk di sampingku, dan Hye Ra duduk disebelah sekertaris ku nanti." Ucapnya.
Lisa hanya bisa memutar bola matanya malas, cara ini memang sudah mereka rencanakan tanpa sepengetahuan Lisa mungkin, Lisa tidak tahu.
"Jangan ada yang berbau udang ya, Lisa alergi udang."
"Tenang saja, semuanya aman."
Acara makan siang berjalan dengan lancar, Lisa tidak langsung pulang, Dia lebih memilih melihat lihat isi perusahaan ini, sampai sampai atapnya pun Lisa kunjungi.
°°°
Atap perusahaan paling tinggi adalah tempat yang Lisa pilih untuk menikmati indahnya kota seoul, lisa masih membayangkan bagaimana perasaan kedua orang tuanya ketika melihat Lisa setegar ini menghadapi kerasnya dunia. Mereka hanya tau Lisa yang manja dulunya, menjadi anak tunggal tidak segampang yang kalian bayangkan.
"Melamun sendiri?"
Suara Hye Ra mampu mengalihkan pandangan Lisa, setelah melihat siapa yang datang, Lisa kembali mengalihkan fokusnya untuk kembali ke pemandangan dihadapannya.
Di atap ini tidak hanya luas tempatnya, atap ini juga disediakan spot untuk bersantai, jadi jika ingin bersantai tidak usah panas-panasan.
"Masih belum memaafkan aku? Aku melakukan itu demi dirimu dan masa depan perusahaan Lisa." Hye Ra berusaha menjelaskannya satu kali lagi.
" Tidak mudah untuk memaafkan hal sepenting ini." Jawab Lisa ketus.
"Tolong, selain itu pikiran fisik mu Lisa, jangan menyiksa fisik hanya karena pekerjaan. Pikirkan masa depanmu juga, perusahaan masih banyak yang menanggung."
Lisa menghela nafas.
"Perusahaan ini adalah perusahaan peninggalan papa. Aku mengembangkan perusahaan ini dengan kerja kerasku sendiri, bahkan aku rela membagi waktu kuliahku dan membagi pikiranku hanya untuk masa depan perusahaan ini. Jika kita menerima penanam saham yang salah, siapa yang akan repot? Aku juga kan yang repot." Jelasnya.
"Terkadang aku berfikir untuk tidak melanjutkan pengembangan perusahaan papa, tapi mau jadi apa aku jika tidak mengembangkan perusahaan? Menjadi seperti mama?. Kamu tau kan, aku tidak rela tubuhku terekspos di banyak media."
Hye Ra mengangguk, "aku juga tidak semudah itu menerima bisnis ini, sebelumnya aku sudah menyelidiki siapa direktur ini. Jadi menurutku aman, kesempatan mana lagi yang harus kita lewatkan, aku juga memikirkan masa depan perusahaan Lisa. Aku tidak akan memasukkan orang yang berbahaya kedalam perusahaan kita, so kamu harus bisa menerimanya sekarang. Ad aku yang selalu disampingn mu, jangan khawatir." Jelas Hye Ra.
"Terimakasih."
Hye Ra mendekat. "Jadi, mau memaafkan ku?" Tanya Hye Ra penasaran.
Pertanyaan itu hanya dibalas anggukan oleh Lisa, masalah ini selesai.
°°°
Tbc....
Mau minta follow akunnya supaya semakin dikenal banyak orang. Vote, share juga ceritanya biar temen kalian kenal sama cerita ini.
Subang, 18 Mei 2021.
~Er
#liskook.