"Siapa yang salah, siapa yang kena imbasnya."
•
•
12 || LEPAS KENDALI🦁
Posisi Angkasa saat ini sedang berada di apartemennya bersama para kunyuk.
"Ang, gimana? Udah ada perkembangan?" tanya Athala membuat Angkasa mengernyit bingung.
"Perkembangan, apa?" balasnya yang belum mengerti.
"Aelah peka dikit napa. udah cinta belum?" ujar Zayn greget.
"Biasa aja tuh," jawabnya acuh tak acuh. Tiba-tiba ponselnya berdering, panggilan masuk dari Bumi.
Melihat itu, Angkasa segera mengangkatnya.
"Kenapa?"
"Bang, kak Vey belum pulang. Ini udah mau jam lima."
"Lah, emang lo gak jemput dia?"
"Motor gue lagi di bengkel."
"Okey."
Setelahnya Angkasa memutuskan sambungan sepihak, dia segera berdiri. Mengambil jaket dan kunci motornya.
"Mau kemana, Ang?" tanya Dama yang menatapnya.
"Jemput Venus."
***
Angkasa pergi menuju ruangan Tari, tempat eskul Venus tetapi gadis itu tidak ada disana. Hanya ada beberapa gadis saja.
"Kalian, liat Venus?" sontak wanita-wanita itu menoleh.
"Tadi udah pulang."
Pulang? Tapi Angkasa bahkan tak melihatnya disekitar sekolah, apa gadis itu baru pulang?
"Dari kapan?"
"Lima belas menit lalu." Entah kenapa Angkasa jadi merasa khawatir terhadap gadus itu. Tak lama, tiba-tiba salah satu dari mereka datang.
"Eh, di indomaret ada yang tawuran!" teriaknya.
Angkasa terkesiap, dia segera berlari kesana. Dia yakin, Venus pasti disana. Entahlah, dia hanya mengikuti instingnya.
Angkasa melihat-melihat dari jarak yang agak jauh, dan akhirnya dia bisa melihat keberadaan Venus disamping meja kasir.
Tanpa pikir panjang, Angkasa segera berlari kesana ketika melihat seseorang ingin masuk. Sialan ini membuatnya panik.
Setelah melewati beberapa orang, dan nyaris terkena imbasnya, Angkasa akhirnya sampai. Untunglah dia tiba tepat waktu sebelum kayu besar itu menghantam kepala Venus.
"Lo sentuh dia, nyawa lo ilang!" ujar Angkasa penuh penekanan. Pria itu menoleh, lalu menggeram kesal.
Angkasa segera menarik Venus ke belakangnya untuk melindungi gadis itu. Tatapan Angkasa menajam, pria didepannya tertawa meengejek.
"Pahlawan kesiangan." Dia kembali tertawa, namun...
Bugh!
Angkasa langsung melayangkan bogem mentah kearahnya, dia kesal sekali. 3 detik kemudian, pria itu tumbang.
Angkasa berdecih. "Mental kerupuk jangan sok keras, tawa lo gak ada merdunya banget," cibirnya terkekeh. Sedangkan Venus dibelakangnya melongo melihat pria yang sekali bogem langsung pingsan, tapi setelahnya dia pun ikut terkekeh.
Tak lama, siren polisi terdengar. Satu persatu dari mereka lari ketakutan.
"Polisi woy! Lari!"
Orang-orang yang berada di gudang seketika keluar. "Syukurlah polisi cepat datang, untung kita langsung telfon polisi tadi," ujar mas kasir.
"Yuk, pulang."
***
"Gak mau mampir dulu?" tanya Venus begitu turun dari motor milik Angkasa.
"Lain kali aja." Venus mengangguk.
Ketika Angkasa hendak pergi, Venus cepat-cepat memanggilnya. "Hei!" Angkasa menoleh.
"Makasih," ucap Venus tersenyum tipis.
"Hati-hati di jalan," lanjutnya. Lalu dia segera masuk, meninggalkan Angkasa yang tanpa sadar sedikit mengembangkan senyumnya.
***
"Vey, pulang!" Tak ada yang membalas, sepertinya rumah tengah kosong. Dimana, Bumi? Mungkin di kamarnya.
Venus segera pergi menuju kamar, dia lelah sekali.
Sebelum istrahat, Venus pergi ke kamar Bumi untuk mengambil chargernya.
"Bumi!" teriaknya ketika masuk, dan ternyata ada teman-temannya di dalam yang kini sedang menatap Venus.
"Lo udah pulang?" tanya Bumi.
"Enggak, roh gue doang ini. Dahlah, mana charger gue."
Bumi segera meraih charger yang berada didekatnya, lalu melemparkannya kearah Venus yang langsung ditangkap dengan sigap olehnya.
"Bang Angkasa, jemput lo kak?"
"Iyah." Setelahnya Venus berlalu dari sana.
"Lo adiknya?" tanya Bastian, salah satu temannya. Bumi hanya mengangguk.
"Cakep banget bro, gak nyangka dia kakak lu," ujar Rian.
"Yeeyy, udah punya pawang dia. Lo kalau mau dia noh hadapin dulu bang Angkasa."
"Haisshh, zonk banget gua."
"Lagian belum tentu kakaknya bumi mau sama lo," ejek Ali diselingi tawa.
"Syalan, lo!"
***
Langit berjalan memasuki salah satu gang sempit, dia hendak menemui seseorang yang dapat membantunya.
Dengan dibantu sedikit penghcahayaan remang-remang, keduanya saling berhadapan.
"Ada info, apa?" tanya Langit.
Seseorang dengan tudung jaket yang menutupi kepalanya, tampak memberitahu seseuatu hingga membuat Langit tersenyum miring, ini akan sangat bagus.
"Thanks, Bro." Langit menepuk pelan pundak orang itu, lalu setelahnya keduanya pergi dengan arah yang berlawanan.
***
Angkasa berjalan memasuki sekolah bersama Venus, tatapan-tatapan tak menyenangkan diterima olehnya. Ada apa ini?
Tapi tak ada seorang pun yang berani angkat bicara, mereka hanya menunjukkan lewat ekspresi wajah yang dapat dibaca oleh keduanya.
"Mereka, kenapa?" tanya Venus. Angkasa hanya mengangkat bahu acuh, dia juga tidak tahu.
"Aneh, biasanya mereka natap lo dengan tatapan memuja. Tapi, sekarang kenapa?" gumam Venus yang dapat didengar oleh pria disampingnya.
Ting!
Ponsel keduanya berbunyi, mereka segera melihat notifikasi. Ada foto-foto Alam-ayah Angkasa bersama dengan beberapa gadis tampak memasuki sebuah hotel. Angkasa mencengkram ponselnya.
"Papahnya, tukang main perempuan? Sugar deddy? Haha, anaknya gitu juga gak yah?" bisik salah satu pria yang tak melihat kedatangan Angkasa.
Teman bicaranya yang melihat keberadaan Angkasa pun menyenggolnya, hendak memberitahu untuk berhenti berbicara.
"Pasti papahnya udah nebar benih sana-sini, atau jangan-jangan dia anak diluar nikah lagi haha."
Angkasa yang tidak tahan, segera menarik kerah belakangnya kemudian menghajarnya hingga mengundang perhatian banyak orang.
"Brengsek! Ngomong apa lo, hah?!"
Bugh!
"Coba ngomong lagi, anjing!" Kini Angkasa sudah menduduki pria yang diketahui bernama Andra, pria itu tampak pasrah karena tak mampu melawan Angkasa yang menghajarnya dengan membabi buta.
Bugh!
"Ang, udah!" Venus mencoba melerai, Para anggota Rivoster yang lain pun datang.
"Ang, dia bisa mati!" teriak Venus kesal.
"Diam! Lo bukan siapa-siapa gue! Gak usah ikut campur, sialan!" bentaknya tanpa sadar membuat Venus terdiam, Mentari segera merangkulnya.
"Jangan dimasukkin ke hati," bisik Mentari.
"Ang, cukup!" Liam dan Zayn segera manariknya, memisahkan Angkasa dari Andra yang tampak mengenaskan. Detik berikutnya, pria itu pingsan.
Angkasa terengah-engah, dia sangat marah bahkan wajahnya yang memerah terlihat jelas.
***
"Apa-apaan ini Angkasa!" tekan pak kepala sekolah. Kabar tentang Angkasa yang menghajar Andra tanpa ampun sudah sampai ke telinganya, dan kini kondisi Andra sangat memprihatinkan, pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit.
Sedangkan Angkasa, masih dengan hati yang panas hanya duduk diam ditempatnya, ocehan orang-orang disekitarnya hanya masuk telinga kanan, dan keluar telinga kiri.
Alam pun juga bersamanya, membuat pria itu semakin geram. Untuk apa sekolah mengundang ayahnya, bencana ini datang darinya.
Kini mereka berkumpul di ruang kepala sekolah, orang tua Andra juga turut hadir.
"Kami akan membawa ini ke jalur hukum!" cetus ayah Andra, memandang Angkasa dengki.
"Mari kita bicarakan ini secara kekeluargaan, saya selaku pemilik sekolah serta ayah dari Angkasa meminta maaf yang sebesar-besarnya untuk kejadian ini. Saya janji akan menanggung semua biaya rumah sakit Andra, dan akan memberikannya hukuman, sekolah juga pasti akan memberinya hukuman." Dia tidak bisa membuat nama sekolahnya tercoreng hanya karena ulah putranya sendiri.
"Baiklah, tapi kalau anak kami sampai meninggal maka bersiaplah untuk masuk penjara!"
Sedangkan Angkasa hanya memasang wajah datar, dia tidak perduli dengan hukumannya. Terserah ayahnya mau apa.
***
TERIMAKASIH KARENA TELAH MEMBACA.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK
TEKAN BINTANG GAK PERLU BAYAR.
MOHON MAAF BILA ADA SALAH-SALAH KATA, TYPO YANG BERTEBARAN DIMANA-MANA, PUEBI DAN KBBI YANG TIDAK SESUAI, SERTA ALUR YANG CACAT LOGIKA (JIKA ADA).
DAN MAAF BILA PEMILIHAN KATANYA KURANG MEMUASKAN UNTUK KALIAN🙏
SALAM SYNG, AUTHOR❤❤❤
21 AGUSTUS 2021
B O N U S :
~Pelangi Faresya~
"Angkasa itu milik gue, yang deket dia berarti jadi musuh gue!"
See you><
Fllwig: lagm07
1165 Kata